1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Keadaan Darurat di Thailand

13 April 2009

Adu kekuatan antara militer dan lawan pemerintah di Thailand terus meruncing. Para demonstran membangun barikade jalan dengan membakar ban-ban mobil dan melemparkan bom molotov ke arah petugas keamanan.

Militer Thailand lepaskan tembakan peringatan terhadap para demonstran.Foto: AP

Suasana di ibukota Thailand menegangkan. Setelah terlibat bentrokan dengan para demonstran yang menggunakan kekerasan, militer Thailand kembali berhasil menguasai keadaan di hampir semua bagian kota.

Bentrokan yang terjadi telah mengakibatkan lebih dari seratus orang cedera. Demikian dikemukakan para dokter. Sejumlah demonstran dan tentara menderita luka-luka akibat tembakan. Menurut keterangan jurubicara pemerintah, dua pria yang masing-masing berusia 19 dan 54 tahun, tewas akibat tembakan yang dilepaskan demonstran berbaju merah ke arah penduduk yang dianggap memusuhi mereka.

Polisi menggunakan semprotan air dan gas air mata. Para demonstran melemparkan bom bensin dan batu ke arah tentara yang mendekat. Pihak militer melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan para demonstran.

Para demonstran berbaju merah mendirikan sejumlah barikade untuk menutup berbagai jalan di ibukota Bangkok, menguasai sejumlah bus kota, membakar sekurangnya sebuah bus dan sebuah gedung pemerintahan. Kemudian mereka menuangkan bensin di jalanan dan mengancam akan menyulutnya. Semalam ribuan demonstran berbaju merah mundur ke lokasi pusat pemerintahan di Bangkok, tempat mereka mendirikan tenda sejak tanggal 26 Maret lalu. Dari kejauhan terlihat asap hitam mengepul di atas kawasan itu.

PM Abhisit Vejjajiva berulang kali mengimbau penduduk agar bersikap tenang dan menjaga ketertiban. Dia menjamin, pihak keamanan akan bersikap menahan diri terhadap para demonstran. Tetapi para demonstran yang menggunakan kekerasan akan ditindak tegas. Dalam wawancara telepon dengan BBC, PM Vejjajiva mengemukakan: "Kami optimis, bahwa kami dapat kembali menguasai keadaan. Memang masih ada orang-orang yang berkeliaran dekat gedung pemerintahan. Kami akan berupaya mencari penyelesaian dalam hari-hari mendatang."

Dapat dikatakan para demonstran itu dihasut oleh Thaksin Shinawatra dari tempat pengasingannya. Mantan PM yang divonis dua tahun penjara itu mengimbau para pendukungnya agar melakukan revolusi. Kepada BBC, Thaksin mengemukakan, dia hanya hendak mendukung perjuangan rakyat untuk mencapai demokrasi. Dikatakannya: "Saya hanya ingin memberikan dukungan moral kepada mereka. Saya tidak pernah menghasut, tetapi saya ingin agar mereka memperjuangkan demokrasi. Itu sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Di masa lalu kami sudah berulangkali mengalami kudeta militer dan pertumpahan darah. Selama masa pemerintahan saya, warga miskin Thailand menyadari, bahwa demokrasi bermakna penting bagi mereka."

Terkait bentrokan yang terjadi di Thailand itu, UE menunjukkan keresahan besar. Kepada pihak oposisi dan pemerintah Thailand disampaikan imbauan agar tidak menggunakan kekerasan. Sebab kalau tidak, pemerintah Thailand mempertaruhkan citra dan stabilitas negara. Perpecahan politik harus diatasi lewat dialog dan sarana demokrasi. Demikian disampaikan Ceko yang saat ini memimpin UE.

Kementrian luar negeri Jerman di Berlin mengeluarkan anjuran, agar perjalanan yang tidak mendesak ke Bangkok lebih baik ditangguhkan, walaupun konflik hanya terbatas pada lokasi-lokasi tertentu saja. Selain itu, mereka yang berada di Thailand diimbau agar menghindari demonstrasi dan orang-orang yang berkumpul. Negara-negara lain mengeluarkan peringatan yang lebih drastis. Dalam pesan lewat televisi pemerintah Thailand menjamin keamanan warga asing.

Sejak hari Minggu sudah dimulai perayaan Songkran, yaitu tahun baru Thailand, yang tahun ini berlangsung sampai tanggal 15 April.

Bernd Musch-Borowska/ap/afpd/dpa/Dewi Gunawan-Ladener
Editor: Marjory Linardy