Gerakan protes warga Palestina di Gaza terkait pemindahan kedutaan AS ke Yerusalem mengalami puncaknya. Korban jiwa berjatuhan. Israel dikecam dunia internasional, termasuk Indonesia, atas tindakannya itu.
Iklan
Israel menghadapi kecaman luas terkait insiden yang terjadi pada protes di Gaza. Sampai berita ini diturunkan, setidaknya 59 warga Gaza telah tewas dan 1200 lainnya luka-luka selama protes pemindahan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, kota yang dipersengketakan antara Palestina dan Israel. Orang-orang Palestina mengklaim bahwa Yerusalem Timur akan menjadi ibukota Palestina di masa depan.
Banyak negara termasuk Inggris, Perancis, dan Rusia telah mengecam keputusan AS untuk memindahkan kedutaan, sementara 128 negara mendukung resolusi PBB yang mengutuk pengakuan Washington atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Inilah beberapa reaksi dari seluruh dunia setelah kekerasan di jalur Gaza hari Senin (15/05)
Indonesia
Melalui akun Twitternya, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyampaikan dukungan pemerintah dan rakyat Indonesia untuk Palestina. Ia juga menyatakan "Indonesia mengecam keras kebijakan Amerika Serikat yang membuka kedubesnya di Yerusalem (14/5)" karena langkah ini melanggar berbagai resolusi PBB dan mengancam proses perdamaian. Indonesia juga mendesak PBB untuk segera bersidang.
Pihak yang bersengketa
Amerika Serikat menyalahkan Hamas atas kekerasan itu. "Tanggung jawab atas kematian tragis ini berada di tangan Hamas," kata juru bicara Gedung Putih, Raj Shah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menyalahkan Hamas. Ia membela penggunaan kekuatan negaranya dan mengatakan "setiap negara memiliki kewajiban untuk mempertahankan perbatasannya".
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan Israel melakukan "pembantaian" dan "AS tidak lagi menjadi mediator di Timur Tengah."
Bersumpah untuk melanjutkan protes, pejabat senior Hamas Khalil al-Hayya mengatakan, "kami mengatakan dengan jelas hari ini kepada seluruh dunia bahwa protes damai orang-orang kami memancing musuh untuk menumpahkan lebih banyak darah."
Hamas dan Fatah: Siapakah Mereka?
Fatah dan Hamas berusaha untuk membentuk pemerintahan persatuan setelah bertahun-tahun bersaing untuk mencapai tujuan sama, negara Palestina. Berikut tujuan, momen penting dan perbedaan yang menghambat kerjasama.
Foto: Getty Images
Kekuatan Palestina
Fatah dan Hamas muncul sebagai dua kekuatan politik utama dalam gerakan kemerdekaan Palestina. Tetapi ada perbedaannya. Misalnya dalam strategi, dalam hal penentuan nasib dan status kemitraan politik mereka.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/M. Faiz
Fatah Didirikan Yasser Arafat
Didirkan 1950-an oleh Yasser Arafat (foto), dan dipimpinnya hingga meninggal 2004. Partai sekuler ini awalnya berupaya dirikan negara Palestina lewat gerilya. Fatah jadi kekuatan utama dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), dibentuk 1964 sebagai representasi berbagai faksi yang ingin menentukan nasib sendiri. Fatah berarti "kemenangan".
Foto: Jamal Aruri/AFP/Getty Images
Bagaimana Hamas Terbentuk?
Organisasi militan ini didirikan Sheikh Ahmed Yassin 1987 dengan sokongan Ikhwanul Muslimin dan anggota PLO yang religius. Partai keagamaan ini mulai naik pamornya 1993, ketika menampik Kesepakatan Oslo, di mana PLO yang dipimpin Fatah setuju bahwa Israel punya hak untuk eksis. Hamas singkatan dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah yang berarti Gerakan Perlawanan Islam.
