Dekat kota Manado ada sebuah sinagoga sederhana yang didirikan komunitas Yahudi. Inilah satu-satunya sinagoga di Indonesia. Warganya merasa aman untuk melakukan ibadah secara terbuka.
Iklan
Bangunan beratap merah di kota kecil Tondano, sekitar 35 kilometer dari Manado, adalah satu-satunya sinagoga di Indonesia. Karena Yudaisme belum diakui sebagai agama resmi, banyak warga Yahudi yang mencatatkan dirinya sebagai "Kristen Protestan".
"Kita bisa memakai kippah (penutup kepala Yahudi) di mal atau di manapun kita inginkan, ini bukan masalah," kata Rabbi Yobby Hattie Ensel, pimpinan Jemaat Zahudi Manado kepada kantor berita AFP.
Di Tondano misalnya, sinagoga "Shaar Hashamayim" letaknya berdekatan dengan beberapa gereja. Warga yang tinggal di sekitar juga menganut berbagai agama. Hingga saat ini, semua bisa beribadah tanpa masalah.
Tapi di banyak tempat di Indonesia, intoleransi memang terasa meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ketegangan di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dan Palestina, tiba-tiba menjadi isu besar yang bisa memperdalam perpecahan agama. Bentuk Islam ultra konservatif sampai radikal mulai muncul dan unjuk gigi.
Potret Sinagoge Yahudi di Tondano
Di Rerewokan, Kecamatan Tondano Barat, berdiri sinagoge Yahudi. Di sini, umat hidup damai dalam mempraktikkan keyakinan mereka secara terbuka.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Rumah beratap merah
Di Tondano, Sinagoge Yahudi ini terletak tidak jauh dari makam pahlawan nasional Sam Ratulangi.Sinagog “Shaar Hasyamayim” berdiri dekat dengan beberapa gereja dan pemukiman orang-orang yang berbeda agama.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Hidup damai berdampingan
Warga yang tinggal di sekitar juga menganut berbagai agama. Mereka menjalankan ibadah masing-masing tanpa masalah.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Komunitas Yahudi di Hindia belanda
Pengelana Yahudi, Jacob Saphir, adalah orang pertama yang menulis mengenai komunitas Yahudi di Hindia Belanda tahun 1859. Di Batavia, ia menulis ada sekitar 20 keluarga Yahudi di kota itu dan beberapa di Semarang. Pada saat Perang Dunia, jumlah Yahudi di Hindia Belanda diperkirakan sekitar 2.000 jiwa. Yahudi Indonesia diasingkan ketika Jepang duduki Indonesia.
Foto: picture-alliance/dpa/Rainer Jensen
Wadah komunitas Yahudi di Indonesia
Tahun 2009 dibentuk organisasi komunitas Yahudi "The United Indonesian Jewish Community" (UIJC) dan diresmikan pada bulan Oktober tahun 2010. Menurut sumber UIJC saat ini keturunan Yahudi di Indonesia yang diketahui, hampir 2.000-an orang, tersebar hampir merata di seluruh Indonesia, bahkan ada di Sumatera barat, Aceh. Di Sulawesi Utara, populasinya diperkirakan sampai 800-an orang,
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Pernah diintimidasi
Yaakov Baruch, salah satu pengelola sinagoge di Tondano, mengungkapkan bagaimana dia pernah diintimidasi di sebuah mal yang ramai di Jakarta, saat dia sedang berjalan bersama istrinya yang sedang hamil. "Dari beberapa lantai, mereka meneriaki saya 'Crazy Jew'," katanya kepada AFP dan menambahkan, ada sekelompok pria lalu berlari mendatanginya dan meminta dia melepaskan kippahnya.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Pencarian spiritual
Yaakov Baruch mulai melakukan pencarian spiritual setelah mengetahui memiliki darah Yahudi dari neneknya saat di bangku SMA, Yaakov mencari informasi hingga Belanda dan Israel. Kakek buyut Yaakov, pegawai angkatan bersenjata pemerintah kolonial Hindia Belanda. Meski minoritas, khususnya di Tondano, tidak ada perasaan tidak nyaman yang dirasakan oleh pemeluknya.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Pengakuan
Karena Yudaisme belum diakui sebagai agama resmi, banyak warga Yahudi di Indonesia yang mencatatkan dirinya sebagai "Kristen Protestan" atau agama lain.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Bagian dari Indonesia
Terlepas dari tantangan itu, orang-orang Yahudi di Indonesia tetap bersikeras, bahwa mereka merupakan bagian integral dari negara ini. "Masyarakat Yahudi Indonesia sudah ada di negara ini jauh sebelum negara ini lahir, jadi kita juga bagian dari negara ini," kata Rabbi Yaakov Baruch.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
8 foto1 | 8
Yaakov Baruch, salah satu pengelola sinagoga Tondano, mengungkapkan bagaimana dia diintimidasi di sebuah mal yang ramai di Jakarta, saat dia sedang berjalan bersama istrinya yang sedang hamil.
