Racun polusi dari kebakaran hutan punya dampak negatif terhadap pertumbuhan anak dan bayi dalam kandungan. Ini dibuktikan oleh hasil riset para peneliti dari Duke University, Amerika Serikat.
Iklan
Penelitian terbaru berjudul "Seeking Natural Capital Projects: Forest Fires, Haze, and Early-life Exposure in Indonesia" yang dipublikasikan di situs organisasi Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS) menemukan bahwa kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia pada 1997 memberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan anak-anak.
Oleh majalah TIME kejadian tahun 1997 itu dinobatkan sebagai salah satu kebakaran hutan terburuk sepanjang masa. Selama peristiwa tragis ini, hampir 11 juta hektar tanah dibakar untuk tanaman baru, dengan asap dan kabut meluas hingga ke Malaysia, Brunei, Thailand, Vietnam dan Filipina.
Polusi yang dihasilkan sedemikian buruknya hingga memberi dampak negatif pada pertumbuhan. Penelitian PNAS membuktikan bahwa bahkan anak-anak di dalam rahim dapat terpapar polusi asap, yang berpotensi menghambat pertumbuhan tinggi badan mereka.
Hutan dan Pohon: Bukan Hanya Paru-Paru Dunia
Hari Hutan Internasional adalah saatnya untuk menghargai alam sekeliling kita yang hijau. Tahun ini, yang jadi salah satu fokusnya energi yang bisa diperbaharui. Sumber energi tertua dan bisa diperbaharui adalah kayu.
Foto: Reuters
Panggilan bagi Hutan
Rimba, kayu, hutan, hutan kecil. Semua kawasan tempat tumbuhnya kayu jadi perhatian utama pada Hari Hutan Dunia tanggal 21 Maret. Hari ini ditetapkan Perserikatan Bangsa-bangsa tahun 2012. Karena temanya berganti-ganti tiap tahun, ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran akan hutan dan kegunaannya yang beraneka ragam. Tema tahun ini: hutan dan energi.
Foto: picture-alliance/Arco Images/J. & A. Kosten
Seberapa Banyak Kayu Dibutuhkan?
Hutan adalah basis banyak tipe energi. Jika digunakan sebagai bahan bakar, kayu bisa berguna dalam bentuk padat, gas dan cair. Bahan bakar kayu misalnya kayu bakar, gas kayu, bioetanol menghasilkan energi bagi satu dari tiap tiga rumah tangga di seluruh dunia. Kayu terutama digunakan untuk memasak, memanaskan ruangan dan mendidihkan air.
Foto: picture-alliance/dpa
Bahan Bakar Kayu Adalah Energi Terbarukan
Hutan-hutan adalah sumber bahan bakar yang bisa didaurulang. Jumlahnya tidak sedikit, sekitar 40% sumber energi di dunia. Emisi yang dilepas ke atmosfir jika kayu dibakar kembali dihilangkan dari udara lewat pohon-pohon yang baru ditanam, karena pohon-pohon menggunakan dan menyimpan CO2. Ini semua tidak ada pada bahan bakar fosil.
Foto: Fotolia/maho
Asap Adalah Dampak Mematikan
Sekitar 50% kayu digunakan untuk menghasilkan energi tiap tahunnya. Di Asia, jumlahnya 60% persen, dan di Afrika bahkan 90%. Asap yang dihasilkan jadi masalah, tertuma bagi kesehatan orang. 4,3 juta orang meninggal tiap tahunnya karena polusi udara di dalam ruangan. Itu lebih dari jumlah seluruhnya kematian akibat malaria, tuberkulosis dan HIV.
Foto: Reuters/M. Al Hwaity
Bekerja dengan Kayu
Kayu adalah sumber pekerjaan yang penting. Di negara-negara berkembang, sumber keuangan sekitar 883 juta orang sepenuhnya atau sebagian berasal dari kayu. Dengan bahan bakar organik yang mulai bermunculan, jumlahnya bisa bertambah, juga di negara-negara berkembang.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Holden
Dari Kayu Hasil Tebangan?
Popularitas briket arang dan pelet semakin tinggi dalam beberapa hari belakangan. Bentuk ini tidak hanya lebih kecil dan mudah digunakan, tapi juga bisa diproduksi dengan bahan selain kayu, misalnya rumput dan abu penggergajian kayu. Keuntungan lain, tranpornya lebih aman dan mudah, dibanding misalnya bahan bakar gas atau minyak dari fosil.
