Kegaduhan Politik di Hari-hari Terakhir Kepresidenan Trump
9 Januari 2021
Mulai dari akunnya dihapus Twitter dan Facebook, penyerbuan Gedung Capitol oleh pendukungnya, hingga ke penolakan datang ke inaugurasi Biden. Hingga hari terakhirnya, Trump membuat gaduh.
Iklan
Era kepemimpinan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih akan segera berakhir pada 20 Januari mendatang. Namun Trump tidak mau menyerah begitu saja. Setelah menolak hasil pemilu dan menyatakan adanya kecurangan, Trump juga menghasut pendukungnya untuk tidak menerima kemenangan rivalnya dari Partai Demokrat Joe Biden. Sebuah langkah yang berakhir dengan penyerbuan masuk ke Gedung Capitol, banyak dikecam telah menyerang jantung nilai demokrasi di negara itu.
Akibat penyerbuan itu, Twitter telah secara permanen membekukan akun Presiden Donald Trump. Twitter mengatakan pada Jumat (08/01) malam bahwa mereka melarang akun Trump karena risiko terus berlanjutnya hasutan untuk melakukan kekerasan.
Selain Twitter, Facebook dan anak perusahaannya yakni Instagram juga telah mengumumkan penangguhan akun Presiden Trump pada Kamis (07/01) membuatnya ibarat kehilangan corong di ranah sosial media.
“Saya tidak akan hadir”
Namun sebelum akunnya ditutup oleh Twitter, Presiden Trump sempat mengutarakan niatnya untuk tidak hadir dalam pelantikan presiden terpilih Joe-Biden pada 20 Januari mendatang. Pengumuman ini muncul setelah beberapa media massa menuliskan bahwa kemungkinan Trump akan menghadapi upaya kedua pemungutan suara untuk memakzulkan dirinya
“Kepada semua yang bertanya, saya tidak akan menghadiri pelantikan pada 20 Januari,” tulisnya di Twitter.
Sebuah cuitan yang bernada meremehkan ini menunjukkan kemunduran bila dibandingkan dengan pesan yang diberikan Trump sehari sebelumnya bahwa ia akan bekerja untuk memastikan "transisi kekuasaan yang mulus, teratur, dan tanpa hambatan" kepada penggantinya dari Partai Demokrat setelah kerusuhan di Gedung Capitol AS pada Rabu.
Kantor berita Reuters mengutip sumber di pemerintahan Trump yang mengatakan bahwa presiden ini kemungkinan akan meninggalkan Gedung Putih sehari sebelum pelantikan untuk menuju resornya di Florida. Biden menyambut keputusan Trump sebagai "hal yang baik."
“Saya diberitahu dalam perjalanan ke sini bahwa dia [Trump] mengindikasikan tidak akan hadir pada hari pelantikan,” kata Biden kepada wartawan di Wilmington, Delaware. “[Ini] salah satu dari sedikit hal yang dia dan saya sepakati.”
Beginilah Para Kartunis Dunia Mencermati Pemilu AS
Amerika telah memilih, dan Joe Biden diproyeksikan meraih suara terbanyak. Pesta demokrasi di negara Paman Sam ini digambarkan oleh para kartunis dunia.
Selamat pagi, Amerika
Akhirnya, ada pemenang? Paman Sam dan Lady Liberty hampir tidak bisa percaya. Selama berhari-hari warga Amerika - dan seluruh dunia - gelisah menunggu siapa yang akan menjadi penghuni Gedung Putih. Hasil pemungutan suara telah diumumkan, pemenang sudah terpilih. Namun, apakah penantian panjang itu sudah berakhir? Apa sudah aman untuk bisa keluar ke jalan? Paman Sam tidak begitu yakin.
Pertarungan ketat, virus corona terlupakan
"Biden memimpin" di Georgia, "Trump unggul" di Carolina Utara. Hasil penghitungan sementara dari hari ke hari terus berubah. Donald Trump yang marah mengamuk karena merasa "dicurangi". Sementara Joe Biden tetap tenang dan menyampaikan bahwa dia ingin memulihkan bangsa Amerika yang terpecah. Ketatnya pertarungan kedua pihak telah mengalihkan perhatian dunia dari pihak ketiga: virus corona.