Foto: Getty Images/A.Katib
Tujuan Hamas dan Fatah
Tujuannya sama: penentuan nasib sendiri bagi Palestina. Tapi caranya berbeda. Setelah akhiri perang gerilya terhadap Israel, Fatah jadi mitra perundingan utama di pihak Palestina. Mereka setujui solusi 2 negara dengan Yerusalem sebagai ibukota bersama. Sebaliknya Hamas tidak terima eksistensi Israel, dan serukan penghancurannya. Foto: Perayaan Hari Bencana di Gaza terkait pendirian Israel 1948.
Foto: AP
Organisasi Teroris?
Fatah tidak diklasifikasikan sebagai organisasi teroris. Tetapi pemerintah AS mengklasifikasikan Organisasi Abu Nidal dan Brigade Al Aqsa yang punya hubungan dengan Fatah, sebagai kelompok teroris. Sementara Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh AS, Israel dan Uni Eropa.
Foto: Reuters/S. Salem
Status Koalisi Pemerintahan
Koalisi Hamas-Fatah dibubarkan Presiden Mahmoud Abbas setelah Hamas mendesak pemerintah otonomi Palestina keluar dari Jalur Gaza (2006/2007). Setelahnya Hamas berkuasa di Jalur Gaza, dan Fatah di Tepi Barat Yordan. 2011 mulai ada pendekatan lewat pembicaraan menuju rekonsiliasi yang disokong Mesir. Foto: Dua orang kenakan topeng Presiden Mahmoud Abbas dan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.
Foto: AP
Upaya Perdamaian Yang Terseok-Seok
Upaya perdamaian antara Hamas dan Fatah sudah digelar berkali-kali. Terakhir, kedua partai berusaha membentuk kabinet persatuan yang beranggotakan menteri-menteri tanpa partai, tahun 2014 Foto: dari kiri: Yasser Arafat, Menlu Israel Shimon Peres dan PM Israel Yitzak Rabin ketika mendapat Nobel Perdamaian 1994 berkat upaya mereka untuk mengadakan perdamaian. Penulis: Kathleen Schuster, Ed.: ml/as
Foto: Getty Images
7 foto1 | 7
Eropa dan Organisasi Internasional
Kementerian Luar Negeri Jerman mengimbau dalam sebuah pernyataan: "Setiap orang harus berusaha menjamin situasi tidak berkembang menjadi lebih buruk."
Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan kembali keprihatinan Jerman atas "situasi kemanusiaan yang menindas" di Gaza, menambahkan bahwa ia telah "memperingatkan berulang kali akibat" pindahnya kedutaan kepada Trump, dan mengutuk kekerasan di Gaza.
Beberapa kata terkuat datang dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang menuduh Israel melakukan "genosida" dan "teror." Selain itu, Turki menarik duta besarnya dari Washington dan Israel.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mendesak agar "tenang dan menahan diri untuk menghindari tindakan yang merusak upaya perdamaian."
Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan Rusia telah secara terbuka menyatakan penentangannya untuk memindahkan kedutaan "beberapa kali". "Penentuan status Yerusalem... harus diputuskan melalui dialog langsung dengan Palestina," katanya.
Konflik Berkepanjangan: Pemukiman Israel di Wilayah Palestina
Hujan kecaman tak surutkan langkah parlemen Israel untuk loloskan undang-undang yang memberikan kepastian hukum atas pemukiman Yahudi di wilayah Palestina. Kritikus melihatnya sebagai akhir dari solusi dua negara.
Foto: Reuters/B. Ratner
Lebih dari 200 pemukiman di wilayah Palestina
Menurut organisasi hak asasi manusia Betselem, dari tahun 1967 sampai pertengahan 2013, terdapat 125 permukiman resmi Israel dan sekitar seratus "pemukiman liar" yang dibangun di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Menurut Badan PBB untuk Bantuan Kemanusiaan (OCHA), Israel mencaplok 35 persen dari luas wilayah Yerusalem Timur.
