Tekad, perjuangan serta kemauan ternyata tidak cukup bagi Timnas Sepak Bola Indonesia U-23 untuk membawa pulang medali dari SEA Games 2015. Dalam perebutan tempat ke-3, Vietnam menggunduli Indonesia 5-0.
Iklan
Kekalahan 0-5 atas Vietnam menghapuskan mimpi Indonesia untuk merebut medali perunggu dalam SEA Games 2015 di Singapura. Kekecewaan tidak saja menggayuti para pemain, namun juga fans Timnas Indonesia. Kekecewaan para pendukung terutama ditumpahkan pada pelatih Timnas Indonesia, Aji Santoso, yang dianggap bertanggungjawab atas kekalahan ini. Berikut beberapa diantaranya, dikumpulkan dari Twitter:
#tweet:610355289385078784#
Sepak Bola - Satu Identitas Jerman
1954: Jerman jadi juara dunia, bagi banyak orang inilah waktu kelahiran Jerman. 2006 Jerman menemukan patriotisme baru. Sejak dulu sepak bola membentuk identitas.
Foto: picture-alliance/dpa
Gila Hitam-Merah-Emas
2006 jutaan penggemar sepak bola Jerman bertemu di jalanan dan lapangan untuk bersama-sama menonton pertandingan. Istilahnya di Jerman: Public Viewing. Ini jadi fenomena. Sebelumnya, sepak bola belum pernah begitu "menular."
Foto: AP
Sepak Bola Juga bagi Perempuan
Sejak 2006 Public Viewing mulai populer, baik di kota-kota maupun desa kecil. Demikian halnya pada tahun 2012 pada Piala Eropa di Polandia dan Ukraina. Dan sepak bola sudah lama bukan milik pria saja. Itu bagus!
Foto: dapd
Pesta Kostum
Penggemar dan simbol-simbolnya. Warna, lambang, nyanyian. Itu caranya mendemonstrasikan kebersamaan dalam kelompok. Ini seperti pada masa karnaval.
Foto: AP
Kesediaan untuk Menderita
Yang ingin menang, juga harus bisa menerima kekalahan. Tapi tidak seperti yang ditunjukkan pada foto ini, seperti 4 Juli 2006, dalam pertandingan semi final lawan Italia.
Foto: picture-alliance/dpa
Keajaiban di Bern
Itu terjadi ketika sepak bola masih ditonton pada layar hitam-putih. Ketika pertandingan final Piala Dunia 1954 diadakan di Bern, di daerah Lauingen di Jerman selatan hanya ada dua televisi, sehingga orang harus menonton bersama-sama, misalnya di rumah tetangga.
Foto: Stadtarchiv Lauingen (Donau)
Stadion Wankdorf Jadi Tempat Kejadian
Pertandingan final 1954 berlangsung sesuai perkiraan. Hongaria awalnya memimpin 2:0. Dalam pertandingan penyisihan, tim Jerman di bawah kapten Fritz Walter sudah tidak punya kesempatan menang, melawan tim Hongaria yang ketika itu jadi yang terbaik. Tapi di final terjadi keajaiban.
Foto: picture-alliance/dpa
Seorang Pria Ikut Jadi Terkenal
Herbert Zimmermann hampir sama legendarisnya seperti tim yang ketika itu menang. Ketika itu Zimmermann menjadi reporter radio dan melaporkan selama 90 menit pertandingan di Bern. Ini jadi bab istimewa dalam sejarah Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Penentuan di Saat Genting
Menit ke-85. Permainan mencapai saat genting, 2:2 antara Hongaria dan tim 'underdog' Jerman. Inilah momen yang tepat bagi Helmut Rahn, yang disebut "Boss". Ia melepas tendangan dari jarak 17 meter.....
Foto: picture-alliance/dpa
Tendangan Abadi
Skor 3:2 terhadap Hongaria menyulut semangat untuk bangkit di negara Jerman yang ketika itu masih muda. Sejak itu tidak ada lagi peristiwa olah raga yang memberi semangat seperti ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Semangat dan Disiplin
Setelah mendapat piala Jules Rimet, dimulailah era keajaiban ekonomi di Jerman. Dan jutaan orang Jerman kembali merasa menjadi bagian umat manusia di dunia.