Kekerasan terhadap perempuan masih terjadi secara masif. Ruang lingkupnya makin berkembang. Tidak hanya secara fisik, kekerasan bisa terjadi dalam berbagai bentuk, di berbagai tempat.
Iklan
Fatia Maulidiyanti dan Vega Novianti adalah dua perempuan yang berjalanan di dua ranah berbeda. Keduanya menjadi bukti bahwa kekerasan terhadap perempuan bisa terjadi di mana saja, melintasi ruang dan strata masyarakat. Kini, mereka berjuang untuk menginspirasi perempuan lainnya.
Kepada DW Indonesia, mereka membagikan kisah sebagai penyintas kekerasan karena identitasnya sebagai perempuan. Tidak sedikit perempuan yang berhasil bangkit seperti Fatia dan Vega. Kenyataan di lapangan menunjukan kekerasan terhadap perempuan di Indonesia masih terjadi secara masif.
Berkembangnya kekerasan berbasis gender di era digital
Menjadi seorang perempuan pejuang hak asasi manusia sejak 2014, tak lantas melepaskan Fatia dari risiko tindak kekerasan. Mantan koordinator KontraS ini pernah menjadi korban kekerasan siber berbasis gender (KSBG). Ia menghadapi berbagai serangan verbal dan intimidasi melalui media sosial karena aktivismenya.
"Jadi pembela HAM saja sudah riskan, perempuan pembela HAM punya layer berikutnya lagi, stigmatisasi yang begitu kuat dalam melihat perempuan vokal, serangan terhadap identitas gender, bahkan ancaman kepada keluarga,” ungkap Fatia.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Salah satu yang tak bisa ia lupakan, ketika menghadapi persidangan kasus dugaan pencemaran nama baik Luhut Pandjaitan, mantan Mekopolhukam era Jokowi. "Di media sosial banyak sekali yang merendahkan identitas saya sebagai perempuan, dianggap hanya cocok di dapur, tidak tahu apa-apa, dikutuk untuk cepat masuk penjara, hanya melihat saya sebagai sosok perempuan secara fisik. Cukup traumatis dan sempat membuat saya memutuskan untuk tidak lagi punya akun media sosial twitter (X),” ujarnya.
Meski merasa terpojok, Fatia tidak membiarkan pengalaman itu meruntuhkan semangatnya. Sebaliknya, ia menjadikannya sebagai dorongan untuk lebih vokal dalam memperjuangkan hak masyarakat, baik di dunia maya maupun nyata.
"Jika karena ancaman-ancaman itu saya mundur, justru akan memberikan contoh buruk, saya terus melawan hingga titik akhir untuk memperlihatkan bahwa perempuan itu harus berani, selama yang kita perjuangkan benar dan saat itu kami juga memperjuangkan hak-hak masyarakat yang tertindas," tegas Fatia kepada DW Indonesia.
Pentingnya mengenal dan mencintai diri sendiri
Vega, adalah penyintas body shaming atau dalam ketegori kekerasan Komnas Perempuan, masuk dalam jenis pelecehan seksual secara verbal. Kini berusia 33 Tahun, Vega mengalami perundungan karena fisik sejak Sekolah Dasar.
"Anak-anak cowok ya khususnya, bergerombol mengejek dan membuat singkatan-singkatan yang mereka anggap lucu, misalnya ‘pegdut' atau Vega gendut, dan tertawa. Hingga kuliah pun teman saya ada yang membandingkan saya dengan adik saya yang kulitnya putih dan bilang "anak pertama emang percobaan," tuturnya.
Solusi Inovatif untuk Mengatasi Kasus Pelecehan Seksual
Hampir satu dari tiga perempuan pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual setidaknya sekali seumur hidup, demikian laporan WHO 2021 lalu. Berikut ragam solusi digital sebagai upaya atasi pelecehan seksual.
Foto: Montira Narkvichien/UN Women | CC BY-NC-ND 2.0
Cincin alarm
Katya Romanovskaya awalnya pernah diserang. Pengalaman ini mendorongnya mendirikan perusahaan Nimb, yang menciptakan tombol darurat berbentuk cincin. Perhiasan buatan Rusia ini dirancang untuk memberi rasa aman pada perempuan. Jika tidak sengaja mengaktifkan peringatan, pengguna dapat membatalkannya dalam hitungan 20 detik. Namun, ada kata sandinya, jadi tidak semua orang bisa menghapusnya.
Foto: Mark Lennihan/AP/picture alliance
Cara kerja Nimb
Pengguna mengirimkan peringatan dan lokasi ke daftar nomor telepon yang telah dipilih sebelumnya. Pesan disampaikan dalam bentuk pemberitahuan baik berupa getaran, panggilan telepon, atau email. Orang yang memakai Nimb akan melihat cincin mereka bergetar dan tahu bahwa ada teman dan kerabat dalam bahaya. Informasi peringatan itu juga diteruskan ke layanan darurat dan kantor polisi.