Foto: Reuters/B. Ratner
Tiada kesempatan bagi perdamaian?
Di Har Homa, di Tepi Barat -- antara Jerusalem dan Bethlehem, Tepi Barat Yordan, dibangun pemukiman Yahudi baru. Pemimpin Palestina menyakini kebijakan pemukiman Israel telah menghancurkan kesempatan solusi dua-negara dan menghambat penyelesaian damai dengan Palestina.
Foto: picture alliance/newscom/D. Hill
Israel caplok tanah swasta Palestina
16 wilayah pemukiman dan kawasan pinggiran bakal terpengaruh undang-undang baru yang melegalisasi pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang disengketakan. Pemilik tanah Palestina diberi kompensasi secara finansial, agar pemukim Yahudi bisa tetap berada di sana.
Foto: Reuters/A. Awad
Pembongkaran pemukiman Amona
Bagi rumah-rumah di Amona yang telah dibongkar sesuai perintah pengadilan, maka undang-undang baru ini tak berlaku. Padahal dengan undang-undang baru ini kubu pro-pemukiman ingin menghindari pembongkaran pemukiman. Kini 40 keluarga terakhir telah dievakuasi. Hanya empat hari kemudian setelah evakuasi, pembongkaran dimulai.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Barikade dan kerusuhan
Sejak akhir 2014 Mahkamah Agung telah memerintahkan pembongkaran Amona. Periode ini diperpanjang beberapa kali. Sampai akhirnya kelompok sayap kanan dan pemukim berusaha untuk mencegah evakuasi dan penghancuran desa. Banyak dari demonstran dari luar wilayah sengaja berunjukrasa di sini. Namun ada juga aksi protes dari warga Palestina.
Foto: Reuters/M. Torokman
Eskalasi penggusuran
Pemukim Amona berpikir bahwa wilayah yang diduduki oleh Israel sejak tahun 1967 di Tepi Barat adalah tanah yang dijanjikan Tuhan bagi kaum Yahudi, seperti termaktub dalam Alkitab. Sekitar 600.000 warga Israel tinggal di Tepi Barat dan di Yerusalem Timur. Telah terjadi bentrokan berulang antara pendatang dan warga Palestina.
Foto: Reuters/M. Torokman
Rumah baru
Sebanyak hampir 4.000 rumah dibangun secara ilegal di tanah pribadi warga Palestina. Penghuni rumah-rumah ini harus dievakuasi atau sebaliknya diberi kepastian hukum berdasar undang-undang baru. Banyak warga di Amona akhirnya bermukim di wilayah tetangga, seperti di sini, di Ofra. Di sini warga mempunyai rumah baru.
Foto: Reuters/B. Ratner
Penggusuran paksa di Ofra
Tetapi bahkan di Ofra, tidak semua rumah itu sah secara hukum. Salah satunya rumah ini, sebelum tanggal 5 Maret 2017 wajib dibongkar karena ada berdiri di tanah Palestina. Bahkan keluarga Ben Susan harus meninggalkan rumahnya. Penulis / Penulis: Sabrina Pabst (ap/yf)
Foto: Reuters/B. Ratner
8 foto1 | 8
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan: "Puluhan warga Palestina, termasuk anak-anak, telah tewas dan ratusan terluka dari tembakan Israel hari ini, selama protes massa yang berlangsung di dekat pagar perbatasan Gaza. Kami berharap semua pihak dapat menahan diri untuk menghindari korban jiwa lebih lanjut."
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Zeid Ra'ad Al Hussein, mengatakan "mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia yang keterlaluan harus dimintai pertanggungjawaban."
Amnesty International mengatakan pertumpahan darah ini adalah "pelanggaran yang menjijikkan" terhadap hak asasi manusia, dan "tampaknya merupakan pembunuhan yang disengaja dan merupakan kejahatan perang". Human Rights Watch juga mengecam "pertumpahan darah" itu.