Foto: 2020 Rabe/toonpool.com
Sang Dalang
Pada malam pemilihan, jauh sebelum penghitungan suara selesai, Trump menyatakan dirinya sebagai pemenang. Presiden juga tanpa henti meradang bahwa "mereka" mencoba mencuri pemilu. Jika kalah, ia bersumpah akan mengerahkan pasukan pengacara.
Menang, bagaimanapun caranya
Yang dimaksud dengan "mereka" oleh Trump adalah para pemilih Demokrat yang mengirimkan surat suara mereka lewat pos. Trump menganggap suara mereka ilegal. "Jika suara sah dihitung," kata presiden yang masih menjabat, "saya akan menang dengan mudah." Dan jika nyaris gagal, kartunis Brasil, Amorim, menunjukkan bagaimana seseorang dapat memaksakan kemenangan ala Trump.
Jalan Trump dihadang Lady Liberty
Bukan waktu yang mudah bagi Lady Liberty. Sementara itu, pengacara Trump mengajukan gugatan di negara bagian di mana dia kalah tipis, menyebut hasil pemilu sebagai "berita palsu." Presiden yang masih menjabat ini juga telah mengumumkan bahwa dia akan membawanya ke Mahkamah Agung. Dia merasa ditinggalkan oleh para tokoh Partai Republik karena mereka tidak mendukung teori konspirasinya.
Setidaknya masih ada Proud Boys
Jika anggota partai tidak bisa diandalkan, setidaknya masih ada pendukung setia. Trump mengatakan kepada mereka bahwa pemungutan suara melalui pos “tidak aman”, memicu ratusan orang protes di TPS, menuntut untuk "menghentikan penghitungan dan berhenti mencuri pemilihan." Beberapa bahkan mencoba menggunakan kekerasan. Bagi Trump, aksi kekacauan itu adalah tanda "cinta dan kasih sayang".
Dari Afghanistan dengan cinta
Taktik Trump mengingatkan kartunis Shahid Atiq tentang kondisi di negara asalnya Afghanistan, di mana hanyalah penguasa yang bisa bersuara tetapi rakyat hampir tidak memiliki ruang untuk bernapas. Patung Liberty terbaring dengan leher ditekan lutut, persis seperti George Floyd, yang tewas akibat tindakan seorang polisi. Citra AS sebagai salah satu negara demokrasi tertua di dunia ternoda.
Mati secara politik - kali ini untuk selamanya
Trump dapat meneriakkan "kemenangannya" sebanyak yang dia suka, tetapi tidak ada yang akan percaya lagi, dan malaikat maut politik akan datang untuk membawanya pergi. Melihat gambar kartun karya Arcadio Esquivel dari Costa Rica ini, orang mungkin merasa kasihan pada presiden yang harus pergi, yang terlihat lebih seperti anak kecil yang sangat kecewa.
Risleting macet
Amerika terbelah dua. Negara ini sangat terpolarisasi, dan politik bahkan telah memecah-belah keluarga. Apakah Joe Biden akan bisa memulihkan persatuan Amerika adalah pertanyaan yang diajukan tidak hanya oleh kartunis Mirco Tomicek. Pertanyaan ini tercetus utamanya karena Trump seolah tidak berkomitmen untuk transisi kekuasaan yang damai.
Panglima hingga akhir
Seorang kapten tidak pernah meninggalkan kapalnya. Dan tampaknya tidak ada harapan Donald Trump akan mengosongkan Gedung Putih tanpa perlawanan. Ia diperkirakan akan mempertahankan kantornya melawan Demokrat, yang menurutnya mencuri pemilu. Kepresidenan Trump berlangsung hingga 20 Januari. Tetapi pada titik tertentu, itu sudah berakhir.
Sakitnya perpisahan
Era Trump mungkin akan segera menjadi sejarah, tetapi ada sesuatu yang tersisa. Kartunis Pierre menunjukkan apa yang mungkin ditinggalkan mantan presiden di Gedung Putih. Tampak para turis yang mengunjungi Gedung Putih mengabadikan goresan kuku dilantai, sepertinya seseorang merasa berat untuk mengucapkan selamat tinggal. (yf/ae)
11 foto1 | 11
Upaya terakhir hentikan penghitungan suara
Penghitungan suara Electoral College tengah berlangsung pada sesi gabungan Kongres pada Rabu (06/01) ketika para pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Gedung Capitol AS. Empat orang tewas dalam insiden tersebut, dan 52 orang lainnya telah ditangkap. Penghitungan suara kembali dilanjutkan dan dapat diselesaikan, serta mengonfirmasi Joe Biden sebagai presiden berikutnya.