"Dari beberapa lantai, mereka meneriaki saya 'Crazy Jew'," katanya kepada AFP dan menambahkan, ada sekelompok pria lalu berlari mendatanginya dan meminta dia melepaskan kippahnya.
"Mereka berkata kepada saya: 'Kami tidak ingin Anda menggunakan kippah di negara ini. Jika Anda terus menggunakannya, kami akan membunuh Anda'."
Rabbi Benjamin Verbrugge mengakui bahwa ketegangan ketegangan di Timur Tengah telah memicu rasa permusuhan terhadap kaum Yahudi.
Masa Depan Agama di Dunia
Sebuah penelitian oleh Pew Research Centre 2015 silam mencatat Islam sebagai agama dengan tingkat pertumbuhan populasi tertinggi di dunia. Secara umum pemeluk agama Samawi masih mendominasi pada 2050.
Foto: picture alliance /Godong/Robert Harding
1. Kristen
Umat Kristen pun mengalami lonjakan populasi pada 2050, kendati tidak sebesar kaum Muslim. Pertumbuhan umat Kristen mencapai 35% menjadi 2,9 miliar manusia atau 31% dari total populasi dunia. Menurut hasil penelitian PEW, pada tahun 2050 populasi pemeluk dua agama terbesar di dunia itu akan berimbang, untuk pertamakalinya dalam sejarah.
Foto: Getty Images
2. Islam
Mengacu pada tingkat kesuburan perempuan Muslim yang saat ini mencapai 3,1 bayi per perempuan, jumlah populasi kaum Muslim di dunia pada 2050 akan meningkat sebanyak 70%, menjadi 2,8 miliar orang atau 30% dari penduduk Bumi. Jumlah tersebut sekaligus menyamai populasi umat Kristen di dunia. Selain itu kaum Muslim juga akan mewakili sebanyak 10% dari total populasi penduduk Eropa.
Foto: Getty Images/AFP
3. Hindu
Pertumbuhan populasi pemeluk Hindu terutama dimotori perkembangan demografi di India. Serupa Kristen, umat Hindu akan tumbuh sebanyak 34% pada 2050 menjadi 1,3 miliar manusia atau sekitar 15% dari total populasi dunia.
Foto: picture-alliance/AP Photo
4. Ateisme & Agnostisisme
Kendati bertambah dalam jumlah populasi, prosentase kelompok yang tidak memiliki agama terhadap jumlah penduduk Bumi berkurang dari 16% pada 2010 menjadi 13% pada 2050. Peningkatan terbesar tercatat di Amerika Utara dan Eropa. Pada 2050 sebanyak 26% penduduk AS diyakini tidak memiliki agama. Secara umum jumlah kaum non-agamis di dunia akan meningkat menjadi 1,2 miliar manusia.
Foto: Imago/imagebroker
5. Buddha
Semua pemeluk agama di dunia akan bertambah, kecuali umat Buddha. Populasi pemeluk Buddha di seluruh dunia tidak banyak berubah menyusul tingkat kesuburan yang rendah dan populasi yang menua di Cina, Thailand dan Jepang. Menurut studi PEW, populasi umat Buddha menurun sebanyak 0,3% dari 487 juta pada 2010 menjadi 486 juta pada 2050 atau 5,2% dari total populasi dunia.
Foto: Getty Images/AFP
6. Aliran Kepercayaan
Jumlah pemeluk kepercayaan tradisional saat ini banyak bergantung pada perkembangan demografi di Cina dan Afrika. Pertumbuhannya mencapai 11% dari 405 juta manusia pada 2010 menjadi 450 juta pada 2050 atau sekitar 4,8% dari penduduk Bumi.
