Kaum Muda Tunisia Berbagi Cara Hindari Kewajiban Berpuasa
19 Mei 2020
Menyembunyikan camilan di balik bantal menjadi jurus teranyar kaum muda Tunisia menghindari kewajiban puasa di bulan Ramadan. Di media sosial mereka berbagi tips membatalkan puasa saat dikarantina bersama kedua orangtua.
Iklan
Kesenjangan antargenerasi dalam menjalankan kewajiban agama di Tunisia mencapai level baru di tengah ruang gerak yang menyusut akibat karantina saat wabah corona. Kini kaum muda mencari cara kreatif mengelabui orangtua agar bisa menghindari kewajiban berpuasa.
Tunisia termasuk negara Arab paling moderat. Menurut studi yang digalang sebuah jejaring penelitian di Universitas Princeton 2019 lalu, jumlah kaum muda yang menjauhkan diri dari agama bertambah pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Fenomena tersebut dirasa mencolok terutama saat Ramadan. Menyusul aturan karantina yang memaksa mereka mengurung diri di rumah bersama orangtua, sekelompok anak muda Tunisia membuka grup di Facebook buat berbagi tips menyembunyikan makanan selama siang hari.
Saat ini grup bernama “Fater” atau kependekan dari fast-breaker itu sudah beranggotakan 12.000 pengguna Facebook.
Ancaman “diusir“ dan dikucilkan
“Bagaimana cara menyembunyikan makanan di siang hari dan makan tanpa ketahuan orangtua?” misalnya tanya seseorang di linimassa grup. Ragam jawaban bermunculan, mulai dari tips agar makan ketika mandi atau jika perempuan mengaku sedang haid.
Zahra, seorang mahasiswi berusia 23 tahun, berkisah pernah menggunakan alasan serupa untuk membatalkan puasa. Hanya saja sang ibu tidak bisa dikelabui. “Saya bilang kepada ibu saya bukan lagi seorang muslim. Tapi dia berlaku seakan tidak pernah mendengar,” tuturnya.
Sejak dua tahun terakhir Zahra tidak berpuasa. Dia menyadari status keagamaan ikut menentukan nasib individu di Tunisia. “Banyak yang takut diusir dari rumah,“ kata dia mengomentari sikap diam mereka yang sudah menanggalkan agama. “Tapi saya tidak takut.”
“Jika saya mengaku tidak berpuasa kepada orangtua, mereka membayangkan saya melakukan hal yang sangat buruk.”
Polisi tegakkan kewajiban berpuasa
Konstitusi Tunisia yang berlaku pasca revolusi 2011 sebenarnya tidak melarang konsumsi makanan atau minuman di ruang publik selama bulan Ramadan. Meski demikian polisi tetap menangkapi warga yang kedapatan terang-terangan makan atau minum di luar saat puasa, dengan dakwaan melanggar aturan “kesopanan di ruang publik.”
Maka rumahlah yang selama ini menjadi suaka bagi kaum muda buat menghindari puasa. Tapi aturan karantina di tengah wabah corona mengurung mereka bersama orang tua, dan sekaligus merenggut oase kebebasan terakhir itu.
“Saya takut diusir dari keluarga jika saya mengaku kepada mereka,” kata Yasmine, mahasiswi berusia 19 tahun yang tidak lagi berpuasa sejak empat tahun terakhir.
Warga Tunisia lain, Imen, meyakini adanya “kesenjangan antargenerasi,” terutama dalam menyikapi kewajiban berpuasa. Perempuan berusia 26 tahun itu biasaya selalu menghabiskan bulan Ramadan bersama orangtuanya di kota kecil di kawasan pesisir, Nabeul.
Dia mengaku sebenarnya ingin memberitahu keluarga perihal pilihannya untuk tidak berpuasa. “Tapi semua orang sekarag ini sedang stress berat karena lockdown.”
