Laut Lengang karena Pandemi, Paus-paus Kembali Bermunculan
Philipp Abresch
29 Mei 2021
Di masa pandemi COVID-19, kesibukan transportasi laut juga berkurang, misalnya di Norwegia. Akibatnya, kebisingan di dalam laut mereda. Ini jadi berkah tersendiri bagi berbagai hewan laut.
Iklan
Pada hari-hari sebelum pandemi, wisata melihat paus sering kali ditawarkan di lautan Andenes, Norwegia. Satu kapal biasanya mengangkut 50 wisatawan, dan semuanya ingin mengamati paus. Namun hewan mamalia raksasa itu kian hari semakin jarang terlihat. Mereka bersembunyi. Buat mereka, laut jadi semakin bising.
Kapten kapal Wal Safari, Geir Maan, memaparkan bahwa polusi suara menyebar di dalam air dengan cara berbeda daripada di daratan, dan paus bisa menangkap kebisingan ini dengan jelas. "Sebagian besar jenis paus bisa menangkap suara, walaupun dari jarak jauh. Oleh sebab itu kami juga harus menyetir kapal dengan hati-hati, agar tidak terlalu berisik." Ia menambahkan, mereka bahkan memasang baling-baling khusus pada kapal.
Tak jauh dari Lofoten, dasar lautan tiba-tiba menurun curam. Sebenarnya inilah habitat yang sangat disukai paus. Tapi lalu lintas kapal semakin bertambah, bukan hanya di sini, melainkan juga di seluruh dunia. Kapal penangkap ikan, kapal pesiar, kapal pengangkut barang, bahkan kapal selam, jumlahnya bertambah. Semua ini membuat tingkah laku alamiah mamalia laut itu berubah secara dramatis.
Jika di lautan banyak pergerakan, paus tambah stres. Yang jadi masalah besar biasanya adalah kapal nelayan karena jumlahnya banyak. "Kadang bertabrakan dengan paus. Terutama di musim dingin, saat masih gelap," tutur Geir Maan.
Pandemi redam lalu lintas kapal
Sementara itu di Skandinavia utara, di pinggiran area yang dihuni manusia, lalu lintas kapal berkurang akibat pandemi COVID-19. Hampir semua kapal pesiar ditambatkan di pelabuhan, sehingga lautan jadi tenang.
Bagi para peneliti, ini adalah kesempatan unik untuk bisa dengan lebih baik memahami lautan. Ilmuwan Geir Johnson dan para mahasiswanya meneliti polusi cahaya dan polusi suara di laut. Sejauh ini, para peneliti menilai bahwa dampak wabah corona tampak jelas di Fyord Trondheim.
Geir Johnson bercerita, "Saya baru saja melihat dua-tiga ekor paus jenis paus pilot." Memang itu bukan hasil penelitian ilmiah, tapi yang jelas, ia belum pernah melihat paus pilot berenang begitu dekat dengan perkotaan.
Dengan sejumlah peralatan, para ilmuwan meneliti kualitas air laut di Trondheim. Ini prosedur standar, di samping itu mereka juga merencanakan lebih banyak penelitian.
Iklan
Bagaimana efek kesunyian bagi hewan laut?
Mereka ingin tahu, apa dampak berkurangnya transportasi laut akibat pandemi corona bagi dunia bawah laut, mulai dari organisme kecil sampai mamalia sebesar paus. Bagaimana hewan-hewan ini makan, berburu, juga bagaimana mereka berkomunikasi tanpa terganggu kebisingan yang dibuat manusia.
Hewan-hewan Ini Miliki Teknik Pendengaran Menakjubkan
Hewan punya cara tersendiri untuk mendengarkan lingkungan mereka. Sejumlah hewan dapat mendengar frekuensi rendah maupun tinggi. Mereka dapat mendengarkan gerakan awan hingga punya sistem navigasi super canggih.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Kelinci bisa putar telinga hingga 270 derajat
Kelinci mengarahkan telinga mereka ke sumber suara. Gerakan ini membantu kelinci terlepas dari pemangsa dan bantu manusia pelajari perilaku kelinci. Telinga tegak berarti kelinci mendengarkan penuh perhatian. Satu telinga naik dan satu turun, kelinci mendengarkan secara pasif. Telinga ke arah belakang, jika saling bersentuhan, berarti mereka rileks, tapi jika tidak artinya mereka takut.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Pendengaran kucing dan anjing sangat sensitif
Anjing dapat mendengar frekuensi yang lebih tinggi daripada manusia. Itulah sebabnya anjing cepat bereaksi. Anjing juga bisa membedakan langkah kaki pemiliknya dengan langkah orang asing. Sedangkan kucing, telinganya bahkan lebih sensitif. Jika anjing punya 18 otot telinga, kucing punya 30 otot dan dapat memutarnya hingga 180 derajat.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Faber
Kelelawar gunakan gelombang suara ultrasonik
Kelelawar andalkan ekolokasi untuk navigasi terbang di malam hari. Mereka mengirimkan gelombang suara ultrasonik dari mulut yang memantul kembali sebagai gema. Cara ini digunakan untuk menentukan ukuran dan lokasi objek di sekitar, serta untuk menemukan makanan dalam kegelapan. Kelelawar memiliki 20 otot telinga dan dapat mengubah bentuk serta arah telinga untuk menyempurnakan penerimaan gema.