Foto: Klaus Bardenhagen
7. Yahudi
Kelompok terkecil agama Samawi adalah Yahudi yang saat ini tercatat memiliki 14 juta pemeluk di seluruh dunia. Dengan tingkat kesuburan sebesar 2,3 bayi per perempuan, pemeluk Yahudi diyakini akan tumbuh sebanyak 14% pada 2050 menjadi 16 juta manusia. Namun prosentasenya hanya sebartas 0,2% dari total penduduk Bumi.
Foto: picture-alliance/ dpa
7 foto1 | 7
"Masalah antara Israel dan Palestina seakan menjadi tanggung jawab saya - ketika seseorang ditikam di sana, hal itu akan membuat saya tidak nyaman di sini," katanya. Karena itu, di Jakarta kaum Yahudi beribadah tidak secara terbuka.
Rabbi Benjamin Verbrugge adalah kepala United Indonesian Jewish Community (UIJC). Populasi Yahudi di Indonesia mencapai puncaknya sebelum Perang Dunia II, dengan sekitar sekitar 3.000 orang, kata Rotem Kowner, profesor dari Universitas Haifa di Israel.
Komunitas Yahudi juga menghadapi tantangan praktis, yaitu menemukan makanan halal atau "kosher" bagi mereka. Tidak banyak makanan Yahudi yang tersedia, padahal ajaran agamanya cukup ketat mengatur halal dan haram
"Saya berusaha sebaik mungkin untuk menjadi seorang Yahudi yang baik, tapi saya tidak bisa mengaturnya 100 persen," kata Phinechas, seorang lokal yang masuk agama Yahudi.
Menguak Misteri 'Suku Yahudi yang Hilang' di India
Masyarakat adat Bnei Menashe, yang mengaku keturunan salah satu "suku Israel yang hilang," hidup di negara bagian India timur laut yang bergolak Manipur dan Mizoram. Secara bertahap kini mereka bermigrasi ke Israel.
Foto: Bijoyeta Das
Sejak 6000 tahun lalu menetap di India
Komunitas Bnei Menashe di India terdiri dari masyarakat Mizo, Kuki dan Chin, yang berbicara bahasa Tibet-Burman. Menek moyang mereka diyakini telah menetap di timur laut India sejak sekitar 6.000 tahun silam. Mereka memeluk agama Kristen pada abad ke-19.
Foto: Bijoyeta Das
Kini banyak yang memeluk agama Yahudi
Namun kini cukup banyak orang Bnei Menashe yang kembali atau berpindah keyakinan dengan menganut agama Yahudi. Bahkan sekitar 2.000 orang dari mereka kini sudah bermigrasi ke Israel.
Foto: Bijoyeta Das
Kontroversi politik
Tahun 2005, pemerintah Israel mulai menolak visa untuk warga Bnei Menashe setelah memicu kontroversi politik di India. Pemerintah India menuding pemberontakan di Manipur dan Mizoram dimana mereka bermukim telah meningkatkan ancaman terhadap keamanan nasional. Banyak orang juga dituduh melanggar kesetiaan terhadap pemerintah India.
Foto: Bijoyeta Das
Menepis tuduhan
Baik warga India maupun Israel meragukan niat baik masyarakat Bnei Menashe yang mengklaim keturunan Yahudi.. Mereka dicurigai hanya ingin meninggalkan India karena alasan ekonomi. Sementara masyarakat tersebut beranggapan, berimigrasi ke Tanah Suci yang dijanjikan adalah kewajiban agama mereka. Hingga kini apakah mereka benar-benar bergaris keturunan Israel atau tidak, masih jadi perdebatan.
Foto: Bijoyeta Das
Jumlah imigran terus melonjak
Masyarakat Bnei Menashe diperkirakan terus bergerak menuju Israel. Menurut media haaretz.com, jumlah warga Bnei Menashe yang masuk ke Israel melonjak hingga tiga kali lipat pada tahun 2016. Pasangan ini menceritakan, putri mereka telah tinggal di Israel sejak tahun 2007.
Foto: Bijoyeta Das
Taat pada keyakinan
Isu-isu politik tidak berdampak pada kehidupan orang-orang ini. Mereka tetap melakukan tugas-tugas keagamaan dengan taat. Perempuan Bnei Menashe berkumpul setiap minggu untuk beribadat di sinagoga di kota Moreh, Manipur.
Foto: Bijoyeta Das
Melokalkan Yahudi
Gadis di Moreh, Manipur ini menunjukkan kitab suci Yahudi, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa lokal.