Foto: Stephen Chung/ZUMA/imago
Berbicaralah kepada Spot
Insinyur dari Jerman dan Swiss menciptakan Spot, sebuah chatbot khusus yang memungkinkan karyawan melaporkan tuduhan pelecehan seksual secara anonim. Bot diprogram untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan informasi serta saran untuk membantu mereka menyelidiki insiden ini. Jawaban akan dirangkum ke dalam PDF, dengan lembar sampul yang tampak formal, yang dapat dikirim melalui email ke HRD.
Foto: Andriy Popov/PantherMedia/imago images
Sis bot buatan Thailand
Letkol Peabrom Mekhiyanont membuat chatbot yang memberikan informasi 24/7 bagi para penyintas kekerasan seksual. Bot ini dapat diakses melalui perangkat seluler atau komputer. Penyintas dapat mengirim pesan lewat Facebook Messenger, dan nanti akan otomatis dipandu terkait bagaimana cara melapor ke polisi, cara menyimpan barang bukti, dan layanan dukungan yang didapat para penyintas secara hukum.
Foto: Montira Narkvichien/UN Women | CC BY-NC-ND 2.0
Terkoneksi di malam hari dengan bthere
Aplikasi ini ditujukan untuk pengguna yang berusia 18-22 tahun demi mengurangi kasus kekerasan seksual yang terjadi di kampus-kampus di AS. Teknologi ini berupaya untuk membantu penggunanya menghindari situasi berbahaya dengan mendorong mereka terkoneksi di malam hari. Alat ini dilengkapi dengan fitur berkirim pesan, berbagi lokasi, bahkan hadiah yang mendorong pengguna habiskan waktu bersama.
Foto: bthere
Bagaimana cara kerja bthere?
Pengguna mendaftar dan membuat "lingkaran" dengan teman kampus, keluarga, atau teman serumah, yang dapat bersifat permanen atau sementara, misalnya hanya untuk keluar malam di hari tertentu. Aplikasi ini memiliki dua tujuan yakni menjaga anak muda tetap aman, tetapi juga memberi peluang agar mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama dalam kehidupan nyata, dengan memanfaatkan kekuatan digital.
Foto: bthere
Callisto di kampus di Amerika Serikat
Kasus kekerasan seksual di berbagai kampus di AS mendasari terbentuknya Callisto. Platform ini dapat mendeteksi pelaku kekerasan seksual dengan teknologi AI yang menjalankan fungsi pencocokan. Penyintas akan melaporkan rincian pelaku ke dalam sistem, lalu penyintas lain juga memberi rincian serupa. Dengan cara ini, pelaku berantai dapat diidentifikasi terlepas dari afiliasi universitas.
Foto: Spencer Grant/imago images
Safecity di India
Dibentuk setelah kasus pemerkosaan Nirbhaya Gang 2012 di India, platform Safecity menjadi tempat berbagi cerita tentang pelecehan seksual atau pemerkosaan yang terjadi. Dengan menggunakan teknologi AI, secara visual akan terlihat lokasi berbahaya, dan rute aman. Lewat laporan berbasis crowdsoursing ini, otoritas keamanan dan pembuat kebijakan diharapkan dapat menciptakan ruang aman. (ts/ha)
Foto: safecity
8 foto1 | 8
Vega mencoba menganggap ejek-ejekan tersebut angin lalu. Namun tak menampik bahwa harassment dan body shaming yang ia alami, membuatnya trauma. "Saya sering menganggapnya bercanda, tapi lama-kelamaan sedih juga, makin dewasa makin memperhatikan penampilan dan ada satu titik dimana saya tidak mau berangkat sekolah, mengurung diri di kamar. Setelah lulus kuliah, berat badan saya juga meningkat drastis, saya sempat sangat minder dan enggak pede."
Bagi Vega, yang kini fokus di dunia fesyen, mengenali dan mencintai diri sendiri serta menemukan lingkungan yang tepat, menjadi kunci mengembalikan kepercayaan diri.
"Menyakitkan, tetapi saya belajar untuk mencintai diri sendiri, saya ikut berbagai kegiatan Plus Size, sebuah wadah fashion bagi perempuan yang memiliki tubuh gemuk, dan saya menemukan titik balik. Sekarang saya ingin menunjukkan bahwa perempuan, apa pun ukuran tubuhnya, berhak merasa cantik dan percaya diri," kata Vega, yang kini aktif mempromosikan pakaian perempuan untuk segala ukuran, termasuk plus size.
