Terima Kasih Frau Anna! Pahlawan di Kelas Bahasa Jerman
18 Desember 2020Halo-halo sobat DWNesia! Saya memang belum pernah nih ke Jerman tapi saya pernah belajar bahasa Jerman dan makan masakan khas Jerman. Jadi boleh dong saya menceritakannya?
Hmm tapi karena ada pepatah yang mengatakan, ‘tak kenal maka tak sayang', maka…. Perkenalkan dulu, saya Dhanty, mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri di kota yang makanan khas-nya adalah gudeg dan bakpia. Ayo coba tebak di kota mana? Yap! Yogyakarta, kota pelajar! Saya pun yakin pasti banyak sobat DWNesia yang sudah tahu dan ingin atau pernah berkunjung ke sini.
Bagi saya, masa-masa SMA adalah momen yang paling berkesan dan bermakna. Selama tiga tahun bersama teman-teman di SMA saya menimba ilmu sekaligus mengumpulkan banyak pengalaman untuk bekal ketika lulus dari SMA. Ternyata benar, setelah lulus dari bangku SMA, pengalaman yang pernah dikumpulkan sangat berguna di kehidupan perkuliahan lho!
Salah satu pengalaman itu adalah berkesempatan mempelajari bahasa Jerman sebagai mata pelajaran di sekolah. Semua benar-benar mulai dari nol. Dimulai dari belajar alfabet, angka, nama-nama hari dan bulan, hobi, serta perkenalan sewaktu di kelas satu SMA. Pengalaman ini bagi saya sangat berharga, karena tidak semua sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta menawarkan bahasa Jerman sebagai mata pelajaran bahasa asingnya. Saya juga senang sekali masuk di SMA impian saya, yaitu SMA N 3 Yogyakarta pada 2014 sekaligus mendapat kesempatan menarik itu.
Sekolah saya ternyata memang bekerja sama dengan PASCH, program kemitraan sekolah-sekolah yang mengajarkan bahasa Jerman. Saya baru mengetahui itu saat berada di akhir semester ganjil kelas satu SMA.
Saat itu, saya dan teman-teman hendak melakukan ujian praktek olahraga dan tidak sengaja melihat papan di bagian depan pintu masuk lobby sekolah. Saya dan teman-teman yang mengendarai sepeda motor memang sangat jarang melewati pintu depan sekolah ini. Kami lebih sering melewati pintu timur yang lebih dekat dengan tempat parkir sepeda motor.
Mempelajari bahasa Jerman bagi kami tentunya tidak mudah dan mulus. Begitu pun ketika mempelajari bahasa asing lainnya, karena memang bukan "bahasa ibu” kami. Tetapi berkat pertemuan dengan guru bahasa Jerman saya, Frau Anna, selama enam semester, menjadikan bahasa Jerman lebih menyenangkan dan santai untuk dipelajari.
Frau Anna adalah guru yang sangat tegas dan disiplin. Meski begitu, beliau benar-benar memberikan perhatian dan mengerahkan tenaganya dalam mengajarkan bahasa Jerman. Beliau selalu mengatakan bahwa mempelajari bahasa Jerman itu tidak sulit, asalkan kita terus berlatih dan memperhatikan ketika kelas sedang berlangsung. Dan memang benar, dengan latihan yang selalu beliau berikan dan dengan memperhatikan ketika beliau mengajar, nilai-nilai ujian mata pelajaran bahasa Jerman saya cukup baik. Begitu pun dengan teman lain di kelas saya.
Nah ada salah satu materi dari mata pelajaran bahasa Jerman yang sampai detik ini terus saya ingat, meskipun saya sudah jarang bersentuhan dengan hal itu. Sobat DWNesia tahu apa itu? Digunakan kapan pun ketika menggunakan bahasa Jerman, dan rasanya pasti ada yang kurang apabila tidak digunakan. Jawabannya: penggunaan artikel die, der, dan das untuk nomen (kata benda) teman-teman!
Dari penggunaan artikel tersebut saya menyadari bahwa bahasa Jerman begitu rinci. Memisahkan antara benda yang neutral, feminim, dan yang maskulin. Selain penggunaan artikel, materi tentang hobi dan pekerjaan juga menjadi favorit saya saat itu. Frau Anna sering berpesan kepada siswanya untuk tetap mempraktekan bahasa Jerman meskipun di luar jam kelas, karena hal itu sangat penting untuk mempersiapkan ujian praktek sprechen (berbicara) di kelas tiga SMA.
Suka dan duka di kelas bahasa Jerman
Kerjasama SMA N 3 Yogyakarta dengan PASCH benar-benar memberikan siswanya kesempatan mempelajari bahasa Jerman secara leluasa! Salah satu keuntungannya, yakni siswa bahasa Jerman di SMA saya dapat mengikuti ujian level tanpa dipungut biaya yang begitu besar. Apabila kita hendak mengikuti ujian level di luar sekolah biasanya biaya yang harus dikeluarkan lebih besar dibanding jika sekolah kita berafiliasi dengan PASCH.
Nah… apabila kita tidak memanfaatkan keuntungan tersebut yang timbul pasti hanyalah penyesalan di akhir. Hal ini terjadi pada saya saat berada di bangku kelas dua SMA, yakni saat level A1 telah selesai. Frau Anna sebenarnya selalu memberikan informasi terkait ujian sertifikasi level tersebut dan menjelaskan bagaimana prosedurnya untuk mendaftarkan diri.