Foto: German Pellets
Tempat Teduh di Kota Yang Panas
Kayu tidak hanya bagus untuk memanaskan. Di planet bumi yang tambah panas, pohon juga bisa jadi penyejuk. Di kota-kota yang terlalu panas, pohon jadi penyejuk sampai sekitar 8° Celcius. Jika udara kota yang lebih sejuk berarti pendingin ruangan tidak terlalu banyak diperlukan di gedung-gedung.
Foto: Public Domain
Pembalakan Liar Ancam Paru-Paru Hijau Dunia
Rimba hutan tropis memegang peran utama dalam menyimpan CO2. Hutan rimba amazon terancam penebangan ilegal karena pohon ditebang dan lahan dibuka untuk pertanian, pertambangan dan proyek konstruksi. Ilmuwan memperingatkan, hutan harus diselamatkan jika iklim bumi ingin dijaga. Penulis: Jessie-May Franken (ml/hp)
Temuan riset menunjukkan bahwa udara beracun dapat menyaring pasokan oksigen janin dan menyebabkan perubahan permanen, yang berpotensi menyebabkan berat badan bayi saat lahir rendah dan tinggi badan yang lebih pendek di usia dewasa.
"Berbeda dari penelitian sebelumnya, yang memfokuskan perhatian pada kasus kematian yang disebabkan oleh kebakaran hutan, kami menfokuskan riset pada jutaan korban selamat namun menderita penurunan fungsi dan kemampuan," tulis para periset.
Sudah umum diketahui bahwa polusi udara dapat memberi dampak negatif pada kesehatan, terutama pada anak-anak. Namun hasil studi terbaru ini menunjukkan bahwa kebakaran hutan lebih berbahaya daripada yang kita bayangkan sebelumnya.
Kebakaran hutan tahun 1997 merupakan bencana besar. Jumlah besar sulfida, dinitrogen oksida dan abu lepas ke udara, menghasilkan seperempat dari jumlah emisi karbon tahun itu.
Diperkirakan bahwa sekitar 20 juta orang mendapat dampak negatif pada kesehatan mereka dan berkat penelitian terbaru ini, kini diketahui bahwa jumlah itu juga berpotensi mencakup satu juta anak-anak dan bayi dalam kandungan.
Dalam kebakaran kali ini, 575 titik panas terdeteksi di Sumatera dan 1.312 di Kalimantan. Diperkirakan potensi kebakaran masih tetap tinggi karena cuaca kering. Berikut situasi dari lokasi kebakaran dalam rangkaian foto.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Paul
Palembang Tertutup Asap
Daerah dekat sungai Musi di kota Palembang tampak tertutup asap. Bersamaan dengan semakin tebalnya kabut asap yang menutupi kawasan Sumatera dan Kalimantan serta menjalar ke negara tetangga, polisi menyelidiki 26 perusahaan yang diduga terlibat pembakaran hutan ilegal.
Foto: Reuters/Beawiharta
Asap Tebal di Riau
Sejumlah pemadam kebakaran berusaha mematikan api di daerah Kampar, provinsi Riau, 13 September 2015. Akibat asap tebal sejumlah penerbangan terpaksa dibatalkan, dan warga disarankan untuk tetap berada di rumah.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Membahayakan Kesehatan
Seorang petani di Kampar, provinsi Riau tampak menutupi mulut dan hidung akibat asap tebal. Pakar sudah memperingatkan bahaya asap bagi kesehatan. Tergantung berapa persen penurunan kadar oksigen yang terjadi, asap bisa akibatkan gangguan pernapasan.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Sebaiknya Pakai Masker
Seorang aktivis (kanan) membagi-bagikan masker kepada warga di sebuah jalanan kota Pekanbaru, provinsi Riau (13/09/15). Asap yang semakin tebal di sejumlah kota bisa menyebabkan gangguan pernapasan.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Merusak Lingkungan
Sebuah pohon pisang yang terbakar api di hutan di sebelah utara desa Indralaya, di daerah Ogan Ilir, provinsi Sumatera Utara. Sebagian Sumatera dan Kalimantan tertutup asap tebal yang tidak hanya mengancam kesehatan warga, melainkan juga akibatkan kerusakan besar lingkungan.
Foto: Reuters/Beawiharta
Tentara Dikerahkan untuk Bantu Pemadaman
Seorang tentara menyemprotkan air dalam upaya pemadaman kebakaran hutan di sekitar desa Tambang, Kampar, provinsi Riau (13/09/15). Pemerintah menyatakan akan mengirim lebih dari 10.000 tentara untuk membantu pemadaman kebakaran hutan di bagian utara Sumatera.
Foto: Reuters/YT Haryono
Penggunaan Helikopter
Sebuah helikopter menjatuhkan air untuk memadamkan kebakaran di sebuah perkebunan di Kubu Raya, Kalimantan Barat . Dilaporkan 14 helikopter dikerahkan untuk membantu pemadaman kebakaran.
