1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kehilangan Hutan Tropis Meningkat pada Tahun 2022

28 Juni 2023

Dunia kehilangan kawasan hutan hujan tropis tua seukuran Swiss tahun lalu. Salah satunya karena deforestasi Amazon Brasil terus berlanjut, kata laporan proyek pemantauan hutan, Selasa (27/06).

Hutan hujan Amazon sangat penting dalam menyerap karbon dioksida untuk memerangi perubahan iklim
Hutan hujan Amazon sangat penting dalam menyerap karbon dioksida untuk memerangi perubahan iklimFoto: BRUNO KELLY/REUTERS

Global Forest Watch, yang didukung oleh lembaga nirlaba World Resources Institute (WRI) dan menggunakan data hutan yang dikumpulkan oleh University of Maryland, mengungkapkan bahwa sekitar 41.000 km persegi hutan hujan tropis hilang pada tahun 2022.

Periode itu adalah tahun terakhir pemerintahan Jair Bolsonaro di Brasil, yang menyumbang lebih dari 40% dari semua kerugian.

Meskipun ada janji global baru-baru ini untuk mencapai deforestasi nol pada tahun 2030, kehilangan hutan tropis tahun lalu melebihi tingkat tahun 2021.

Tahun 2022 yang mengecewakan

"Angka 2022 sangat mengecewakan,” kata Francis Seymour, seorang pejabat WRI. "Kami berharap sekarang untuk melihat sinyal dalam data bahwa kami sedang berbelok arah dari hilangnya hutan."

Sebagian besar Amazon telah ditebang untuk memberi ruang bagi pertambangan dan penggembalaan ternak di antara kegiatan lainnyaFoto: Bruno Kelly/REUTERS

Global Forest Watch menilai 'hutan primer', yang mencakup hutan tua yang belum dibuka atau ditanam kembali dalam sejarah belakangan ini.

Hutan semacam itu melindungi dari perubahan iklim karena menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar. Kerugian tahun lalu di daerah tropis melepaskan sekitar 2,7 gigaton karbon dioksida, setara dengan emisi bahan bakar fosil tahunan India, kata laporan itu.

Tren positif di Indonesia dan Malaysia

Indonesia dan Malaysia dinilai berhasil menjaga hilangnya hutan mendekati rekor terendah, melanjutkan rangkaian penurunan deforestasi selama bertahun-tahun yang didorong oleh perkebunan kelapa sawit.

Kebijakan Indonesia yang ketat, seperti moratorium izin baru di hutan primer dan lahan gambut, membantu perputaran tersebut.

Negara kaya hutan lainnya telah berjuang untuk mengikuti kemajuan Asia. Republik Demokratik Kongo dan Bolivia menderita kehilangan hutan tropis terbesar setelah Brasil.

Pertanian komoditas sebagian besar bertanggung jawab atas deforestasi di Bolivia, kata para ahli, karena pemerintah mendukung ekspansi agribisnis. Bolivia adalah satu dari sedikit negara yang tidak bergabung dengan janji nol deforestasi.

Salah jalur menuju deforestasi?

Namun, janji itu belum membuat perbedaan. Analisis Global Forest Watch menemukan deforestasi pada tahun 2022 lebih dari 10.000 km persegi melebihi apa yang diperlukan untuk menghentikannya pada tahun 2030. 

"Kita berada jauh dari jalur dan mengarah ke arah yang salah,” kata Rod Taylor, Direktur Program Hutan Global WRI.

Dunia kehilangan hutan 10% lebih sedikit pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021, karena lebih sedikit kebakaran besar yang terjadi di hutan boreal Rusia, meskipun negara tersebut masih kehilangan tutupan pohon seluas 43.000 km persegi tahun lalu.

yp/hp (Reuters)