Kekerasan di Afghanistan Meningkat Terus
30 Mei 2011Sabtu lalu (28/5) warga sipil dan tentara Jerman tewas akibat serangan bom bunuh diri yang dilakukan oleh Taliban. Sebelumnya, dalam serangan udara yang dilancarkan NATO, warga sipil juga menjadi korban. Harian Jerman Die Welt menyoroti serangan yang dilancarkan Taliban Sabtu lalu di provinsi Helmand. Harian itu menulis:
„Militer Jerman Bundeswehr jangan sampai menggagalkan konsep „kemitraan“ yang selama ini dijalin bersama aparat keamanan Afghanistan. Latar belakang serangan harus diusut untuk dijadikan sebagai pelajaran di masa mendatang. Dan Jerman pun harus tetap berpendirian teguh. Pada bulan-bulan pertama tahun ini hingga serangan itu terjadi, jumlah serangan yang dilakukan Taliban di utara Afghanistan menurun secara signifikan. Terbukti, bahwa Taliban semakin terdesak. Kelompok ekstremis itu kini telah mengubah strateginya dan menjadikan kalangan pejabat tinggi Afghanistan sebagai target mereka. Taliban semakin kehilangan kekuasaan dan pendukung di kalangan masyarakat.“
Kemudian harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menulis:
„Dua tahun terakhir ini situasi keamanan di kawasan utara Afghanistan semakin memburuk. Taliban mengaku sebagai pemrakarsa serangan yang terjadi Sabtu lalu di Afghanistan. Seorang juru bicara mengatakan, bahwa serangan itu merupakan bagian dari aksi pembunuhan yang akan dilakukan terhadap wakil penting pemerintah Afghanistan. Sejak Taliban awal Mei lalu mulai melancarkan serangan musim semi, yang cukup spektakuler, kelompok itu menarik perhatian. Juli mendatang di beberapa kawasan tertentu, NATO akan mulai mengalihkan tanggung-jawab kepada aparat keamanan Afghanistan dan secara perlahan-lahan menarik pasukannya dari Afghanistan. Namun aksi kekerasan yang semakin meningkat di seluruh wilayah Afghanistan dapat menggagalkan rencana NATO itu.“
Sementara harian Italia yang berhaluan liberal kiri dan terbit di Roma La Republica menyoroti serangan udara NATO di provinsi Helmand akhir pekan lalu. Pemerintah serta rakyat Afghanistan geram, karena dalam serangan tersebut anak-anak tidak berdosa menjadi korban. Harian itu menulis:
„Dampak dan korban sipil yang tidak diinginkan, kembali jatuh dalam serangan NATO di provinsi Helmand. Dalam sebuah serangan udara yang dilakukan pasukan koalisi NATO-ISAF, duabelas anak dan dua ibu-ibu tewas. Pembantaian terhadap warga sipil kembali terjadi. Reaksi Presiden Afghanistan Hamid Karsai sangat keras. Gedung Putih menilai situasinya sebagai „sangat serius“. Kematian warga sipil yang tidak disengaja itu menyulut sikap anti-barat masyarakat Afghanistan dan mempersulit tentara ISAF melakukan misinya di kawasan Hindukush.“
Tema lain yang juga menjadi sorotan media internasional adalah keputusan Mesir untuk membuka pintu di perbatasan ke Jalur Gaza. Harian Inggris yang berhaluan kiri Independent menulis:
„Dibukanya kembali pintu perbatasan di Rafah mempunyai arti yang cukup luas. Bagi warga Palestina yang hidup berdesakan di kawasan padat di Jalur Gaza, ini ibaratnya sebuah katup pengaman. Untuk dapat mendirikan sebuah negara, pemerintah Palestina harus mampu mengontrol perbatasannya. Mesir telah membuka pintu perbatasannya, ini suatu kesempatan bagi Palestina untuk membuktikan tanggung-jawab atas politik keamanannya. Dengan begitu, Palestina dapat menempati posisinya di kawasan tersebut secara legal. Dengan membuka perbatasan Rafah, Mesir menggarisbawahi sebuah kenyataan baru, yang harus diterima oleh Israel.“
AN/HP/afpd/dpa