Dua alasan yang sebenarnya sungguh sederhana akhirnya menghantarkan saya kepada sebuah penyesalan karena mengurungkan niat untuk mengikuti ujian sertifikasi level A1 tersebut. Saat itu saya merasa belum siap dan tidak lebih kompeten dibandingkan dengan teman saya lainnya, yang memang sudah mendaftarkan diri. Rasa pesimis seakan-akan melahap habis pikiran saya saat itu. Selain itu, saya juga sempat kebingungan bagaimana caranya untuk memberitahu Ibu mengenai niat saya mengikuti ujian sertifikasi level bahasa Jerman. Lebih tepatnya sih, saya tidak berani untuk meminta uang biaya ujian level kepada Ibu, hehehe.. Pada intinya, diri saya bagai diselimuti rasa takut dan tidak percaya diri. Jangan dicontoh ya sobat DWNesia! Hihihi.
Waktu terus berjalan sampai akhirnya tiba hari di mana ujian dilaksanakan. Rasanya sungguh menyesal, karena seharusnya saya memberanikan diri saja untuk mengatakannya pada Ibu. Ditambah lagi, melihat foto-foto peserta yang terlihat sangat seru karena siswa pelajar bahasa Jerman banyak berkumpul pada hari itu. Di situ… mendapat banyak pengalaman, apalagi teman baru, tentu menjadi sebuah bonus. Namun saya harus saya melewatkan ujian sertifikasi level tersebut. Tapi entah bagaimana, Frau Anna lagi-lagi memberikan siswanya kesempatan, yaitu pada Jerman Fest 2015, untuk mengikuti sebuah workshop sekaligus menonton band asal Jerman yaitu EINSHOCH 6! Tentu saja yang satu ini tidak mau saya lewatkan. Saya langsung menghubungi Frau Anna untuk mendaftarkan diri.
Workshop dari Jerman Fest dilaksanakan 5 Oktober 2015 di ruang audio visual sekolah saya. Tidak hanya siswa sekolah saya yang menjadi pesertanya, tetapi juga siswa dari SMA lain dari luar Kota Yogyakarta. Semua kegiatannya berbahasa Jerman, yang diisi langsung oleh anggota band EINSHOCH 6 dan pihak Goethe, didampingi guru-guru bahasa Jerman. Ada beberapa dokumentasi yang diabadikan oleh fotografer acara di laman Facebook Jerman Fest. Bagi yang tertarik, ini dia utasannya sobat DWNesia: https://www.facebook.com/pg/jermanfest/photos/?tab=album&album_id=1640126642894558
Ternyata nih sobat DWNesia, malam setelah di setelah diadakannya workshop, para peserta diundang untuk makan malam bersama di Frankwurst Bavarian Restaurant. Yap benar! Restoran khas Jerman! Saya benar-benar lupa masakan apa saja yang akhirnya masuk ke dalam perut saya karena terlalu kalut dalam suasana yang meriah.
Restoran itu ternyata khusus dipesan penuh untuk acara Jerman Fest 2015. Benar-benar tidak ada yang lebih menyenangkan, menyantap makanan khas Jerman bersama teman-teman baru dan menikmati secara langsung musik EINSHOCH 6. Semua masakan terlihat enak dan semua orang terlihat begitu menikmati acaranya! Ini foto saya bersama teman sekolah saya saat menghadiri makan malam di sana. Coba tebak di sebelah mana saya? Hahahaha!
Di acara malam itu, saya dan teman-teman sekolah bertemu banyak siswa lain yang berasal dari beberapa kota di Indonesia, seperti Bali, Magelang, dan dari Sumatera serta daerah lainnya. Debuah momen yang menyenangkan dan tak terlupakan!
Konser mengesankan dengan EINSHOCH 6
Keesokan harinya, 6 Oktober 2015, saya dan teman-teman sekolah bersiap untuk datang ke konser musik EINSHOCH 6. Lagu mereka mulai dimainkan sekitar pukul tujuh malam. Konser ini ternyata dibuka gratis untuk umum, jadi siapa saja bisa datang langsung ke Gedung Grha Sabha UGM untuk bernyanyi bersama. Keramaian mencapai puncaknya ketika band memainkan lagu ‘Es gefällt mir'. Suasana ramai, karena lagu itulah yang sering diajarkan oleh EINSHOCH 6 kepada peserta saat workshop, hahaha! Nah ini adalah bagian dari lagu yang sangat saya ingat, karena memiliki arti yang bagus:
Lass alles stehen und ich fliege los
Fühle mich leicht und schwerelos
Ich träum mich weg und fühl mich frei
Ich hebe ab, bist du dabei?
Suasana pecah saat lagu ini dimainkan dan gedung digemakan oleh suarapara penonton yang bernyanyi bersama.
Oh ya sobat DWNesia, Frau Anna benar-benar guru bahasa Jerman yang sangat baik dan tiada hentinya dalam memberikan siswanya kesempatan yang berkaitan dengan Jerman. Pada Februari 2016, berkat informasi dari beliau, saya dan keempat teman saya tergabung dalam satu tim untuk mengikuti lomba membuat video yang bertemakan ‘Mein Traumjob' (Pekerjaan Impian Saya).
Kami berlima memutuskan untuk memilih ‘Kameramann' (juru kamera) sebagai cita-cita kami! Meskipun akhirnya kami tidak memenangkan lomba tersebut, banyak sekali pengalaman yang didapatkan dalam proses pembuatan videonya!
Terima kasih banyak Frau Anna, atas segala kesempatan yang telah diberikan kepada kami para siswa-siswamu.
*Dhanty saat ini adalah mahasiswi semester 5, Media & Journalism di UPN "Veteran" Yogyakarta, dan juga penggiat Creative Journaling as a coping mechanism.
**DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri. (hp)