Di luar negeri, Presiden Jokowi berusaha menggaet investasi besar dari Jepang dan Cina. Di dalam negeri, pemerintah tiga bulan lalu mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Iklan
Maret 2015. Pemerintahan Jokowi akhirnya mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar untuk daerah di luar Jawa, Madura dan Bali. Kenaikan harga masing masing Rp 500 untuk kedua jenis BBM itu.
Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Widhyawan Prawiraatmaja mengatakan, kenaikan harga itu sudah disesuaikan dengan melihat perkembangan dan penyesuaian harga berdasarkan biaya dasar.
"Ada beberapa hal yang dilihat, seperti pajak, pajak daerah, biaya pengolahan dan distribusi," kata Widhyawan dalam sebuah diskusi di Jakarta (29/03).
Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya mengatakan, kenaikan harga BBM itu antara lain disebabkan nilai Rupiah yang melemah.
"Kita tahu Rupiah sekarang masih Rp 13.000 lebih per Dolar AS, minyak juga naik lagi," kata Jusuf Kalla seperti dikutip kantor berita Antara.
Tarif angkutan umum tak boleh naik
Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan menegaskan, Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) tidak akan menaikkan tarif angkutan umum sehubungan dengan kenaikan harga BBM.
"Tidak bakalan naik," tandas Jonan di Istana Negara kepada wartawan hari Senin (30/03).
Menurut Jonan, tarif angkutan umum sudah naik beberapa waktu yang lalu, sehingga saat ini tidak perlu naik lagi.
Jonan menerangkan, mengenai tarif angkutan umum di daerah, pengaturannya dikembalikan ke masing-masing Pemerintah Daerah. Tapi dia meminta para wali kota, bupati, dan gubernur untuk tidak menaikkan tarif angkutan.
Di beberapa kota, berbagai kelompok mahasiswa menggelar aksi memrotes kenaikan harga BBM yang dinilai menyulitkan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Jokowi cari investor dari Jepang dan Cina
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Sofyan Djalil mengaku Indonesia berhasil menarik investasi ketika dirinya bersama Presiden Joko Widodo dan beberapa menteri lain berkunnjung ke Jepang dan China.
Dia menerangkan, ada lebih dari 1200 perusahaan Jepang yang sudah menyatakan minatnya masuk Indonesia.
Ranking Negara Idaman Investor
Sepuluh negara didaulat sebagai tujuan investasi terbaik sejagad oleh konsultan internasional, A.T. Kearney dan lembaga PBB, UNCTAD. Cina masih berada di urutan teratas, sementara prospek Indonesia melemah.
Foto: PHILIPPE LOPEZ/AFP/Getty Images
10. Jepang
Tidak sedikit perusahaan-perusahaan multinasional yang menggantungkan program riset dan pengembangannya pada Jepang. Selain itu negeri sakura juga dinilai prospektif sebagai pusat logistik regional. Secara umum, posisi Jepang masih kokoh karena geliat pasar di dalam negeri yang dinamis, buruh yang terdidik dan konsumen yang berpikiran maju.
Foto: Fotolia/lassedesignen
9. Inggris
Investor dari zona Euro aktif merambah sektor keuangan yang menjadi tulang punggung perekonomian Inggris. Kendati rencana referendum soal keanggotaan Inggris di Uni Eropa 2017 mendatang, London masih dianggap sebagai pusat keuangan dan pertukaran modal paling menjanjikan di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
8. Thailand
Thailand sejak lama menikmati kepercayaan tinggi di kalangan investor. Negeri gajah putih itu misalnya beberapa tahun lalu menggeser Cina sebagai negara produksi Toyota terbesar ketiga di dunia. Serupa dengan Malaysia, Thailand mengandalkan sektor otomotif dan elektronik untuk mendulang dana investasi asing.
Foto: imago/McPhoto
7. Mexiko
Murahnya upah buruh dan biaya transportasi, serta afiliasi yang kuat perekonomian Mexiko dengan negeri jiran, AS, membuat investor membanjiri negara di jantung Karibik itu. Kepercayaan terhadap perekonomian Mexiko terutama menguat setelah pemerintah membuka keran bagi investasi asing dalam program privatisasi perusahaan energi pelat merah.
Foto: picture alliance/Arco Images GmbH
6. Jerman
Jerman didaulat sebagai negara dengan sektor manufaktur paling canggih di dunia. Negeri di jantung Eropa ini berhasil menarik investor yang mencari iklim bisnis yang aman, berjangka panjang dan berkelanjutan. Ketika perekonomian lain di Eropa menyusut, Jerman justru tengah menikmati angka pertumbuhan yang signifikan.
Foto: Reuters
5. Brasil
Negeri samba ini bisa membanggakan diri sebagai negara tujuan investasi terbesar untuk pemodal dari negara-negara berkembang dan ambang industri. Ketika arus keluar investasi portfolio menderas, Brasil justru menikmati jenis investasi jangka panjang. Energi dan pertambangan adalah dua sektor yang paling menjanjikan buat investor.
Foto: Fotolia/marchello74
4. Indonesia
Sejatinya investor asing masih menaruh harapan tinggi pada perekonomian Indonesia yang digerakkan oleh konsumsi dan eksplorasi sumber daya alam. Namun kepercayaan anjlok setelah pemerintah menelurkan regulasi yang melarang ekspor mineral mentah. Kebijakan tersebut dikhawatirkan bakal mengotori iklim investasi di tanah air.
Foto: picture-alliance/dpa
3. India
India menyedot 25,5 miliar US Dollar dalam bentuk Investasi Asing Langsung (FDI). Namun kendati masih dipercaya sebagai negara idaman buat perusahaan multinasional, arus modal yang masuk berkurang sebanyak enam miliar US Dollar dibandingkan tahun 2012. Salah satu alasan terbesar adalah langkah pemerintah memperketat regulasi penanaman modal.
Foto: Getty Images
2. Amerika Serikat
Meski memuncaki indeks kepercayaan investasi asing langsung (FDI), posisi Amerika Serikat dalam daftar negara idaman tujuan investasi melorot tipis dibandingkan Cina. Sektor keuangan dan elektronik/komputer adalah alasan terbesar perusahaan asing ramai-ramai berinvestasi di negeri paman sam.
Foto: Reuters
1. Cina
Negeri tirai bambu sejauh ini memuncaki daftar popularitas negara tujuan investasi di dunia. Sebanyak 45 persen dari 150 perusahaan multinasional yang dilibatkan dalam jajak pendapat menyebut Cina sebagai negara idaman. Beberapa sektor yang menjadi primadona adalah telekomunikasi, otomotif dan konstruksi.
Foto: PHILIPPE LOPEZ/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
"Semangat Jepang luar biasa untuk menanamkan investasinya. Mereka bilang, Indonesia bisa menjadi basis produksi untuk ekspor," kata Menko Sofyan Djalil di Jakarta, Senin (30/03)
Perusahaan otomotif Jepang, Toyota, bahkan sudah mulai melakukan investasi senilai Rp 20 triliun sampai tahun 2018.
Sementara di Cina, pertemuan bisnis juga menghasilkan respon positif. Kebanyakan investor Cina ingin menanam modal di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tambahnya.
Menko Sofyan Djalil meminta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) lebih aktif lagi menjaring investor asing.
"Kendalanya selama ini adalah implementasi atau realisasi yang tidak cukup besar. Itu tantangan BKPM dan pemerintah, untuk menarik minat investor ke sini," tandasnya.