Foto: Reuters/Antara Foto/Y.K. Irawan
Juga Sampai ke Negara Tetangga
Sebuah bendera Malaysia tampak berkibar di depan gedung kantor perdana menteri, yang tidak tampak jelas akibat kabut asap yang menyelubungi kawasan Putrajaya, Malaysia. Asap tebal dari kebakaran hutan di Indonesia juga dilaporkan menyebar ke Singapura.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Paul
8 foto1 | 8
Lebih pendek tiga sentimeter
Sebagai bagian dari penelitian, para periset di Duke University, AS memeriksa 560 anak-anak yang terkena dampak, yang selama kebakaran hutan masih berada di dalam kandungan atau berusia kurang dari enam bulan.
Para peneliti menganalisis data paparan prenatal terhadap polusi, gizi anak, faktor iklim, informasi genetik dan faktor sosial lainnya. Peneliti menemukan bahwa anak-anak yang lahir selama peristiwa kebakaran hutan (1997 hingga 1998), rata-rata lebih pendek 3,4 sentimeter di usia 17 tahun dibandingkan jika mereka tidak terpapar polusi saat kecil.
Melalui hasil penelitian ini, para periset menekankan perlunya kebijakan untuk mendeteksi dan menekan kebakaran atau memberlakukan larangan bakar hutan. Menurut mereka, kebijakan semacam itu akan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Temuan ini juga memberikan justifikasi yang kuat untuk kebijakan pemerintah Indonesia yang sedang dilakukan terkait pemulihan hutan, termasuk kebijakan yang berfokus pada pemulihan lahan gambut.
Studi para peneliti Duke University ini adalah studi pertama yang menitikberatkan pada efek negatif yang terjadi pada anak atau bayi dalam kandungan jika terpapar polusi udara.
na/hp (sciencealert.com, pnas.org)
Kebakaran Hutan Ancam Orang Utan
Kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan tidak saja menimbulkan masalah bagi manusia, tapi juga bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk bagi orang utan. Berikut beberapa dampak kebakaran hutan pada orang utan.
Foto: picture-alliance/dpa/Fully Handoko
Habitat dan Populasi Terancam
Pembalakan hutan serta kebakaran hutan menjadi ancaman utama bagi habitat dan populasi orang utan. Menurut data tahun 2008, di Kalimantan hidup sekitar 56.000 orang utan di alam liar. Namun akibat pembalakan hutan, dan diperparah dengan kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun, populasi orang utan saat ini diperkirakan tinggal 30.000 – 40.000.
Foto: picture alliance/dpa
Korban Kebakaran Hutan
Menurut Borneo Orang Utan Survival Foundation (BOSF), 16 bayi orang utan yang berada di hutan rehabilitasi di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, mengalami masalah kesehatan akibat paparan kabut asap. Belum ada informasi berapa ekor orangutan yang menjadi korban tewas akibat kebakaran hutan. Namun BOSF meyakini banyak orangutan yang tidak mampu menyelamatkan diri dari kebakaran yang melanda hutan.
Foto: Reuters/FB Anggoro/Antara Foto
Waktu Tidur
Selama terjadinya kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap tebal, orangutan diamati pergi tidur lebih awal dari biasanya, yaitu antara pukul 14:30 – 15:00. Pada kondisi normal, orangutan tidur pada pukul 17:00. Dan saat bencana kabut asap, orangutanpun tidur lebih lama. Biasanya orangutan bangun pukul 04:30-05:00, namun kini mereka bangun sekitar pukul 06:00.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Burgi
Lebih Mendekat ke Tanah
Selama terjadinya kabut asap, orangutan membangun sarang lebih rendah dibandingkan pada kondisi normal. Selain itu, dari pengamatan terlihat juga adanya orangutan yang mengalami perubahan dalam pola makannya. Walau saat ini makanan pokok mereka, buah Tutup Kabali, masih tersedia di hutan, tapi beberapa orangutan lebih memilih umbut dari sejenis pohon pandan.
Foto: picture-alliance/WILDLIFE
Keluar dari Habitat
Sejak kabut asap yang dipicu kebakaran hutan terjadi, orang utan juga kerap terlihat masuk pemukiman warga. Sebenarnya, orang utan dikenal sebagai hewan pemalu dan berusaha untuk menghindari kontak dengan manusia. Tapi karena habitatnya rusak atau musnah akibat kebakaran hutan, kini orang utan turun hingga ke permukiman penduduk untuk mencari makan dan bertahan hidup.