Timur Tengah
Negara-negara Muslim dan Arab mengutuk kekerasan Israel dan mengkritik AS karena memindahkan kedutaannya ke Yerusalem.
Kuwait meminta pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, yang kemudian diblokir oleh AS menurut para diplomat. "Kami mengutuk apa yang telah terjadi," kata duta besar Kuwait untuk PBB, Mansour al-Otaibi.
Kementerian luar negeri Mesir menyebut mereka yang tewas sebagai "martir". Ahmed al-Tayeb, Imam Besar Al-Azhar, institusi tertinggi Islam Sunni di Mesir, menyerukan "Arab dan Muslim dan semua orang di dunia yang adil dan waras untuk berdiri di samping rakyat Palestina yang tak berdaya".
Krisis Listrik Lumpuhkan Jalur Gaza
Israel mengurangi pasokan listrik untuk Jalur Gaza atas desakan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Langkah tersebut diambil untuk menggandakan tekanan terhadap Hamas. Tapi PBB mengkhawatirkan bencana kemanusiaan.
Foto: picture-alliance/Zumapress/M. Issa
Tidak Ada Listrik buat Gaza
Perusahaan listrik Israel mulai menghentikan pasokan energi ke Jalur Gaza. Langkah tersebut diambil setelah pemerintah Israel memutuskan untuk memangkas pengiriman listrik sebanyak 40% sesuai desakan Presiden Palestina Mahmud Abbas.
Foto: REUTERS
Tekanan dari Tepi Barat
Perkembangan tersebut dilatari kisruh antara pemerintah Palestina di Tepi Barat Yordan dan Hamas di Jalur Gaza. Pemerintahan Otonomi di Ramallah selama ini membayar tagihan listrik untuk Jalur Gaza. Namun Presiden Mahmud Abbas ingin menggandakan tekanan terhadap kelompok garis keras tersebut dan mengurangi pembayaran tagihan listrik.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Nestapa Berganda
Padahal ketersediaan listrik untuk dua juta penduduk Palestina di Jalur Gaza saat ini pun sudah sangat kritis. Setiap rumah hanya mendapat jatah listrik selama tiga hingga empat jam per hari. Dengan pengurangan tersebut jatah listrik harian akan berkurang menjadi cuma dua jam. Sebagian yang mampu membeli generator listrik berbahan bakal diesel.
Foto: REUTERS
Minim produksi, Besar Kebutuhan
Israel selama ini menyuplai listrik berkapasitas 125 megawatt, atau sekitar 30% dari total kebutuhan energi di Jalur Gaza. Untuk memenuhi kebutuhan listrik buat dua juta penduduk Gaza dibutuhkan pasokan listrik sebesar 450 megawatt. Tapi kapasitas yang ada saat ini hanya mencapai 150 megawatt.
Foto: Getty Images/AFP/M. Hams
Manuver Rawan Konflik
Kini pengamat mengkhawatirkan pecahnya konflik baru di Timur Tengah. Pekan lalu Hamas mengatakan sikap Israel dan manuver Mahmud Abbas bertanggungjawab atas "konsekuensi buruk" kelangkaan listrik. Organisasi radikal itu juga menyebut penghentian pasokan listrik sebagai perkembangan yang "berbahaya."
Foto: Reuters/I. A. Mustafa
Hukuman Tanpa Tujuan?
"Kebijakan ini menghukum semua orang, tidak cuma Hamas. Untuk apa? kami tidak mengerti," kata Samir Zaqout dari Organisasi HAM Al-Mezan kepada Al-Jazeera. PBB juga mengkhawatirkan munculnya krisis kesehatan. Saat ini pun 13 rumah sakit dan 54 klinik di Jalur Gaza yang harus bergantung pada generator listrik mengalami kekurangan dana untuk membeli bahan bakar.
