Kebangkitan Kendaraan Otonom
26 Desember 2013 Kendaraan otonom mengalami masa keemasan tahun 2013. Dari cuma sekedar gagasan yang ambisius dan mustahil terwujud, mobil yang bisa berjalan tanpa supir itu kini menjadi realita mobilitas masa depan yang tidak lagi diperdebatkan.
Industri otomotif saat ini bersaing mengembangkan kendaraan otonom yang laik pasar. Audi, Daimler, Nissan, Renault, Ford dan bahkan Tesla yang cuma memproduksi 20.000 kendaraan per tahun pun tidak ingin ketinggalan.
Bahwa demam mobil otonom sudah merambah industri otomotif, terbukti dari niat Volvo yang berambisi memproduksi 100 kendaraan canggih itu untuk kota Götenborg hingga tahun 2017. Produsen asal Swedia itu tahun depan akan memulai serangkaian uji coba dengan mobil semi-otonom. Di tahun yang sama Volvo akan merangkai sistem komputasi awan yang bakal mendukung proyek bernama Drive Me tersebut.
Geliat Raksasa Teknologi
Pengembangan mobil otonom tidak bisa terlepaskan dari peran Google. Tiga tahun lalu, raksasa internet asal Amerika Serikat itu nyaris mempermalukan industri otomotif ketika memperkenalkan armada Toyota dengan kemudi otomatis.
Saat itu produsen otomotif dunia mencibir upaya Google. Tapi perkembangan saat ini justru menunjukkan sebaliknya. Di balik layar industri otomotif menggenjot penelitian mobilitas masa depan.
Google juga tidak tinggal diam. Perusahaan yang berbasis di California itu mengklai mobil otonom buatannya telah menempuh jarak jutaan kilometer di Amerika Serikat. Musim panas lalu sejumlah media melaporkan, Google bahkan bisa memproduksi mobil sendiri tanpa perlu menggandeng produsen otomotif lain.
Selain itu investasi senilai seperempat miliar Dollar yang dikucurkan Google kepada sebuah perusahaan Start-Up penyedia jasa limosin semakin memanaskan isu, bahwa raksasa teknoklogi tersebut ingin mengembangkan jasa taxi otonom.
Teknologi Laik Pasar
Sebaliknya industri otomotif mulai unjuk gigi. Musim panas lalu sebuah kendaraan penelitian milik Daimler yang dibuat dengan basis Mercedes S Class melaju secara otonom antara Mannheim dan Pforzheim yang berjarak 88 Kilometer.
Perusahaan asal Stuttgart itu bahkan mengklaim, teknologi otonomi yang digunakan pada kendaraan tersebut nyaris laik pasar. Jalur itu sendiri dipilih untuk merefleksikan perjalanan pertama Bertha Benz dengan mobil buatannya sendiri.
Mercedes saat ini sudah menawarkan teknologi Stop&Go Pilot untuk kendaraan S Class. Teknik tersebut membantu mobil berkendara secara otonom di tengah kemacetan. Buat kota seperti Jakarta, Beijing, New Delhi, Sao Paulo atau New York, teknologi itu bisa sangat memudahkan pengendara.
Tanggungjawab dalam Kasus Kecelakaan
Berbeda dengan Google, industri Otomotif bisa mengandalkan divisi penelitian yang beranggotakan puluhan mekanik dan teknisi dengan pengalaman segudang. Google memilih cara yang lebih pragmatis. Pada setiap mobil otonom tertanam teknologi senilai 150.000 US Dollar, antara lain sistem radar berbasis laser yang dipasang di atap kendaraan.
Industri otomotif sebaliknya membidik piranti yang tidak mencolok, "kami benar-benar ingin memproduksi kendaraan otonom untuk pasar," kata Christian Senger dari Pusat Penelitian Continental. Pemasok suku cadang seperti Conti, Valeo dari Perancis atau Visteon asal Amerika Serikat memainkan peranan penting dalam mewujudkan kendaraan otonom yang laik pasar.
Betapapun juga, Google dan industri otomotif yakin, kendaraan otonom sudah akan merambah pasar hingga tahun 2020. Sampai saat itu, segudang masalah teknis masih harus diatasi. Selain itu industri otomotif juga berhadapan dengan masalah lain: siapa yang bertanggungjawab jika mobil otonom terlibat dalam kecelakaan?
"Masalah asuransi saat ini belum dipecahkan," kata Presiden Renault dan Nissan, Carlos Ghosn pada Pameran Otomotif Internasional (IAA) Juni silam. Kendati begitu ia meyakini, pihak industri, asuransi dan pemerintah bakal menemukan solusi yang tepat dalam waktu dekat.
rzn/ml (dpa,afpe)