Iklan
Kekerasan terhadap perempuan & fenomena gunung es
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menyatakan, aduan kekerasan terhadap perempuan di Indonesia masih masif. Kepada DW Indonesia, Veryanto Sitohang, Komisioner Kompas Perempuan menjelaskan, dalam catatan tahunan Komnas Perempuan kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia dalam 10 tahun terakhir terus meningkat.
Permasalahan lainnya, ditemukan banyak yang tidak dilaporkan sehingga diyakini merupakan ‘enomena gunung es. "Penegakan hukum dan dukungan publik yang belum terlalu kuat pada perempuan korban, membuat pelaku merasa memiliki impunitas dan korban enggan untuk melaporkan. Oleh karenanya, ketika ada perempuan menjadi korban, mari ciptakan situasi yang kondusif bagi korban untuk berani bersuara," kata Veryanto.
Menurut catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2023, dari tiga ranah kekerasan; personal, publik dan negara, kekerasan di ranah personal mendominasi laporan aduan, dengan jenis kekerasan yang beragam mulai dari kekerasan seksual, psikis, fisik, hingga ekonomi.
Destinasi Menarik di Eropa yang Berkaitan dengan Sosok Perempuan Terkenal
Dalam memperingati Hari Perempuan Internasional, berikut lokasi menarik di Eropa, dari Amsterdam hingga Venesia, yang berkaitan dengan perempuan terkenal. Terinspirasi oleh publikasi Lonely Planet "In her Footsteps."
Foto: Martin Schutt/dpa/picture alliance
Anne Frank dan Amsterdam
Anne Frank House adalah salah satu museum paling populer di Amsterdam, Belanda. Berlokasi di Prinsengracht 263, Anne Frank dan keluarganya bersembunyi dari Nazi pada tahun 1942-1944. Lebih dari dua tahun, dia mencatat pengalamannya dalam buku harian - yang kemudian menjadi terkenal. Pada 1944, keluarga itu dikhianati dan dideportasi. Frank meninggal pada usia 15 tahun di kamp Auschwitz.
Foto: Daniel Kalker/picture alliance
Hildegard von Bingen dan Biara St. Hildegard
Pada abad pertengahan, Hildegard von Bingen adalah seorang Kepala Biara Benediktin St. Hildegardis, penulis, komposer, filsuf, mistikus Kristen, visioner, dan polimatik. Dia dianggap sebagai pendiri sejarah alam ilmiah di Jerman, yang juga mendirikan dua biara. Di Bingen, Anda dapat berjalan di Jalur Hildegard melewati Biara St. Hildegard, yang juga dinamai menurut namanya.
Foto: Jochen Tack/picture alliance
Marie Curie dan Warsawa
Marie Curie lahir di 16 Freta Street, Warsawa, Polandia, pada tahun 1867. Tidak diizinkan untuk kuliah, dia diam-diam belajar matematika dan fisika, hingga resmi bekerja sebagai pengasuh. Pada tahun 1891, dia pergi ke Paris, di mana dia merasa terhormat meraih Hadiah Nobel untuk penelitian tentang radioaktivitas. Tempat kelahirannya di Warsawa sekarang menjadi museum.
Foto: Moritz Wolf/imageBROKER/picture alliance
Putri Wilhelmine dari Prusia dan Bayreuth
Markgravine Wilhelmine (1709-1758), saudara favorit Frederick the Great, jelas merupakan salah satu perempuan paling menonjol di abad ke-18. Dia memberikan persetujuan untuk membangun Istana Baru di Bayreuth, Jerman, bersama dengan banyak bangunan megah lainnya. Wilhelmine sukses di dunia intelektual dan artistik. Dia mewakili zaman perubahan: Zaman Pencerahan.
Foto: F. Grassmann/imageBROKER/picture alliance
Duchess Anna Amalia dan Weimar
Pada abad ke-18, Duchess Anna Amalia mengabdikan hidupnya untuk seni, mengubah istananya di Weimar menjadi pusat budaya dan menikmati karier tidak hanya sebagai negarawan, tetapi juga komposer yang disegani. Seorang pecinta sastra, pada tahun 1766, Anna Amalia mendirikan Perpustakaan Duchess Anna Amalia. Jika Anda berkunjung ke Weimar sebaiknya masuk ke aula rococo.
Foto: Martin Schutt/dpa/picture alliance
Rosa Luxemburg dan Berlin
Di tepi Terusan Landwehr, Berlin, Jerman, terdapat monumen aktivis anti-perang Marxis Rosa Luxemburg (1871-1919). Dia menemui ajalnya secara brutal di sini, di tangan Korps Sukarelawan militeristik, yang digunakan untuk menumpas pemberontakan pekerja tahun 1919. Dia dihormati sebagai seorang revolusioner yang tidak pernah kompromi. Setiap tahun, banyak orang meletakkan bunga untuk menghormatinya.
