Serajin apakah pekerja dalam "home office"? Program komputer ada yang bisa lakukan pengamatan, tapi ada cara lain yang lebih baik bagi pekerja dan perusahaan.
Iklan
Masa pandemi adalah masa bekerja dari rumah. Banyak orrang menyangka, "homeoffice" atau bekerja di rumah adalah sesuatu yang menyenangkan. Pagi hari santai baca koran dulu. Atau bekerja sambil tiduran juga bisa.
Tapi banyak atasan menganggap itu tidak bagus bagi perusahaan. Sebelum pandemi, atasan sering mengontrol, apakah pekerjanya rajin dan efektif. Tapi sekarang, sekitar 30% pegawai di seluruh dunia melakukan homeoffice.
Bagaimana mengukur prestasi kerja?
Piranti lunak khusus bisa mengukur siapa yang paling rajin, siapa yang bicara lama di telepon, selain itu, apa yang dikatakan di telepon. Ketikan pada keyboard, dan klik pada mouse dicatat.
Ada juga majikan yang membuat "screenshot" dari pekerjanya, atau merekam dengan kamera.
Piranti Lunak Bisa Mata-Matai Pegawai
03:51
Di Jerman, program-program seperti itu dilarang, karena masalah perlindungan data. Tapi di banyak negara lain, piranti lunak semacam itu sekarang banyak digunakan. Tapi, seberapa jauh atasan atau perusahaan bisa mengawasi pekerjanya? Apa kata Serikat Buruh?
Christy Hoffman, Sekretaris Jenderal Uni Global Union, atau persatuan serikat pekerjaglobal mengungkap, pekerja biasa dimonitor sampai batas tertentu. Dalam hal produktifitas atau laporan harian pekerjaan mereka. "Tapi masalahnya sebagian sistem pengawasan tidak menghormati hak-hak kebebasan sama sekali." Jadi tergantung bagaimana perusahaan menggunakannya, juga apa pekerja punya hak untuk bicara.
Iklan
Data yang dikumpulkan perusahaan
Bagi serikat pekerja, yang penting adalah: pekerja harus mengetahui, data apa saja yang dikumpulkan perusahaan.
Sebuah perusahaan di AS melaksanakan pengawasan secara berbeda. Para pekerja sendiri yang diminta memasukkan data-datanya ke program, apa saja yang sudah dia kerjakan hari itu. Dari data itu terbentuk map kerja dan gambaran proyek. Dengan cara itu, atasan mendapat gambaran tentang kegiatan kerja dan penyelesaian pekerjaan tepat waktu.
Pembuat piranti lunak ini adalah Silvina Moschini. Awalnya dia hanya membuat program untuk perusahaannya. Sekarang dia menjualnya ke seluruh dunia.
Teknologi ubah cara kerja
Silvina Moschini adalah pendiri perusahaan Transparent Business. Ia menjelaskan, kalau bekerja dengan tim dari jarak jauh, ada tiga tantangan: kepercayaan, keterlibatan dan pertanggungjawabannya.
"Jadi kami mengembangkan alat untuk mengatur tim secara lebih efisien. Kemudian kami sadar, punya kantor tidak menguntungkan jika tim tersebar di beberapa negara." Demikian dipaparkan Moschini seraya menambahkan, teknologi ini mengubah cara kerja. "Ibaratnya dulu orang menerbangkan pesawat secara buta, sekarang dengan instrumen."
Alih Profesi Akibat Pandemi
COVID-19 meninggalkan sejumlah kisah duka. Selain kehilangan anggota keluarga, ada pula yang kehilangan mata pencarian. Banyak orang terpaksa alih profesi demi memenuhi kebutuhan hidup. Inilah inspirasi untuk Anda.
Foto: Monique Rijkers/DW
Daniel Nainggolan, Pramugara, Bali
Daniel 'dirumahkan' sejak Mei hingga Oktober 2020 dan resmi berhenti terbang sebagai pramugara dari maskapai penerbangan di Indonesia. Kini Daniel memasok alat pelindung diri ke sebuah rumah sakit di Bali. "Carilah pekerjaan yang halal. Yakinilah ketika kita mampu bertahan dalam keadaan sulit ini, kita telah menjadi pemenang.”
