1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kebijakan Iklim Agenda Terberat KTT Uni Eropa

12 Desember 2008

Krisis finansial, perlindungan iklim dan traktat UE. Tema-tema berat memenuhi agenda pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa di Brussel, Belgia.

Kanselir Jerman Angela Merkel (kiri) dan Presiden Perancis Sarkozy di BrusselFoto: AP

Berbeda dari bayangan semula, konferensi tidak berlarut-larut sampai jauh malam. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy yang sedang mengetuai Dewan Eropa, seperti biasa dengan bersemangat memaparkan tiga tema sulit yang memadati agenda, mulai dari krisis rancangan konstitusi Eropa, perlindungan iklim dan rencana paket penyelamatan ekonomi Uni Eropa (UE).

Mula-mula para pemimpin UE membuka jalan bagi dihidupkannya kembali rancangan konstitusi Eropa, yang juga dikenal dengan sebutan Traktat Lisabon. Penolakan rakyat Irlandia dalam referendum Juni lalu menghentikan sejenak perjalanan traktat tersebut. Pemerintah Irlandia berjanji akan melkasanakan referendum kedua, hingga musim gugur mendatang.

Sebagai imbalannya, Irlandia memegang hak akan posisi komisaris tetap UE. Solusi darurat ini terbilang lumayan daripada tidak ada jalan keluar sama sekali bagi krisis Traktat Lisabon. Ini dibenarkan Kanselir Jerman Angela Merkel.

"Jerman tentu punya kepentingan mendasar agar Traktat Lisabon bisa berlaku."

Agar tujuan ini bisa dicapai, para pemimpin pemeirntahan dan kepala negara UE kini memutuskan untuk mereduksi isi traktat, sebelum ia diberlakukan. Naskah traktat sebetulnya merencanakan pengurangan komisi Eropa. Menurut prinsip rotasi, mulai tahun 2014 hanya2/3 negara anggota yang diwakili oleh seorang komisaris di kantor pusat UE di Brussel, Belgia. Hal itu akan berubah sekarang.

Selain itu, para pemimpin UE secara prinsip juga menyepakati tindakan bersama dalam krisis perekonomian. Paket penyelamatan yang diajukan Komisi Eropa dengan total nilai 200 miliar Euro diharapkan dapat mengurangi dampak krisis ekonomi terberat di Eropa pasca perang dunia. Angka 200 miliar euro itu setara dengan 1,5 % produk domestik brutto Uni Eropa. Sebagian besar dana berasal dari paket penyelamatan nasional negara-negara anggota.

Ketua kelompok negara pengguna mata uang Euro, Perdana Menteri Luxemburk Premier Jean-Claude Juncker, mengatakan dengan penuh harapan, Kamis malam (11/12) bahwa akan tercapai sebuah kesepakatan. Pada saat yang sama ia membantah kekuatiran bahwa resesi akan menjadi faktor penghalang bagi paket kebijakan iklim UE.

"Saya tidak melihat bahaya itu. Ada kesepahaman bahwa suatu hari kelak kita akan mengatasi krisis ekonomi, sekalipun berlangsungnya lebih lama. Tapi, krisis iklim akan tetap mengancam. Kita bukan hanya harus mengambil tindakan tepat dalam masalah ekonomi, tapi juga dalam hal iklim. Masalah ekonomi dan iklim tidak bisa diadu."

Tidak diragukan lagi, paket kebijakan tentang iklim merupakan tema terberat dalam Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa. Tapi Nicolas Sarkozy berambisi untuk melaporkan keberhasilan di semua bidang, pada akhir masa kepemimpinannya di Dewan Eropa. Kesimpulan akihr masih harus ditunggu pada konferensi pers penutupan Jumat (12/12) ini. (rp)