Pemilu Jerman: Pemilih Berlin Menghadapi Kekacauan di TPS
Kate Martyr
26 September 2021
Para pemilih di ibu kota Jerman Berlin harus menunggu lebih dari satu jam sebelum dapat memberikan suara mereka. Langkah pencegahan virus Covid-19 dan kekurangan kertas suara disinyalir sebagi penyebabnya.
Iklan
Kekacauan terjadi di berbagai TPS di Berlin. Prokes Covid-19 dan kekurangan kertas suara disinyalir sebagi penyebabnya.
Para pemilih di kota Berlin, pada hari Minggu, terpaksa harus antri dan menghadapi kekacauan yang meluas di tempat pemungutan suara. Insiden ini terjadi ketika Jerman mengelar pemilihan parlemen Bundestag yang nantinya akan memilihkanselir Jerman baru menggantikan Angela Merkel, yang mundur setelah hampir 16 tahun menjabat.
Sejumlah faktor dianggap sebagai penyebab insiden ini, termasuk tiga pemungutan suara yang berlangsung secara bersamaan, protokol kesehatan Covid-19 dan kekurangan kertas suara.
Media setempat melaporkan. Antrian masih terlihat pada pukul 7 malam waktu setempat, atau satu jam setelah pemungutan suara resmi berakhir. Juga dilaporkan, para pemilih harus menunggu sampai 90 menit sebelum mereka bisa memberikan suara.
Menjelang sore, sejumlah tempat pemungutan suara mengumumkan bahwa mereka telah kehabisan surat suara, demikian dilaporkan surat kabar Tagesspiegel. Surat suara tambahan pada awalnya tidak dapat dikirim ke TPS akibat banyak jalan ditutup karena pada saat bersamaan Berlin tengah menggelar lomba lari maraton, ditambahkan Tagesspiegel.
"Kami harus tutup selama beberapa jam karena kami kehabisan surat suara dan tidak ada yang bisa memberikan suara," kata seorang pejabat sebuah TPS di Wilmersdorf kepada surat kabar itu.
Ada apa di balik kekacauan ini?
Koresponden DW Sabine Kinkartz menjelaskan, "Salah satu alasannya adalah persyaratan kebersihan sehubungan dengan virus corona, dan juga bahwa total enam surat suara harus diisi."
Selain Pemilu Parlemen Bundestag, warga Berlin juga memberikan suara untuk Dewan Perwakilan Berlin dan majelis distrik. Selain itu, Berlin juga tengah menggelar referendum tentang pengembang perumahan.
Pemilu Jerman 2021: Inilah Para Kandidat Utama
Enam fraksi di parlemen Jerman Bundestag sudah memperkenalkan kandidat utamanya untuk menggalang kampanye menuju pemilu 26 September mendatang. Siapa berpeluang menggantikan Angela Merkel?
Armin Laschet (CDU)
Armin Laschet (60 tahun) adalah ketua CDU dan saat ini menjabat sebagai perdana menteri Nordrhein Westfalen (NRW), negara bagian dengan penduduk terpadat di Jerman. Di parlemen, CDU bergabung dengan partai kecil CSU dan membentuk fraksi CDU/CSU. Laschet dikenal sebagai pendukung utama Angela Merkel. Dia dikenal sebagai politisi yang berusaha merangkul semua dan siap berkompromi.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Fischer
Annalena Baerbock (Partai Hijau)
Annalena Baerbock, 40 tahun, adalah salah satu ketua Partai Hijau sejak 2018. Ahli hukum lulusan London School of Economics ini dikenal sebagai pekerja keras yang kompeten. Lawan politiknya mengatakan dia kurang cocok memimpin Jerman karena belum punya pengalaman di pemerintahan. Tapi di bawah pimpinannya, popularitas Partai Hijau terus naik dan sekarang berada di peringkat kedua setelah CDU.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Kappeler
Olaf Scholz (SPD)
Olaf Scholz, 62 tahun, punya segudang pengalaman di pemerintahan. Saat ini dia menjabat sebagai Menteri Keuangan sekaligus wakil kanselir. Mantan walikota Hamburg ini memang tidak jago pidato, tetapi selalu siap dengan data dan analisa. Tapi dalam jajak pendapat, popularitas SPD terus turun, bahkan jauh tertinggal dari Partai Hijau.
Foto: Imago Images/R. Zensen
Christian Lindner (FDP)
Pemimpin Liberaldemokrat FDP berusia 42 tahun ini selalu siap tampil prima di depan kamera. Dia masuk FDP pada usia 16 tahun dan memimpin partai itu sejak 2013. Lindner bermaksud menggiring partainya ke dalam koalisi pemerintahan setelah pemilu September nanti. Tapi untuk memiliki daya tawar, FDP harus memenangkan suara di atas 10 persen.
Janine Wissler dan Dietmar Bartsch (Partai Kiri Die Linke)
Partai kiri mengajukan dua kandidat utama, Janine Wissler (39 tahun) dan Dietmar Bartsch (63 tahun). Wissler dikenal sebagai tokoh sayap kiri, sedangkan Bartsch lebih moderat dan sudah lama lalu lalang di panggung politik. Sayap kiri di Partai Kiri mengambil posisi jauh lebih radikal dari kubu moderatnya. Mereka misalnya menuntut pembubaran NATO dan penarikan pasukan Jerman dari luar negeri.
Partai ultra kanan AfD memilih Alice Weidel (42) dan Tino Chrupalla (46) sebagai kandidat utama. AfD pada pemilu lalu berhasil menembus ambang batas 5 persen dan masuk parlemen. Mereka terutama akan mengangkat isu pengungsi dan politik migrasi. Kedua politisi yang terpilih sebagai kandidat utama mendapat dukungan besar dari kelompok-kelompok yang berhaluan lebih radikal. (hp/gtp)
Foto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance
6 foto1 | 6
Walau pemungutan suara resmi berakhir pada pukul 6 sore, waktu setempat, namun mereka yang telah mengantre di luar tempat pemungutan suara diizinkan untuk memilih. Demikian dikatakan Geert Baasen, juru bicara komisi pemilihan umum negara bagian Berlin.
Ia menjelaskan, pada pukul 6 sore, dilakukan pengecekan di depan TPS untuk melihat siapa yang terakhir mengantre. Mereka masih akan diizinkan untuk memberikan suara. Namun tidak demikian bagi mereka yang mengantri setelah pukul 6, tambah Baasen. (yf/yp)