Foto: Monique Rijkers/DW
Ari Retno Hapsari, Asuransi dan Aset Manajemer, Yogyakarta
Dari urusan keuangan, Ari Retno beralih menjadi produsen minuman kesehatan botolan demi memenuhi kebutuhan keluarga. Sejak Maret, keuangan rumah tangga jadi kacau karena banyak angsuran yang belum lunas. “Usaha baru tidak serta merta berhasil tapi dengan kesabaran, ketekunan, jeli melihat peluang, keuletan bisa menjadi modal untuk sukses. Sukses tidak datang tiba-tiba, harus melalui proses."
Foto: Monique Rijkers/DW
Yogi Prihantoro, Dosen, Tangerang
Setelah kontraknya tidak diperpanjang akibat pandemi, dosen yang mahir bahasa Arab di kampus Teologia ini memutuskan membuka warung mie jawa “Toegoe” di kawasan Depok dengan menu andalan mie lethek, resep andalan sang ibunda. “Kita tidak usah malu karena ini usaha yang halal.” Usaha kecil ini akan terus dijalankan meski bisa mengajar kembali. Saat ini sejumlah kampus sudah menawarkan pekerjaan.
Foto: Monique Rijkers/DW
Mario Tagambe, Yogyakarta, Desainer Grafis
Kehilangan pemasukan tapi tagihan tetap berjalan memaksa desainer grafis ini meminjam ruko teman untuk membuka usaha desain dan produksi kaos, serta warung kopi. “Jadi sementara kaos didesain, pemesan bisa menunggu sambil minum kopi dan baca komik.” Mario belajar meracik kopi dengan alat-alat seadanya di YouTube. Kemampuannya mendesain dimanfaatkan untuk mendesain kaos yang dijual di warungnya.
Foto: Monique Rijkers/DW
Yosefina Victoria, Manajer Akutansi Hotel, Bali
Yosefina dirumahkan sejak April 2020 dari posisi sebagai manajer akuntansi di sebuah resor di Badung, Bali. Dari punya anak buah, gaji besar, ia kini bekerja di rumah makan di bidang keuangan dan SDM dengan gaji hanya 25% dari sebelumnya. "Pekerjaan rangkap-rangkap tapi harus tetap semangat, jangan drop. Di mana jalan seperti tertutup tetapi pasti ada peluang lain yang terbuka.”
Foto: Monique Rijkers/DW
Marco Adipati, Pelatih Bola Anak-Anak, Bekasi
Juli 2020 Marco diberhentikan dari tempatnya bekerja sebagai pelatih sepak bola untuk anak-anak dengan pesangon tiga bulan gaji. Ia lalu mencari pekerjaan, mulai dari situs pencari kerja, minta rekomendasi teman sampai akhirnya diterima bekerja sebagai HR Trainer di kedai kopi. “Cobalah untuk tidak melewatkan kesempatan yang diberikan agar dapat bertahan di tengah pandemi. Lakukan hal bermanfaat."
Foto: Monique Rijkers/DW
Indiana Simalango, Usaha Bimbingan Belajar, Tangerang
“Rumah Pintar Ms. Diana”, tempat bimbingan belajar yang dikelola Indiana sejak tahun 2012 terpaksa tutup sejak Maret 2020. Indiana memutuskan berjualan bawang goreng yang ia buat sendiri. “Jangan gengsi, namanya juga usaha. Cari peluang yang bisa menghasilkan uang, misalnya usaha kecil-kecilan, jualan makanan atau bahan makanan online," ujar Indiana mempunyai gelar sarjana teologia. (ap/ae)
Foto: Monique Rijkers/DW
7 foto1 | 7
Piranti lunak untuk atur pekerjaan dari jarak jauh
Sejak pandemi COVID-19, permintaan untuk piranti lunak itu naik lima kali lipat. Program berfungsi baik dan dengan cara itu, spesialis yang cocok bisa ditemukan di seluruh dunia untuk setiap proyek.
"Semuanya terkait dengan kecerdasan buatan. Misalnya, mesin belajar menggunakan data-data untuk mempertemukan pekerja dengan kualifikasi yang tepat, dengan orang yang mencari pekerja dengan kualifikasi itu."
Ada pekerja yang ingin segera kembali bekerja di ruangan besar dengan banyak orang. Tapi banyak juga yang senang bekerja dari rumah. Bagi atasan, penggunaan piranti lunak untuk mengatur pekerjaan dari jarak jauh jadi makin penting.