Warga yang Kembali ke Beijing Harus Dikarantina 14 Hari
15 Februari 2020
Siapa pun yang kembali ke Beijing harus menjalani karantina selama 14 hari. Jika menolak maka akan terancam mendapatkan hukuman, demikian perintah otoritas di Cina.
Iklan
Pemerintah Beijing meminta siapa pun yang kembali ke ibu kota diharuskan masuk karantina atau tidak keluar rumah masing-masing selama 14 hari. Sanksi akan diterapkan kepada warga yang melanggar imbauan ini.
Langkah ini baru diumumkan oleh kelompok kerja pencegahan virus corona melalui media pemerintah Cina pada hari Jumat (15/02) malam waktu setempat.
Pihak berwenang Cina menyebut lebih dari 1.700 staf rumah sakit telah terinfeksi virus corona dan enam di antaranya meninggal.
Para pejabat Cina khawatir COVID-19 dapat menyebar lebih jauh ketika para migran kembali melakukan pekerjaan mereka di kota atau provinsi lain setelah liburan Tahun Baru Imlek yang berkepanjangan.
Korban tewas mencapai 1.500
Upaya terbaru untuk menghentikan penyebaran virus corona terjadi ketika jumlah kematian mencapai 1.500 jiwa, setelah komisi kesehatan Provinsi Hubei mengonfirmasi lebih dari 139 orang meninggal.
Komisi kesehatan dari provinsi Cina tengah mengungkapkan ada 2.420 kasus baru COVID-19. AFP/AP
(ha/ ts)
Pemerintah Karantina Wuhan Akibat Corona
Jumlah kasus infeksi virus corona tipe baru 2019-nCoV melonjak lebih dari 500, dan angka kematian tercatat 17 orang, Rabu (22/1). Kini pemerintah kota Wuhan menutup kota dengan menghentikan transportasi publik.
Pemerintah kota Wuhan, di provinsi Hubei, Cina, kini mengambil langkah menutup kota, dan menghentikan semua layanan transportasi publik, termasuk kereta super cepat dari dan ke kota yang jadi tempat tinggal 11 juta orang itu. Foto: Ibu dan anak mengenakan masker ketika berada di jalanan kota Wuhan, 22 Januari 2020.
Foto: Getty Images/Stringer
Semua kasus berujung kematian berasal dari Wuhan
Hari Rabu (22/1), Wakil Direktur Komisi Kesehatan Nasional Li Bin menyatakan kepada wartawan, semua kasus kematian terjadi di Wuhan. Foto: Orang-orang mengenakan masker ketika menunggu di stasiun kereta api Hankou, 22 Januari 2020.
Foto: Getty Images/X. Chu
Belum terbukti sebagai "super spreader"
Wakil Direktur Komisi Kesehatan Nasional, Li Bin mengatakan belum ada bukti bahwa virus ini adalah "super spreader", yang artinya menginfeksi secara tidak proporsional dibanding virus lainnya. Tapi ihal tu jadi target penelitian. Foto: Seorang pekerja medis mengukur suhu tubuh seorang penumpang kereta di stasiun Hankou, Wuhan, 22 Januari 2020.
Foto: picture-alliance/Xinhua/X. Yijiu
Disebarkan lewat pernapasan
Virus Corona disebarkan lewat pernapasan, dan ada kemungkinan penyakit bermutasi serta menyebar lebih jauh, demikian Li Bin. Komisi penanganan juga mengumumkan langkah untuk meredam penyebaran, mengingat tahun baru Imlek jatuh pekan ini, dan warga banyak yang bepergian. Antara lain desifeksi dan ventilasi pelabuhan udara, stasiun kereta api dan pusat perbelanjaan. Foto: Ambulans di Wuhan.
Foto: Getty Images/X. Chu
Serupa dengan SARS
Korona virus tipe baru ini menyulut ketakutan karena serupa dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), yang juga diawali di Cina, dan menyebabkan kematian hampir 800 orang antara 2002 dan 2003. Foto: Seorang staf bandar udara mengecek suhu tubuh penumpang yang meninggalkan Wuhan dari pelabuhan udara internasional Tianhe, Selasa, 21 Januari 2020.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Dake Kang
Sudah ditemukan di luar Cina
Selain kasus yang sudah ditemukan di AS, Pemerintah Administrasi Khusus Cina di Makau juga melaporkan menemukan kasus infeksi paru-paru akibat virus sama Rabu kemarin. Orang yang terinfeksi sebelumnya jadi turis di Wuhan. Kasus serupa juga diidentifikasikan di Taiwan, Filipina, Thailand, Jepang, Korea Selatan, bahkan Meksiko. (Sumber: Reuters, AP, AFP; Ed.: ml/hp)