Reruntuhan abad ke-15 di kota Linlithgow, Skotlandia, adalah tempat kelahiran Mary Queen of Scots (1542-1587), dikenal sebagai Mary Stuart. Dia baru berusia 9 bulan ketika dinobatkan sebagai Ratu Skotlandia. Kisah hidupnya tragis, ia dipenjara selama 18 tahun oleh Ratu Inggris Elizabeth I hingga akhirnya dipenggal dan meninggal pada tanggal 8 Februari 1587 di Kastil Fotheringhay.
Foto: ANE/picture alliance
Jane Austen dan Chawton
Jane Austen (1775-1817) memilih untuk tidak menikah dan menghabiskan waktunya untuk menulis. Pada tahun 1809, dia menetap bersama ibu dan saudara perempuannya di sebuah pondok di dusun Chawton, Inggris. Dari sini dia secara anonim mulai menerbitkan karya-karyanya: "Sense and Sensibility," "Pride and Prejudice," "Mansfield Park," dan "Emma." Kini, pondok itu terbuka untuk umum.
Foto: Prisma/picture alliance
Catherine de Medici dan Chateau de Chenonceau
Chateau de Chenonceau di Lembah Loire di Prancis, sebagian besar penampilannya terinspirasi dari Catherine de Medici (1519-1589). Catherine adalah anggota keluarga terpandang Italian de Medici dan menjadi permaisuri Prancis melalui pernikahannya dengan Raja Henry II. Sebagai permaisuri dan kemudian ibu suri, Catherine sangat memiliki andil selama periode konflik agama dan sipil yang intens.
Koleksi Peggy Guggenheim adalah salah satu landmark terkemuka di Venesia, Italia. Lahir dalam keluarga industrialis, sosialita, dan kolektor seni, Peggy Guggenheim (1898-1979) melarikan diri dari New York dan mendirikan galeri hingga menjadi bintang Venesia. Koleksinya yang dibuka pada tahun 1948, menggabungkan master Eropa seperti Picasso, Ernst, dan Dali, serta sentuhan Jackson Pollock. (ha/pkp)
Foto: Uwe Gerig/picture alliance
10 foto1 | 10
Sedangkan dua ranah lainnya tercatat mengalami peningkatan signifikan. Kekerasan perempuan di ranah publik meningkat 44% dari 2.910 kasus di 2022 menjadi 4.182 kasus di 2023, dan ranah negara meningkat 176% dari 68 kasus di 2022 menjadi 188 kasus di 2023.
Veryanto juga mendorong agar masyarakat, khususnya perempuan, memanfaatkan kanal-kanal pelaporan dan pengaduan yang tersedia, tak hanya bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan tapi juga siapa pun yang mengetahui dan menyaksikan tindak kekerasan tersebut.
"Banyak yang bisa diakses, ada carilayanan.com, media sosial Komnas Perempuan, atau hotline Komnas Perempuan di nomor (021) 3903963, saya pikir kanal-kanal ini penting untuk dicatat misalnya kita menyaksikan atau jadi korban kekerasan, ada pihak yang bisa dimintai pertolongan," tutur Veryanto.
Berawal dari pembunuhan perempuan di Dominika
Peringatan Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan Internasional pada 25 November berawal dari tragedi pembunuhan tiga saudara perempuan Mirabal di Republik Dominika pada tahun 1960. Mereka dibunuh karena menentang kediktatoran dan berjuang untuk hak-hak perempuan.
Sejak itu, tanggal 25 November menjadi simbol perlawanan terhadap kekerasan terhadap perempuan. Peringatan ini diikuti dengan kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, yang dimulai pada 25 November hingga 10 Desember, bertepatan dengan Hari Hak Asasi Manusia. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian global bahwa kekerasan terhadap perempuan termasuk pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Baik Fatia maupun Vega berharap agar semakin banyak perempuan berani berbicara dan melawan kekerasan yang bisa terjadi di berbagai tempat, dalam berbagai bentuk. Mereka ingin melihat dunia yang lebih inklusif, aman, dan mendukung perempuan untuk berkembang tanpa rasa takut atau stigma.
Keduanya juga menyampaikan, salah satu bentuk dukungan paling sederhana namun berdampak bagi para perempuan korban kekerasan, ialah mengingatkan bahwa mereka tidak sendirian.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami kekerasan, jangan ragu untuk melapor. Jika Anda butuh pendamping untuk melapor ke Polisi, Anda bisa menghubungi atau melaporkan terlebih dahulu melalui lembaga swadaya masyarakat terkait yang bisa dicari melalui media sosial, ataupun hotline lembaga layanan pengaduan melalui fitur speed dial di aplikasi SAPA 129, pesan WhatsApp ke nomor 08111-129-129, atau telepon ke 129.