Kaum Gay dan Lesbian 'Tidak Diterima' di Dunia Olahraga?
17 Mei 2015
Hanya 1 persen atlet LGBT yang merasa diterima, sementara sisanya kerap menjadi obyek kekerasan verbal dan fisik karena membuka diri sebagai homoseksual. 17 Mei diperingati sebagai hari anti homofobia dan transfobia.
Iklan
Sekitar 9500 orang diwawancara untuk studi "Out on the Fields". Peserta survei kebanyakan berasal dari Australia, Inggris, Kanada, Irlandia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. "Bahkan di negara-negara maju seperti Kanada, diskriminasi dan homofobia masih dialami oleh banyak peserta survei. Baik mereka yang LGBT maupun heteroseksual", demikian kesimpulan studi tersebut.
Peserta survei memiliki latar belakang seksualitas yang berbeda-beda. Sekitar 25 persen mengaku heteroseksual. 19 persen pria gay dan sembilan persen lesbian yang mengikuti survei mengatakan, mereka pernah menjado obyek kekerasan secara fisik. Dan 78 persen yakin, kaum LGBT tidak akan aman, jika menunjukkan seksualitas mereka secara terbuka. Seperti misalnya berciuman dengan pasangannya di muka umum.
Sudah sejak masa sekolah
Di dunia olahraga, homofobia atau sikap dan perasaan negatif terhadap homoseksual, menurut survei seringnya ditemukan di kalangan penonton ajang olahraga (41 persen), dan pelajaran olahraga di sekolah (21 persen). Walau bukan merupakan studi akademik, survei yang menggunakan data yang dikumpulkan oleh perusahaan penelitian pasar olahraga Repucom juga diulas oleh tujuh pakar masalah homofobia dlam dunia olahraga.
Atlet Homoseksual: Yang Pernah Menyatakannya
Thomas Hitzlsperger menjadi pemain sepak bola profesional Jerman pertama yang menyatakan diri homoseksual di depan publik. Ini pendobrakan tabu yang sudah dilakukan banyak atlet dari cabang olah raga lain.
Foto: picture-alliance/dpa
Nadine Angerer: Pemain Sepak Bola Jerman
Penjaga gawang tim nasional sepak bola Jerman itu menyatakan secara terbuka, dirinya biseksual. Penjaga gawang kedua, Ursula Holl bahkan sudah menikahi pasangan hidupnya. Pemain sepak bola perempuan Jerman lainnya, seperti Linda Bresonik dan Inka Grings juga terkenal mempunyai hubungan cinta dengan perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa
Caitlin Cahow: Pemain Hoki Es Asal AS
Pemain hoki es Caitlin Cahow tidak menutup-nutupi seksualitasnya. Ia dan mantan pemain tenis Billie Jean King adalah dua atlet perempuan yang diminta Presiden Barack Obama untuk ikut dalam delegasi AS ke Olimpiade Musim Dingin di Sochi (7-23 Februari 2014), sebagai protes terhadap undang-undang anti homoseksualitas yang dikeluarkan pemerintah Rusia.
Foto: Getty Images
Brian Boitano: Mantan Atlet Seluncur Indah AS
Ia juga ikut dalam delegasi AS ke Olimpiade Musim Dingin 2014. Boitano, yang menjadi juara Olimpiade 1988, menyatakan secara terbuka orientasi seksualnya Desember 2013. Ia menekankan, "Saya adalah seorang putra, saudara laki-laki, paman, teman, atlet, koki, penulis buku, dan bahwa saya seorang gay hanyalah sebuah bagian dari diri saya."
Foto: Getty Images
Jason Collins: Pemain Basket AS
Atlet pertama yang menyatakan diri homoseksual saat masih berkiprah dalam liga profesional AS adalah pemain basket Jason Collins. 'Coming out' dilakukannya Mei 2013. "Saya 34 tahun, pemain NBA gelandang tengah. Saya berkulit hitam dan homoseksual." Itu dikatakannya dalam artikel di majalah olah raga, 'Sports Illustrated.'
