Kemenangan Marcos Jr. dan Pengaruh Disinformasi di Medsos
Rahka Susanto
14 Mei 2022
Sejumlah analisis menilai, kemenangan Marcos Jr. pada pemilu Filipina dipengaruhi disinformasi. Dalam dua dekade terakhir, dinasti politik Marcos gencar memperbaiki citra politik mereka.
Iklan
Ferdinand ‘Bongbong' Marcos Jr. unggul dalam pemilihan presiden di Filipina. Marcos Jr. menang telak dalam persaingan menggantikan Presiden Rodrigo Duterte. Kemenangan Marcos Jr. ini menjadi torehan baru bagi kebangkitan dinasti politik keluarganya. Sebelumnya sang Ayah, Ferdinand Marcos Sr., digulingkan dalam demonstrasi besar pada 1986 atas tuduhan korupsi, pelanggaran HAM, hingga kepemimpinan yang diktatorial selama dua dekade.
Kemenangan Marcos Jr. juga tidak lepas dari penyatuan dua kekuatan dinasti politik di Filipina. Marcos Jr. mendaulat Sara Duterte, putri Presiden Rodrigo Duterte. "Dalam pemilu kali ini, dinasti politik Marcos yang kuat di utara Filipina, menjalin kekuatan dengan dinasti politik Duterte yang kuat di bagian selatan,” ujar Yosef Djakababa, Dosen Hubungan Internasional, Kajian Asia Tenggara dari Universitas Pelita Harapan.
Sejumlah analisis menyebutkan kemenangan Marcos Jr. juga dipengaruhi oleh hasil dari kampanye selama beberapa dekade untuk meningkatkan citra publik keluarga. Filipina menghadapi dominasi jumlah pemilih muda pada pemilu tahun ini. Hal ini yang menjadi salah satu kunci kemenangan Marcos Jr.
"Faktor lainnya adalah pemilih muda di Filipina yang tidak mengalami rezim pemerintahan Marcos Sr. Mereka menghadapi disinformasi mengenai sejarah yang beredar di media sosial sejak dua tahun terakhir,” ujar Yosef Djakababa kepada DW Indonesia.
Fakta-Fakta Unik Negara Filipina
Filipina terkenal akan kekayaan budaya, bahasa dan alamnya. Sama dengan Indonesia, Filipina merupakan negara kepulauan. Berikut telah DW rangkum, beberapa fakta unik yang perlu kalian ketahui sebelum berkunjung kesana.
Foto: Michael Runkel/robertharding/picture alliance
Negara Kepulauan
Palawan, Cebu, Panglao, Bohol, merupakan beberapa pulau istimewa yang terletak di Filipina. Dari total lebih dari 7.000 pulau, 5.000 di antaranya masih tak memiliki nama. Pesona alam khas setiap pulau menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung dari satu pulau ke pulau lainnya. Dijamin tidak akan membosankan!
Berbelanja merupakan gaya hidup warga Filipina. Terbukti 3 dari 10 pusat perbelanjaan terbesar di dunia berada di Filipina: SM Megamall, SM North EDSA dan SM Mall of Asia. Dengan total seluas 498.000 meter persegi, SM North EDSA telah berhasil mengalahkan luasnya Kota Vatikan.
Taman Nasional Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa yang terletak jauh di bawah Pegunungan St. Paul di pulau Palawan ini merupakan sungai bawah tanah terpanjang di dunia. Sungai yang membentang sepanjang 24 km ini sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu. Puerto Princesa juga telah diakui oleh Situs Warisan Dunia UNESCO sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Alam.
Foto: Michael Runkel/robertharding/picture alliance
Elang Pemakan Monyet
Burung Nasional Negara Filipina ini dikenal sebagai ‘Elang Pemakan Monyet’, walaupun burung ini tidak benar-benar memakan monyet. Dengan rentang sayap kurang lebih berukuran 2 meter, elang ini memangsa babi, ular dan kelelawar. Elang ini juga merupakan salah satu burung paling langka dan paling kuat di dunia. Membunuh satu ekor burung ini harus siap dipenjara selama 12 tahun.
Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi (IAVCEI) menetapkan Gunung Berapi Taal di Filipina sebagai salah satu dari 16 Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes), yakni gunung berapi dengan sejarah letusan terbesar dan merusak. Setelah 43 tahun tidak aktif, Gunung Taal di Talisay, Batangas tersebut meletus kembali pada tanggal 12 Januari 2020 lalu.