“Ibu saya akan merasa sakit hati. Ayah saya tahu, tapi kami memilih tidak membahasnya,” kisa Imen.
Menurutnya meski warga Tunisia biasa bersikap toleran, “Ramadan adalah waktu yang istimewa, di mana orang bisa merasa punya hak untuk menghakimi orang lain.”
“Kaum muda berpandangan lain dan media tidak merefleksikan hal itu,” imbuhnya.
Surutnya tekanan sosial di bulan Ramadan
Sebelum pecahnya wabah corona, restoran atau café di ibukota Tunis masih beroperasi meski menutupi jendela luar dengan lembaran koran. Bagi sebagian orang, tekanan sosial di bulan Ramadan perlahan mereda.
“Ayah saya tahu saya membatalkan puasa. Tapi dia berpikiran terbuka dan hanya tertawa saja,” kisah Azer, 36 tahun. Dia mengaku sudah terbiasa menyantap makanan di hadapan teman kantor yang berpuasa dan merasa “tidak lagi dihakimi.“
Pendiri grup Fater di Facebook, Abdedlakrum Benadballah, mengamini klaim Azer, bahwa makan di siang hari selama Ramadan “tidak lagi terlalu dianggap tabu, dibandingkan dulu.“
Meski demikian kebanyakan mereka yang tidak berpuasa menahan diri “tidak makan di rumah untuk menghormati keluarga.“
“Agak sulit menjadi seorang hipokrit,“ kata Walid, pria berusia 40 tahun yang tinggal bersama orangtua. “Saya benci kepalsuan di masyarakat: mereka yang berhubungan seksual di luar nikah, mencuri dan meminum alkohol, lalu tiba-tiba menjadi sangat agamis selama 30 hari di bulan Ramadan”, pungkas pria warga Tunisa ini.
rzn/as(AFP)
Musim Semi Arab: Awalnya dan Situasi Sekarang
Musim Semi Arab terjadi 2010 lalu. Namun, negara-negara Arab yang dulu dilanda revolusi masih tetap bergelut dengan berbagai masalah. Di banyak tempat, revolusi bahkan tak menunjukkan bekas. Berikut situasi lima negara.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Khalil Hamra
Tunisia, awalnya...
Peristiwa politik yang disebut "Revolusi Yasmin" diawali kerusuhan massal di seluruh negeri akhir Desember 2010. Awalnya peristiwa pembakaran diri penjual sayur Mohamed Bouazizi (17 Des 2010). Lalu 14 Januari 2011 Presiden Ben Ali meninggalkan Tunisia. 17 Januari 2011 PM Mohamed Ghannouchi dirikan pemerintahan sementara. 27 Februari 2011 Ghannouchi turun, dan digantikan PM baru Béji Caïd Essebsi.
Foto: AP
Tunisia, situasi sekarang
17 Jan 2011 Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi dirikan pemerintahan sementara. 27 Feb 2011 setelah sejumlah aksi protes besar-besaran, Ghannouchi turun, dan PM baru Béji Caïd Essebsi (foto). Tunisia hingga kini masih menghadapi banyak masalah. Antara lain masalah keamanan. Juli 2015 terjadi sebuah serangan teror di Sousse yang menyebabkan 38 orang tewas. 30 di antaranya berasal dari Inggris.
Foto: AFP/Getty Images/F. Belaid
Mesir, awalnya...
Perlawanan dimulai 25 Jan 2011, pada hari yang disebut "Hari Kemarahan“. 11 Feb Presiden Hosni Mubarak yang sudah berkuasa puluhan tahun turun jabatan, Dewan Militer ambil alih. Mereka jamin pemilu demokratis serta cabut situasi darurat yang sudah berlangsung 30 tahun. 2 Juni 2012 Mubarak dijatuhi hukuman seumur hidup. Setelah itu ia beberapa kali dihadapkan ke pengadilan karena sejumlah tuduhan.