Foto: Getty Images/AFP/M. Hams
Dalam Pelukan Kemiskinan
Setidaknya 65 persen penduduk Jalur Gaza hidup di bawah garis kemiskinan, 72% mengalami kelangkaan pangan dan 80% hidup dari bantuan internasional, menurut laporan EU-Mediterranean Human Rights Monitor. Tahun 2016 lalu tingkat pengangguran di Jalur Gaza meningkat tajam menjadi 43%, yang tertinggi sejak satu dekade terakhir.
Foto: picture-alliance/Zumapress/M. Issa
7 foto1 | 7
"Arab Saudi mengecam keras tembakan pasukan pendudukan Israel terhadap warga sipil Palestina yang tidak bersenjata yang telah menyebabkan puluhan orang tewas dan terluka," kata seorang juru bicara kementerian luar negeri Arab Saudi.
Iran mengecam "hari yang sangat memalukan" atas jatuhnya korban jiwa. "Rezim Israel membantai banyak warga Palestina saat mereka melakukan protes di penjara udara terbuka terbesar di dunia," kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Twitter.
na/vlz (ap, afp)
Ketika Peluru Israel Membunuh Impian Atlet Palestina
Atlet sepeda Palestina, Alaa al-Daly, kehilangan kaki setelah ditembak tentara Israel. Peristiwa nahas tersebut mengubur mimpinya membela bendera negara di ajang Asian Games 2018 di Jakarta.
Foto: Reuters/S. salem
Mimpi Besar Alaa al-Daly
Alaa al-Daly bermimpi mengibarkan bendera negaranya di ajang Asian Games di Jakarta, Agustus mendatang. Ia adalah atlet sepeda yang sedianya akan mewakili Palestina pada perhelatan akbar olahraga terbesar se-Asia tersebut. Namun apa daya, nasib berkata lain.
Foto: Reuters/S. salem
Nahas di Hari Nakba
Pemuda berusia 21 tahun itu ditembak serdadu Israel ketika menghadiri aksi demonstrasi mengenang hari Nakba di perbatasan Israel dan Jalur Gaza. Akibatnya, kaki kanan Alaa harus diamputasi - sebuah vonis mati untuk seorang atlet.
Foto: Reuters/S. salem
Petaka Memutar Nasib
Alaa mengaku tidak mengetahui aksi damai di perbatasan akan berubah menjadi insiden berdarah. Setidaknya 16 demonstran tewas dihujani peluru oleh serdadu Israel. Sementara 16 orang lain mengalami nasib seperti Alaa. Kendati beruntung masih hidup, peristiwa tersebut mengubah hidupnya untuk selamanya.
Foto: Reuters/S. salem
Ketidakadilan Tak Berkesudahan
Kaki Alaa mungkin masih bisa diselamatkan seandainya ia mendapat pengobatan yang baik di luar negeri. Buat penduduk Jalur Gaza, satu-satunya layanan medis yang paling berkualitas hanya terdapat di Israel. Nahas buat sang atlet, militer Israel menolak mengabulkan permohonannya lantaran ia terlibat dalam aksi demonstrasi di perbatasan.
Foto: Reuters/S. salem
Israel Menolak
"Setiap bentuk permohonan layanan medis oleh teroris atau demonstran yang ikut serta dalam aksi berdarah akan ditolak," tulis IDF dalam pernyataannya. "Warga asing tidak memiliki hak untuk memasuki Israel, termasuk warga Palestina yang hidup di Jalur Gaza." Aksi demonstrasi yang berlangsung selama berhari-hari itu menyisakan 31 korban jiwa.
Foto: Reuters/S. salem
Masa Depan di Olahraga
Alaa adalah satu dari sedikit atlet Palestina yang bisa berlaga di turnamen internasional. Ia bahkan atlet sepeda pertama yang diproyeksikan untuk tampil di ajang dunia. Kini Alaa bertekad melanjutkan mimpinya di ajang Paralimpiade atau Asian Para Games. Namun untuk itu ia harus terlebih dahulu berlatih berjalan untuk kelak bisa kembali menggowes sepeda.