Foto: picture-alliance/Mary Evans Picture Library/J. Daniel
Ngengat lilin, pendengar terbaik di dunia
Ngengat lilin dapat melarikan diri dari kejaran kelelawar berkat pendengaran yang sensitif terhadap gelombang ultrasonik. Di dunia hewan, ngengat lilin punya sensitivitas tertinggi terhadap frekuensi. Pendengarannya 150 kali lebih baik dibanding manusia. Mereka bisa mendengar frekuensi 100 hertz lebih tinggi daripada kelelawar.
Sonar bawah air yang dipakai paus untuk navigasi di malam hari atau di laut dalam prinsipnya serupa dengan teknik ekolokasi pada kelelawar. Seperti kapal selam, paus dapat menavigasi dan menemukan makanan menggunakan gelombang suara dan refleksi suara. Bunyi peluit dan klik yang dihasilkan oleh paus dianggap memberi mereka perspektif 3D dan penting dalam komunikasi antarindividu.
Foto: picture-alliance/WILDLIFE/W. Poelzer
Lumba-lumba mendengar lewat rahang
Lumba-lumba memang punya telinga. Namun, mereka juga punya sistem navigasi yang mirip dengan ekolokasi kelelawar. Mereka menghasilkan getaran sonik dari dahi yang kemudian dicerminkan oleh lingkungan dan diterima oleh reseptor suara di rahang dan gigi mereka. Ternyata, mendengar tidak harus dengan telinga.
Foto: picture-alliance/WILDLIFE/W. Peolzer
Gajah bisa merasakan datangnya badai
Dengan telinga yang besar, gajah mampu mendengar suara berkumpulnya awan sebelum hujan. Gajah dapat menangkap gelombang infrasonik, yakni frekuensi rendah yang tidak dapat didengar manusia. Mereka juga mendengar dengan kaki, menggunakan ujung saraf yang mendeteksi getaran tanah. Beberapa hewan memiliki reseptor pada bagian tubuhnya yang menyampaikan getaran dan gelombang suara ke sistem saraf.
Foto: picture-alliance/M. Reichelt
Burung hantu, kamera pengintai alami
Tidak hanya punya penglihatan malam yang hebat dan dapat memutar kepala 360 derajat, burung hantu juga miliki pendengaran luar biasa. Telinganya berbentuk asimetris. Jadi sewaktu terbang, satu telinga mendengarkan suara yang datang dari atas, telinga lain mendengarkan suara dari bawah. Sistem ini bekerja bersama dengan penglihatan malam. Ini berarti mangsa kemungkinan besar akan tertangkap.(ae/yp)
Foto: DW
8 foto1 | 8
Di Samudera Atlantik dan Laut Utara, rekan-rekan Geir menempatkan mikrofon bawah laut. Sejak wabah corona, kebisingan di beberapa tempat berkurang hingga 25%. Kesunyian seperti ini, terakhir kali dialami kawasan itu mungkin pada 150 tahun lalu.
"Bagi kami, peneliti, ini kesempatan unik." Memang sekarang lalu lintas kapal mulai banyak lagi. Tapi selama berbulan-bulan, aktivitas manusia di lautan hampir tidak ada, kata Geir Johnson, peneliti dari Universitas Trondheim. "Kami peneliti ingin menunjukkan, bagaimana baiknya jeda kesunyian bagi mahluk-mahluk di lautan."
Dengan tenang para hewan ini menikmati kehidupan di bawah permukaan laut. Dunia mereka penuh kehidupan, tanpa kebisingan. Namun ini tampaknya hanya terjadi selama lalu lintas kapal berhenti. (ml/yp)