Foto: Dante Dennis Diosina Jr./AA/picture alliance
Primata Terkecil di Dunia
Tarsius merupakan salah satu primata terkecil di dunia, yang hanya dapat ditemukan di pulau-pulau Filipina. Makhluk kecil ini berhasil menjadi daya tarik para wisatawan. Terdapat 13 spesies tarsius, dengan panjang hanya 9 hingga 16 cm dan ciri khas mata bulat mereka yang sangat besar. Jadi tidak heran kalau banyak orang menganggap hewan ini lucu dan menggemaskan.
Foto: Dennis M. Sabangan/dpa/picture alliance
Hidangan Penutup ‘Halo-Halo’
Halo-Halo bukanlah sebuah sapaan melainkan paduan segar es serut, susu, potongan kelapa, kacang merah, nasi pinipig, gulaman, dan mutiara, yang merupakan hidangan penutup khas Filipina. Sebagai pelengkap, satu sendok es krim dan sepotong kue puding membuat suguhan manis ini terlihat menyegarkan. Halo-Halo dapat kalian temukan di seluruh pelosok Filipina. (kp/pkp)
Foto: Mark R. Cristino/dpa/picture alliance
7 foto1 | 7
Disinformasi dan pengaruh pada pemilih muda
Marcos Sr. memerintah Filipina dari tahun 1965 sampai 1986. Dia memimpin sebagai diktator di bawah undang-undang darurat militer dari tahun 1972 sampai 1981. Selama periode tersebut, menurut kelompok hak asasi manusia lebih dari 60.000 orang ditahan, lebih dari 30.000 disiksa, dan diperkirakan sekitar 3.000 dibunuh. Dia digulingkan dalam sebuah revolusi damai pada tahun 1986 dan meninggal pada tahun 1989 dalam pengasingann di Hawaii.
Setelah keluarga Marcos diizinkan kembali ke Filipina pada tahun 1991, Marcos Jr. dan ibunya Imelda dengan cepat kembali ke dunia politik. Imelda Marcos terpilih menjadi anggota kongres selama empat periode.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Kajian Asia Tenggara dari Universitas Indonesia, Linda Sunarti menyebut sikap lupa pada sejarah masa lampau turut mendorong munculnya elektabilitas dinasti politik Marcos di Filipina. "Ini tidak lepas dari budaya masyarakat Asia Tenggara yang mudah melupakan masa lalunya,” tutur Linda.
Di sisi lain, Marcos Jr. berhasil meraup banyak atensi pemilih muda Filipina yang umumnya memperoleh informasi melalui media digital. "Mereka mengonsumsi bagaimana narasi-narasi di media sosial mengenai sejarah Marcos sebagai era keemasan Filipina. Generasi muda termakan oleh narasi itu. Ini lebih mengkawatirkan bagaimana medsos berdampak pada pemilih muda,” ungkap Yosef Djakababa.
Iklan
Disinformasi soal isu politik, bagaimana di Indonesia?
Dengan kondisi pemilu yang hampir sama dengan Filipina, Indonesia menghadapi banyaknya jumlah pemilih muda pada pemilu 2024 mendatang. "Jika kita mengacu pada DPT Pemilu 2019 dan juga hasil sensus BPS pada 2020, bisa diperkirakan 2024 pemilih muda menjadi pemilih dominan di Indonesia,” ungkap Titi Anggrini, Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).
Perludem mencatat karakteristik pemilih muda yang lahir sebagai generasi ‘digital native', cenderung mencari informasi melalui platform digital. "Apa yang terjadi di Filipina menjadi berharga. Generasi muda hidup di zaman arus deras informasi yang terdistrupsi. Hal ini menjadi kelompok pemilih muda rentan terpapar disinformasi,” pungkas Titi Anggraini.
Derasnya arus informasi pada platform digital menjadi masalah serius dalam gelaran pesta demokrasi, tidak kecuali Indonesia. Yosef Djakababa menyebut pemilih muda di Indonesia bisa rentan dipengaruhi oleh kasus yang sama seperti di Filipina, hal ini "karena pembelajaran sejarah yang kurang, ditambah minimnya literasi digital.”
Diktator Paling Brutal dalam Sejarah
Betapa ambisi kekuasaan bisa menyulap neraka di muka Bumi. Jika digabungkan, jumlah warga yang mati di tangan delapan pria ini bisa memusnahkan populasi sebuah negara kecil.
