Kelompok Tentara Eks Perang Gaza Ungkap 'Kejahatan' Mereka
15 Juli 2009Bagi sebagian besar warga Israel, perang Gaza, ibarat sebuah "lubang hitam". Demikian dikatakan Yehuda Shaul. salah seorang pendiri kelompok mantan tentara Israel "Breaking the Silence". Sampai sekarang publik Israel tidak mengetahui, apa yang dilakukan tentara Israel selama dilancarkannya Operasi Cast Lead di Jalur Gaza. Sebagian besar informasi yang dimuat media Israel terlebih dahulu melewati sensor militer. Tak seorangpun warga Israel yang mendapatkan gambaran kerusakan di Jalur Gaza akibat operasi militer Israel yang berakhir pertengahan Januari 2009 lalu.
Mereka ingin memecah kebisuan, demikian niat kelompok mantan tentara Israel, Breaking the Silence. Kelompok yang dibentuk oleh 26 tentara yang identitasnya dirahasiakan ini ingin mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dalam Perang Gaza. Seorang tentara Israel dari satuan panser mengungkapkan penghancuran rumah-rumah secara sistematis di Jalur Gaza, padahal tidak ada ancaman bahaya disekitarnya.
Juga hampir semua tentara Israel yang melancarkan invasi di Jalur Gaza, mengungkapkan, selama peperangan mereka tidak pernah diserang milisi Hamas. Serangan tentara Israel dengan menggunakan tembakan artileri, serangan laut dan udara serta pengerahan satuan panser dan buldozer, tidak hanya diarahkan ke basis kelompok Palestina bersenjata yang melancarkan serangan ke wilayah Israel, melainkan juga untuk menghancurkan kawasan di sekitanya.
Seorang tentara Israel mengingat: "Di sana kami mendapat perintah untuk melakukan inspeksi semaksimal mungkin. Kami menggunakan istilah ‚inspeksi’ untuk aksi perusakan kawasan secara sistematis."
Sementara itu Yehuda Shaul, anggota tentara cadangan Israel yang aktif dalam kelompok Breaking the Silence, mengungkapkan, dalam perang di Jalur Gaza, tentara Israel menggunakan strategi yang baru sama sekali. "Yang khusus dalam Operasi Cast Lead adalah untuk pertama kalinya digunakan metode dan taktik perang yang baru di wilayah Palestina. Tentara Israel mengubah strategi tanpa memberi tahu warga. Dan kami berusaha agar di pihak kami sesedikit mungkin jatuh korban. Untuk itu kami melakukan segala cara. Kami tidak menghendaki tentara kami berada dalam keadaan bahaya. Bagi kami tidak peduli, apakah warga sipil terancam atau terbunuh. Tentara Israel mencampakkan nilai moral dan etika.”
Tentara Israel berperang melawan milisi Hamas, sebuah kelompok gerilya. Tapi tentara Israel menggunakan sarana militer seperti ketika menghadapi tentara Mesir atau Suriah, dengan mengerahkan divisi panser. Menurut laporan, tentara Israel dengan membabibuta menembak baik mereka yang bersalah atau yang tidak bersalah, atau mereka yang diduga pengikut kelompok Hamas. Selain itu, tentara Israel menembakkan senjata artileri tanpa sasaran di jalur Gaza. Sasaran yang tepat bukan merupakan sesuatu yang penting. Yang diutamakan adalah dilakukannya perusakan dalam skala yang besar.
Seorang tentara dari satuan panser Israel mengungkapkan: "Bila ada yang bertanya soal moral dan warga yang tak bersalah, maka jawabannya adalah, kita sedang berada dalam suasana perang, dan kita tidak boleh ragu-ragu untuk merusak semuanya, termasuk mesjid. Pokoknya kami serang semua yang kami definisikan sebagai ancaman bahaya.“
Bagi Yehuda Shaul, operasi militer Cast Lead yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza merupakan sebuah dosa yang tidak dapat diampuni. Ditambahkannya, bagi sebuah negara demokrasi seperti Israel, tindakan yang sangat keterlaluan dalam perang di Jalur Gaza tidak seharusnya terjadi.
Sebastian Engelbrecht/Asril Ridwan
Editor: Yuniman Farid