Video pemenggalan kepala sandera-sandera IS dimaksudkan untuk meneror musuh kelompok tersebut. Tapi di waktu bersamaan, kaum Muslim di berbagai penjuru dunia mengecam dan memisahkan diri dari paham IS.
Iklan
Selasa (02/0914), kelompok teror yang beroperasi di Irak dan Suriah, yang kini menamakan diri Islamic State (IS), merilis video baru, menunjukkan pemenggalan kepala Steven Sotloff, jurnalis asal AS. Video ini memicu kemarahan dan ketakutan di negara-negara Barat. Para pakar berpendapat, ini adalah hal yang ingin diraih IS.
Rita Katz, direktur SITE, organisasi yang memonitor kelompok ektremis, mengatakan, "Kebrutalan yang didemonstrasikan di video menyampaikan pesan, 'Jangan main-main dengan kami." Katz menambahkan, video ini juga untuk "merekrut jihadis". IS berharap bisa menarik perhatian minoritas Muslim radikal yang terkesan dengan aksi kekerasan semacam itu.
Sementara itu, Asms Afsaruddin, profesor studi agama di Indiana University, mengatakan bahwa Islamic State menyebut dirinya sebagai 'satu-satunya Muslim yang asli' dan menggunakan pembunuhan sebagai taktik psikogis untuk meneror orang lain.
Tidak sejalan dengan Islam
Namun, bagi kebanyakan umat Muslim di dunia, taktik IS justru menimbulkan kemarahan. Di Indonesia, ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, bulan lalu telah menyebut IS sebagai gerakan sesat dan menyesatkan. "ISIS tidak direstui oleh Islam dan dikutuk oleh Allah dan Al-Quran." Ia menambahkan, perilaku kekerasan atas nama apapun kepada siapapun tidak dibenarkan dalam Islam.
Bukan Jumlah Anggota yang Jadikan IS Kuat
Melihat aksi Islamic State, banyak orang heran tentang bagaimana kelompok jihad kecil itu bisa merajalela.
Foto: picture alliance / AP Photo
Kekuatan IS kecil
Kelompok jihadi itu masih relatif merupakan kekuatan kecil dan kekuatannya tidak terletak dalam jumlah. Berikut alasan yang diidentifikasi oleh para ahli militer mengenai kenapa IS sukses.
Foto: Imago/Xinhua
Punya senjata baru
Islamic State menggunakan peralatan militer yang mereka rebut dari para musuh yang mereka taklukkan, termasuk tank-tank, Humvees, rudal dan berbagai senjata berat lainnya. Sejumlah perlengkapan, sebagian besar buatan Amerika, yang ditinggal kabur pasukan Irak yang melarikan diri ketika para jihadis meluncurkan serangan pertama mereka lebih dari dua bulan lalu, telah mengubah kemampuan IS.
Foto: picture alliance/AP Photo
Pengalaman Suriah
IS telah lama memiliki pijakan di Irak – yang bahkan menjadi tempat inkarnasi pertama kelahiran kelompok itu pada 2004 – namun apa yang membuat mereka kuat seperti hari ini adalah berkat pertempuran di negara tetangga Suriah. Mereka telah memerangi rezim Suriah dan kelompok pemberontak saingannya sejak 2011, kelihatan tidak takut mati dan mengadopsi taktik yang sangat agresif.
Foto: picture alliance/AP Photo
Memilih perang dengan cerdik
IS telah memilih perang dengan kecerdikan yang tajam, mefokuskan diri pada wilayah-wilayah Sunni di mana mereka bisa mendapatkan dukungan, infrastruktur-infrastruktur kunci atau tempat-tempat yang tidak dijaga dengan baik, serta pada saat bersamaan menghindari kekalahan yang tidak perlu untuk tetap memelihara momentum dan kesatuan di dalam organisasi.
Foto: Reuters
Propaganda efektif
IS menggunakan faktor ketakutan untuk menaklukkan seluruh kota tanpa perlawanan. Mereka menggunggah berbagai foto mengerikan orang-orang yang dipenggal dan dimutilasi, untuk merekrut dan meradikalisasi anak muda dan pada saat bersamaan membuat musuh ketakutan.
Foto: picture-alliance/dpa
Musuh yang lemah
Satu-satunya faktor tunggal terbesar yang membuat para jihadis itu kelihatan kuat adalah lemahnya para lawan mereka. “Angkatan bersenjata Kurdi relatif baik menurut standar Irak, tapi mereka betul-betul prajurit infantri yang “ringan”. Mereka yang berpengalaman memerangi Saddam Hussein telah pergi dan digantikan oleh orang-orang yang lebih muda,” kata Cordesman, mantan pejabat pertahanan AS.
Foto: Reuters
6 foto1 | 6
Suara senada juga terdengar dari Sheikh Khaldun Araymit, sekjen Supreme Islamic Council di Libanon. "Aksi IS dengan melakukan pemenggalan dan melecehkan minoritas bertentangan dengan Islam dan kepercayaan umat Muslim. Sikap IS tidak hanya berlawanan tetapi juga menyerang Islam."
Umat Muslim kerap mengekspresikan perasaan yang sama dan mempostingnya di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, setiap kali IS melakukan aksi kebrutalan. Petingi Institut Al Azhar yang merupakan otoritas agama Islam di Mesir juga menolak keberadaan IS dan menyatakan aksi IS sebagai "tidak Islami". "Aksi kejahatan tidak ada hubungannya dengan Islam", kata Abbas Shorman kepada kantor berita AFP. "Tidak ada tempat bagi mereka di dalam hukum Islam."