Foto: Getty Images/H.Hoffmann
1. Mao Zedong
Tangan Mao Zedong bersimbah darah rakyat Cina. Salah satu program politiknya, "Lompatan Jauh ke Depan" yang dilancarkannya tahun 1958 buat menyontek model ekonomi Uni Sovyet menewaskan hingga 45 juta orang. Seakan tidak kapok, hampir sepuluh tahun kemudian ia mendeklarasikan Revolusi Kebudayaan buat memberangus budaya borjuis. Hasilnya sekitar 30 juta orang meninggal dunia.
Foto: picture-alliance/AP Photo
2. Adolf Hitler
Tidak terhitung kejahatan yang dilakukan Adolf Hitler. Penguasa NAZI Jerman ini tidak cuma memerintahkan pembantaian 11 juta orang, 6 juta di antaranya kaum Yahudi, ia juga menyeret dunia ke dalam perang yang merenggut hingga 70 juta korban jiwa. Ironisnya setelah takluk, Hitler bunuh diri karena takut ditangkap pasukan Uni Sovyet.
Foto: Getty Images/H.Hoffmann
3. Josef Stalin
Bahkan oleh Vladimir Lenin, salah seorang pendiri Uni Sovyet, Josef Stalin dicap sering berperilaku "kasar." Pria yang kemudian memimpin Sovyet melawan NAZI di Perang Dunia II itu terkenal kejam terhadap musuh politiknya. Tercatat hingga 20 juta orang mati di kamp konsentrasi alias Gulag selama 31 tahun kekuasaan Stalin.
Foto: picture-alliance/akg-images
4. Pol Pot
Pemimpin gerakan Khmer Merah ini cuma butuh waktu empat tahun untuk melumat satu juta nyawa penduduk Kamboja. Korban sebagian besar meninggal karena bencana kelaparan, siksaan di penjara, kamp kerja paksa atau pembunuhan. Setelah dilengserkan dari jabatan perdana menteri oleh Vietnam, Pol Pot melancarkan perang gerilaya dari hutan Kamboja hingga kematiannya tahun 1998.
Foto: picture alliance/United Archives/WHA
5. Saddam Hussein
Kebencian diktatur Irak Saddam Hussein terhadap etnis Kurdi nyaris tak mengenal batas. Selama kekuasaannya sejak tahun 1979 hingga 2003, tercatat hingga 300.000 warga Kurdi meregang nyawa di tangan pengikutnya. Secara keseluruhan Saddam bertanggungjawab atas kematian hampir satu juta penduduk Irak. Ia dihukum gantung tahun 2006 setelah digulingkankan Amerika Serikat.
Foto: picture-alliance/dpa
6. Idi Amin
Selama tujuh tahun kekuasaannya, presiden ketiga Uganda ini membunuh lebih dari 250.000 penduduk lewat penyiksaan, asasinasi dan pembersihan etnis. Tidak heran jika ia kemudian mendapat julukan "jagal Uganda." Setelah lengser, Amin melarikan diri ke Arab Saudi. Hingga kematiannya, Idi Amin selama bertahun tahun tinggal di kamar terbaik di sebuah hotel mewah di Jeddah
Foto: Getty Images
7. Mengistu Haile Mariam
Setelah menjatuhkan kerajaan Ethiopia bersama Partai Komunis, Mengistu Haile Mariam, melancarkan kampanye berdarah bernama "teror merah" terhadap musuh politiknya. Selama dua tahun antara 1977 dan 1978, ia membunuh hampir setengah juta penduduk. Mengistu lalu dihukum mati tahun 2006 oleh pemerintah Ethiopia dengan dakwaan melakukan Genosida. Ia kabur ke jiran Zimbabwe untuk meminta perlindungan.
Foto: picture alliance/dpa
8. Kim Jong Il
Cuma Kim Jong Il yang tahu bagaimana cara membunuh jutaan orang dan tetap dipuja bak dewa. Lantaran militerisasi ekonomi dan korupsi yang merajalela, hingga 2,5 juta penduduk Korea Utara mati akibat kemiskinan dan bencana kelaparan di pertengahan dekade 1990an. Di tangan sang pemimpin besar, satu generasi Korea Utara mengalami gangguan pertumbuhan lantaran malnutrisi.