Foto: AFP/Getty Images/M. Abed
Mesir, sekarang
Dalam pemilu antara 2011 dan 2012 Ikhwanul Muslimin dapat suara mayoritas di parlemen. Mohammed Mursi jadi Presiden. Partai liberal, kiri dan kekuatan sekuler protes dan memuncak Nov 2012. Serangkaian demonstrasi berakhir pada kudeta oleh militer. Mereka angkat Adli Mansur sebagai presiden sementara, dan akhirnya lewat pemilu Mei 2014, (Jenderal) Abdel al-Fattah al-Sisi (foto) jadi presiden.
Foto: Reuters
Libya, dulu...
Muammar Gaddafi (foto) diktator Libya antara 1969-2011. Ia penguasa yang paling lama bercokol di puncak kekuasaan Libya. Awal 2011 Musim Semi Arab menjalar ke Libya dan sulut demonstrasi di seluruh negeri. Gaddafi kehilangan kontrol. Maret sejumlah negara lancarkan serangan udara. Juni 2011 Gaddafi resmi dicari karena pelanggaran kemanusiaan. 20 Oktober 2011 Gaddafi tewas dibunuh saat buron.
Foto: Christophe Simon/AFP/Getty Images
Libya, situasi sekarang
Sejak 2011 Libya diguncang baku hantam antar milisi. Awalnya proses demokratisasi berjalan karena 2012 pemilu demokratis dilaksanakan. Partai sekuler ANK jadi kekuatan terbesar. Tapi partai Islam jadi mayoritas di parlemen. Pemerintah mayoritas Islam fundamental tidak mampu atau mau hapus milisi. Ansar al-Sharia bisa bergerak bebas. Presiden Nuri Abusahmain bahkan dirikan pasukan pribadi.
Foto: picture-alliance/dpa
Maroko, lima tahun lalu
Maroko adalah monarki konstitusional, dan sejak 1999 dipimpin Muhammad VI (foto). Negara miskin tapi stabil secara politik. Setelah seruan di Facebook, 20 Feb 2011 (Hari Kehormatan) ribuan berdemonstrasi tuntut reformasi politik dan demokrasi. Dalam kerusuhan jatuh korban tewas. Sebagai reaksi, Raja Maroko umumkan reformasi politik 10 Maret 2011.
Foto: Getty Images/AFP/A. Jocard
Maroko, situasi sekarang
Referendum konstitusi dilaksanakan setelah Musim Semi Arab. Perubahan yang disetujui 98% anggota parlemen, akui Tamazight jadi bahasa resmi disamping Arab. Sejumlah kewenangan dialihkan dari raja ke perdana menteri dan parlemen. Raja sekarang wajib angkat PM dari partai yang mayoritas di parlemen. Sebelumnya, Raja Maroko bisa mengangkat siapapun yang ia inginkan. Foto: istana raja.
Foto: DW/D. Guha
Aljazair, lima tahun lalu
Kerusuhan Aljazair (2010–2012) berkaitan dengan revolusi di Tunisia. Aksi protews warga awalnya disulut terus meningkatnya harga bahan pangan. Kerusuhan muncul secara spontan dan tidak terorganisir. Oposisi tuntut pencabutan situasi darurat, dan itu dipenuhi pemerintah tanggal 24 Feb 2011. Hingga pertengahan April ada kerusuhan dan demonstrasi. Foto: Presiden Abdelaziz Bouteflika
Foto: Rahim Ichalalen
Aljazair, situasi sekarang
Aljazair hingga sekarang tetap menghadapi banyak masalah. Presiden Bouteflika juga tetap berkuasa. Dalam pemilu 17 April 2014 ia terpilih jadi presiden untuk keempat kalinya. Menurut keterangan departemen dalam negeri, 81,5% suara diraih Bouteflika, dan 12,18% diraih penantangnya Ali Benflis. Foto: ibukota Aljir.