Berbicara di hadapan publik pada Rabu pagi itu, Trump mengatakan kepada para pendukungnya untuk menuju Capitol dan “berikan Republik kita […] jenis kebanggaan dan keberanian yang mereka butuhkan untuk merebut kembali negara kita.”
Tidak hanya itu, saat kerusuhan terjadi, Presiden Donald Trump dan pengacaranya Rudy Giuliani dilaporkan telah menelepon Senator Republik Mike Lee untuk menunda penghitungan suara Electoral College. Seorang juru bicara senator mengonfirmasi berita ini kepada CNN. Juru bicara Lee mengatakan panggilan telepon ini sebenarnya Senator Tommy Tuberville dari Partai Republik yang baru terpilih dari Alabama.
Trump menelepon ponsel pribadi Senator Lee, dari Partai Republikan di Utah, dan ternyata ia mencari Senator Tuberville dan diberi nomor yang salah. Lee kemudian pergi menemui rekannya dan menyerahkan teleponnya kepada Tuberville dan mereka berbicara selama kurang dari 10 menit. Presiden mencoba meyakinkannya untuk mengajukan keberatan tambahan terhadap pemungutan suara Electoral College untuk memblokir sertifikasi Kongres atas kemenangan Biden, menurut sebuah sumber. Panggilan kemudian terputus karena para senator diminta pindah ke lokasi yang aman.
Iklan
Penyerbuan ke Gedung Capitol dan inisiasi pemakzulan Trump
Sejak peristiwa di Gedung Capitol itu, para anggota senat dari Partai Demokrat dan beberapa orang lain dari Partai Republik mengatakan Presiden Trump telah menghasut para pendukungnya untuk melakukan pemberontakan.
Anggota Kongres David Cicilline dan Demokrat lainnya menulis surat kepada Wakil Presiden Mike Pence, mendesaknya untuk memberlakukan Amandemen ke-25 dan mencopot Trump dari jabatannya.
Foto-foto Saat Massa Pendukung Trump Menyerbu Gedung Capitol AS
Massa pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Gedung DPR AS dalam upaya membatalkan kekalahan Trump. Foto-foto berikut ini menggambarkan insiden penyerbuan di Gedung Capitol saat perusuh bentrok dengan pasukan keamanan.
Foto: Saul Loeb/AFP/Getty Images
Bentrok antara pengunjuk rasa dan polisi
Massa pendukung Presiden AS Donald Trump bentrok dengan aparat keamanan di depan Gedung Capitol di Washington DC pada 6 Januari. Kongres AS sedang mengadakan sidang untuk meratifikasi kemenangan 306-232 Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Trump.
Foto: Stephanie Keith/REUTERS
Demonstran yang marah menyerbu Gedung Capitol
Awalnya, pendukung Trump yang agresif berunjuk rasa di luar Gedung Capitol AS. Namun, mereka akhirnya mencoba menerobos masuk ke dalam gedung dan polisi gagal menahan massa yang marah.
Foto: Roberto Schmidt/AFP/Getty Images
Pendukung Trump menerobos masuk
Massa pendukung Trump yang marah menerobos Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021, saat Kongres mengadakan sidang untuk meratifikasi kemenangan Presiden terpilih Joe Biden dari hasil Electoral College atas Presiden Trump.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Petugas keamanan Gedung Capitol berjaga penuh
Petugas keamanan Gedung Capitol AS berjaga penuh saat menangani kerusuhan ketika pengunjuk rasa mencoba masuk ke House Chamber, ruangan paling inti, tempat para legislator berkumpul untuk meratifikasi pemungutan suara Electoral College.
Foto: J. Scott Applewhite/AP Photo/picture alliance
Petugas keamanan menahan para perusuh
Petugas keamanan mencoba menahan para perusuh yang berada di lorong di luar ruang Senat. Sementara, para anggota parlemen dibawa ke tempat aman.
Foto: Manuel Balce Ceneta/AP Photo/picture alliance
Mengambil alih ruang Senat
Setelah berhasil menerobos keamanan Gedung Capitol, seorang pengunjuk rasa berlari ke tengah ruang Senat dan meneriakkan "Kebebasan!"
