Keluarga Sikh Sumbang Tanah untuk Pembangunan Masjid
27 Desember 2019
Sebuah keluarga Sikh menyumbangkan tanah seluas 404 meter persegi untuk pembangunan masjid di Punjab, India.
Iklan
Keluarga Darshan Singh yang beragama Sikh di India menerapkan contoh kehidupan dengan toleransi umat beragama yang tinggi. Mereka memberikan tanah kepada warga muslim desa Macchike, distrik Moga, di negara bagian Punjab, untuk lahan pembangunan masjid.
Desa Macchike sebenarnya sudah memiliki masjid yang berusia hampir 200 tahun. Namun masjid itu kemungkinan besar akan dihancurkan untuk proyek pelebaran jalan tol.
Lebih dari setahun yang lalu ketika proyek itu dimulai, keluarga muslim di desa Machhike, yang tergabung dalam kelompok "Muslim Welfare Society" berusaha mendesak pihak berwenang untuk menyelamatkan masjid tersebut.
Namun, setelah beberapa bangunan yang berlokasi dekat dengan masjid dihancurkan, sejumlah warga muslim mulai mencari tempat alternatif untuk masjid. Mereka juga mendekati perangkat desa, tetapi tidak berhasil.
"Kami khawatir dengan tempat ibadah kami. Hanya dengan 14-15 keluarga muslim di desa yang memiliki populasi lebih dari 7.000 orang, kami tidak memiliki sumber daya untuk membeli tanah, tapi kami juga tidak ingin kehilangan satu-satunya tempat ibadah. Pada titik inilah keluarga Darshan Singh datang sebagai malaikat penolong dan menyumbangkan tanah untuk membangun masjid," ucap Ketua Muslim Welfare Society, Roop Mohammad.
Harga tanah yang disumbangkan tersebut diperkirakan mencapai 800,000 rupee atau sekitar 11,200 dolar AS.
(Times Of India)
ha/na
Demi Bendungan, Masjid Kuno Berusia Enam Abad di Turki Direlokasi
Hasankeyf di Turki adalah salah satu pemukiman manusia tertua di dunia. Kawasan itu akan segera dilenyapkan oleh danau buatan, bagian dari proyek bendungan PLTA Llisu. Masjid kuno berusia enam abad pun harus direlokasi.
Foto: DW/F. Bozarslan
Berduyun-duyun memindahkan masjid kuno
Sebuah masjid berusia enam abad diangkut sekitar empat kilometer dari sebuah kota kuno Turki yang rencananya akan digenangi air untuk pembangunan Bendungan Ilisu. Masjid Er-Rizk direlokasi dari Hasankeyf ke Taman Budaya Hasakenyf yang baru.
Foto: DW/F. Bozarslan
Dipindah dengan sistem modular
Masjid berbobot 1.700 ton itu diangkut dengan sistem Modular Transporter Self-Propelled menyusuri Sungai Tigris. Menara masjid yang dibangun pada abad 14 harus dipindahkan secara terpisah.
Foto: DW/F. Bozarslan
Dibongkar pasang
Masjid terbesar di Hasankeyf, Er-Rizk, dibongkar dulu sepotong demi sepotong dan dipasang kembali di atas panggung modular di bawah pengawasan dari Badan Pekerjaan Hidrolik Negara dan Direktorat Jenderal Aset dan Museum Budaya.
Foto: DW/F. Bozarslan
Perjalanan panjang ke taman budaya
Begitu tiba, masjid kuno itu akan direkonstruksi ulang di taman budaya. Perjalanannya ke arah taman budaya berlangsung selama beberapa jam.
Foto: Reuters/S. Kayar
Memindahkan warisan kuno demi bendungan
Semua situs bersejarah di Hasankeyf juga diangkut secara bertahap untuk mempersiapkan pembangunan bendungan baru.
Foto: DW/F. Bozarslan
Banyak bangunan bersejarah lain
Beberapa bangunan dari kawasan yang sama, seperti pemandian Artuklu Hamam, Masjid Sultan Süleyman Koç, Masjid Imam Abdullah Zawiyah, Mausoleum Zeynel Abidin dan Masjid Eyyubi, sebelumnya sudah dipindahkan.
Foto: picture-alliance/dpa
Barbarisme abad 21?
Kota ini terutama mengandung jejak dari Abad Pertengahan. Zeynep Ahunbey, seorang ahli Hasankeyf dan profesor arsitektur, menyebut kawasan itu "lanskap budaya yang unik". Dikutip dari dpa, ahli lingkungan Jerman Ulrich Eichelmann menggambarkan pembanjiran kawasan ini untuk bendungan sebagai bentuk"barbarisme di abad ke-21".
Foto: Getty Images/B.Kara
Dibangun sejak 2006
Pada tahun 2006, pemerintah Turki secara resmi mulai mengerjakan bendungan raksasa di seberang Sungai Tigris. Sekitar 80 persen Hasankeyf harus ditenggelamkan dan 3.000 penduduknya dipindahkan.
Foto: DW/M. Gökce
Turki dituding tidak melestarikan budaya dan alam
Negara-negara Eropa menarik diri dari proyek tersebut pada tahun 2009. Mereka mengatakan bahwa belakangan menjadi jelas kalau Turki tidak berniat memenuhi komitmen melestarikan warisan budaya atau alam di daerah tersebut.
Foto: DW/M. Gökce
Kemarahan warga
Warga kota Hasankeyf tidak hanya kehilangan kampung halaman mereka yang hijau, namun juga merasa tercerabut dari budaya. Beberapa dari mereka juga telah memindahkan kuburan keluarganya.
Foto: picture-alliance/dpa/C.-F. Röhrs
Pemerintah Turki punya pemikiran beda
Bagi pemerintah, Bendungan Ilisu sejauh 70 kilometer ke hilir adalah monumen untuk kemajuan yang akan membawa air, listrik dan pekerjaan ke
daerah miskin. Bendungan Ilisu dan Pembangkit Listrik Tenaga Air Hidra dianggap akan membantu memenuhi kebutuhan energi negara dan menyediakan irigasi untuk lahan pertanian di sekitarnya.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. Cupolo
Relokasi warga demi jaminan pasokan listrik
Setelah diaktifkan, pembangkit listrik akan menghasilkan 3,800 gigawatt jam listrik setiap tahun. Proyek ini akan memengaruhi hampir 200 kawasan pemukiman di daerah itu dan mendorong ribuan orang keluar dari rumah mereka dan menjauh dari mata pencaharian mereka. Pemerintah telah membangun kota baru dengan 710 rumah untuk penduduk Hasankeyf 3 kilometer dari kota kuno.
Foto: Getty Images/B. Kara
Kota tua yang tenggelam
Hasankeyf di Tigris, salah satu pemukiman manusia tertua di dunia, menurut para ahli, diperkirakan hilang pada akhir tahun 2019 ketika air yang dipegang oleh Bendungan Ilisu naik dan waduk sepanjang 300 kilometer persegi akhirnya membanjiri kota. (Ed: ap/hp dari berbagai sumber)