Foto: imago/Icon SMI
Robbie Rogers: Pemain Sepak Bola AS
Tak lama kemudian pemain sepak bola Robbie Rogers, juga dari AS, mengikuti langkahnya. Atlet berusia 25 tahun itu sudah menyatakan diri homoseksual di bulan Februari. Pada saat bersamaan ia menyatakan pengunduran diri dari olah raga profesional. Tapi akhir Mei ia menandatangani kontrak dengan LA Galaxy, dan disambut baik penggemarnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Nadine Müller: Pelempar Cakram Jerman
Nadine Müller, salah satu pelempar cakram terbaik dunia, baru mengumumkan dirinya lesbian. Pada hari terakhir tahun 2013 ia menikah dengan pasangan hidupnya. Müller yang berusia 28 tahun, yang menjadi atlet perempuan pertama Jerman yang menikah dengan sesama jenis, mengatakan ia merasa terbebas dari belenggu.
Foto: DPA
Imke Duplitzer: Pemain Anggar Perempuan
Juara Eropa tahun 2010 itu secara terbuka mendukung hak-hak warga homoseksual. Duplitzer juga mengeritik pelanggaran hak asasi manusia sebelum Olimpiade 2008 di Beijing, di samping juga mengeluhkan buruknya pekerjaan ofisial dalam ikatan Olah Raga Olimpiade Jerman. Ia juga secara jelas menyatakan pendapatnya terkait masalah doping dalam olah raga profesional.
Foto: Getty Images
Orlando Cruz: Petinju Puerto Rico
Petinju kelas bulu ini ingin menjadi juara dunia pertama yang terkenal homoseksual. Tetapi ia kalah dalam pertandingan melawan Orlando Salido dari Meksiko dalam kejuaraan dunia Oktober 2013. Setelah kalah dalam pertarungan itu, Cruz menikah dengan pasangan hidupnya.
Foto: AP
Amelie Mauresmo: Mantan Pemain Tenis Asal Perancis
Ia bukan pemain tenis perempuan pertama yang lesbian. Tetapi berbeda dari Billie Jean King atau Martina Navratilova, yang dibocorkan rahasianya oleh bekas pacar mereka, Mauresmo menyatakan secara sukarela dirinya homoseksual, setelah berhasil masuk babak final dalam turnamen Australia Terbuka 1999.
Foto: Getty Images
Steffi Jones: Mantan Pemain Sepak Bola Jerman
Kepala organisator Piala Dunia 2011 yang juga punya jabatan tinggi pada Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) menyatakan Februari 2013 bahwa ia lesbian. Steffi Jones hanya seorang dari beberapa pemain sepak bola perempuan Jerman yang homoseksual.
Foto: dapd
Justin Fashanu: Pemain Sepak Bola Inggris
'Coming out' pemain sepak bola itu berakhir tragis. Pemain dari Nigeria itu menjadi anggota klub Nottingham Forrest yang masuk liga satu, tahun 1981. Tahun 1990 ia nyatakan bahwa ia seorang 'gay.' Ketika pelatihnya mengetahui bahwa ia selalu datang ke bar-bar untuk kaum homoseksual, ia dipecat, dan pelatihnya minta polisi mengawalnya meninggalkan tempat latihan. Tahun 1998, ia bunuh diri.
Foto: picture-alliance/dpa
11 foto1 | 11
Termasuk Caroline Symons dari Victoria University di Melbourne: "Banyak atlet LGBT yang memilih untuk tidak mengungkap seksualitas mereka yang sesungguhnya agar bisa terus menekuni bidang olahraga. Mereka sangat menjaga penampilan dan omongan agar tetap terlihat sebagai heteroseksual."
Dampak bahasa homofobik
Pakar lainnya, Grant O'Sullivan mengatakan bahasa yang homofobik sering terdengar di lapangan, atau di ruang ganti. "Kadang tidak bermaksud menyakitkan. Tapi bisa berakibat fatal jika didengar oleh mereka yang tengah berkutat dengan masalah seksualitasnya." O'Sullivan khawatir, jika pengalaman negatif sudah dialami sejak di bangku sekolah, maka bisa jadi kaum LGBT akan menghindari dunia olahraga seumur hidup.
Pemain sepak bola klub LA Galay dan bekas pemain Leeds Robbie Rogers adalah satu dari sedikit pemain sepak boal profesional yang mengaku kalau dirinya gay. Ia berharap, hasil studi ini akan membuat perubahan. "Perubahan bisa dimulai oleh atlet atau fans yang memutuskan untuk tidak lagi menggunakan bahasa homofobik, walau hanya dimaksudkan sebagai gurauan", ujarnya.