Foto: Win McNamee/Getty Images
Perusuh menyerbu ruang Senat
Seorang perusuh berhasil menerobos keamanan Gedung Capitol, dan melompat dari atas galeri umum ke ruang Senat.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Anggota parlemen berlindung di House Chamber
Para anggota parlemen dengan panik mencari tempat berlindung di ruang galeri DPR, saat para pengunjuk rasa mencoba menerobos masuk. Menurut seorang jurnalis Gedung Putih, para anggota parlemen diberi masker gas yang berada di bawah kursi.
Foto: Andrew Harnik/AP Photo/picture alliance
Pengunjuk rasa menduduki kantor anggota parlemen
Massa pendukung Trump mengambil alih kantor yang telah dikosongkan. Anggota parlemen berhasil dibawa ke tempat aman.
Foto: Saul Loeb/AFP/Getty Images
Petugas tak berhasil menahan
Polisi dan petugas keamanan Gedung Capitol gagal menahan pengunjuk rasa yang menerobos masuk ke Rotunda dan kantor anggota parlemen. Seorang pria bahkan memboyong podium yang biasa digunakan oleh Ketua DPR Nancy Pelosi untuk berpidato.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Petugas menembakkan gas air mata
Petugas keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan para perusuh di luar Gedung Capitol.
Foto: Andrew Caballero-Reynolds/AFP/Getty Images
Ledakan di luar Gedung Capitol
Sebuah ledakan terjadi di luar Gedung Capitol ketika polisi berusaha menghalau laju massa pendukung Trump. Kepolisian Washington dan Garda Nasional telah dikerahkan untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Foto: Leah Millis/REUTERS
Upaya membubarkan pengunjuk rasa
Petugas Garda Nasional dan kepolisian Washington DC dikerahkan ke Gedung Capitol untuk membubarkan pengunjuk rasa. Jam malam di seluruh kota diberlakukan dari pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi. (Ed: pkp/rap)
Penulis: Kristin Zeier
Foto: Spencer Platt/Getty Images
13 foto1 | 13
Surat itu mengatakan Trump memicu pemberontakan dan “berusaha merusak demokrasi.” Surat itu juga menuduh Trump “tidak sehat secara mental.” Klaim terakhir ini sulit untuk dibuktikan secara independen. Namun, peran Trump dalam memicu kerusuhan ini tidak sulit dibuktikan.
Bagi para oposisi yang ingin memberhentikan Trump lebih awal, ada dua jalur hukum yang bisa ditempuh: menerapkan Amandemen ke-25, atau dengan cara pemakzulan. Menurut Pasal Dua, Bagian 4, Konstitusi AS, seorang presiden dapat dimakzulkan jika dinyatakan bersalah karena “pengkhianatan, penyuapan, atau kejahatan dan pelanggaran lainnya.”
Proses persidangan dapat diinisiasi oleh DPR, yang mensyaratkan mayoritas suara untuk pemakzulan. Artikel pemakzulan kemudian diajukan ke Senat. Kamar ini kemudian akan mengadakan persidangan dan memberikan suara apakah akan menghukum presiden. Hanya jika dua pertiga suara mendukung, seorang presiden dapat dicopot dari jabatannya.
Bisakah penghapusan kekuasaan terjadi sebelum 20 Januari?
Cara lain untuk melucuti kekuasaan seorang presiden AS adalah dengan menerapkan Bagian 4 dari Amandemen ke-25 Konstitusi AS. Bagian ini memungkinkan pejabat tinggi pemerintah untuk menilai apakah presiden dapat menjalankan jabatannya dan, berpotensi, mencabut kekuasaan presiden.
Secara teori, bisa. Jika Pence dan mayoritas anggota Kabinet menggunakan Bagian 4 dari Amandemen ke-25, Trump akan segera dilucuti dari kekuasaannya. Bahkan jika Trump mempermasalahkan ini, Kongres memiliki waktu hingga 21 hari untuk menetapkannya sebagai orang yang layak untuk menjabat - tetapi ini membutuhkan mayoritas dua pertiga di kedua kamar.
Jika lawan Trump mengejar lewat cara pemakzulan, secara teori ini juga mungkin dilakukan sebelum hari pelantikan Biden. Tetapi bahkan jika pemakzulan ini didukung oleh kedua partai, prosesnya masih lumayan menantang. ae/yp (CNN, AP, Reuters)
Laporan tambahan oleh Stephanie Burnett dan Joscha Weber