Foto: Bijoyeta Das
7 foto1 | 7
Menurut hukum Indonesia, kebebasan beribadah dijamin bagi semua agama, termasuk Yudaisme, namun dalam praktiknya, banyak orang Yahudi yang harus menyembunyikan keyakinannya.
Terlepas dari tantangan itu, orang-orang Yahudi di Indonesia tetap bersikeras, bahwa mereka merupakan bagian integral dari negara ini.
"Masyarakat Yahudi Indonesia sudah ada di negara ini jauh sebelum negara ini lahir, jadi kita juga bagian dari negara ini," kata Rabbi Yaakov Baruch.
Peliharalah, Bukan Merusak
Baik Islam, Buddha. Hindu, Kristen, Katholik dan Yahudi, memiliki kitab suci yang memberikan petunjuk dalam kehidupan. Di dalamnya mengajarkan para pengikut agama tersebut untuk merawat bumi dan lingkungannya.
Foto: Jody McIntryre / CC-BY-SA-2.0
Melestarikan Ciptaan
Adam dan Hawa di Taman Eden: Kristen dan Yahudi meyakini memelihara ciptaan Tuhan adalah satu tugas yang Tuhan percayakan kepada manusia: "Dan Tuhan menempatkannya di Taman Eden untuk bekerja dan memelihara taman itu" .(Alkitab: Kejadian 2: 15)
Foto: Jonathan Linczak / CC BY-NC-SA 2.0
Yahudi dan Kristen Alkitab berbagi pesan kunci
Kisah penciptaan diceritakan dalam perjanjian lama Kitab Musa. Kitab pertama Musa adalah bagian dari kitab Taurat, bagian pertama dari kitab Yahudi, yang disebut Tanakh.
Foto: Lawrie Cate / CC BY 2.0
Buku paling laku di dunia
Kisah penciptaan juga bagian sentral dari Perjanjian Lama dalam kitab suci umat Kristen, yang menjalin bagian-bagian dari teks-teks suci Yahudi. Alkitab adalah teks tertulis yang paling banyak digunakan dan paling sering dipublikasikan di dunia.
Foto: Axel Warnstedt
"Aturan ketertiban" manusia
"Dan Allah memberkati mereka, lalu berfirman: Beranakcuculah dan bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi "(Alkitab, Kejadian 1: 28).
Foto: Axel Warnstedt
Bekerja dengan berhati-hati atas ciptaannya
Dalam Islam, ciptaan Allah harus dilindungi. Manusia dapat memanfaatkannya, tapi dengan secara baik: "Matahari & bulan beredar menurut perhitungan, bintang-bintang dan pohon-pohon tunduk pada-Nya. Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca keadilan. Jangan ganggu keseimbangannya. Tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu menguranginya". (Al Qur‘an, Surat 55, 3-10)
Foto: sektordua / CC BY 2.0
Jangan sebabkan kerusakan di muka bumi
Al-Qur'an berisi petunjuk khusus dan rinci bagi umat Muslim. Banyak petunjuk di dalamnya yang langsung berkaitan dengan masalah lingkungan dan alam. Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". (Al Qur'an, Surat Al-Baqarah: 2, 11)
Foto: Axel Warnstedt
Hindu dalam siklus abadi
Dalam semuanya bergerak dalam siklus di mana masing-masing komponen – kelahiran atau kematian, terlihat atau tidak terlihat – semua terulang secara terus-menerus. Manusia adalah bagian dari dunia ini, statusnya sama seperti makhluk hidup lainnya.
Foto: public domain
Selalu menjaga keseimbangan
Keseimbangan alam harus dipertahankan. Siapa yang sudah mengambil sesuatu, harus mengembalikannya. Dewa mengurus berbagai kebutuhan hidup: "…dengan pengorbanan, Dewa akan memberkati apa yang kamu butuhkan. Ia yang menikmati apa yang para dewa beri, tanpa memberi imbalan sesungguhnya adalah pencuri . "(Bhagavad Gita 3:12)
Foto: Jody McIntryre / CC-BY-SA-2.0
Semua saling terkait
Dalam bahasa Pali pada kitab awal Buddha, terdapat tulisan mengenai segala sesuatu yang saling ketergantungan dan keterkaitan: "Sesuatu yang ada, memiliki keberadaan. Eksistensi muncul dari keberadaannya. Jika sesuatu tidak ada, maka eksistensinya pun tiada. Dengan terhentinya sesuatu, maka hal ini akan selesai. "(Pali, Samyutta Nikaya II, 12:21)