1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kemenangan Militer Bukan Jaminan

18 Mei 2009

Militer Sri Lanka berhasil menghancurkan pertahanan terakhir kelompok gerilyawan Macan Tamil. Tetapi kemenangan militer belum tentu mengakhiri konflik.

Harian Austria Die Presse menulis:

Ratusan ribu warga Tamil yang melarikan diri kini harus bertahan hidup di kamp-kamp penampungan pengungsi. Tempat ini bisa jadi lahan subur bagi lahirnya para gerilyawan baru. Kelompok Macan Tamil sudah mengumumkan bahwa mereka tetap akan melanjutkan perjuangan. Selama pemerintah Sri Lanka belum punya resep, bagaimana menghilangkan perasaan warga minoritas Tamil, bahwa mereka adalah warga kelas dua, selama itu pula warga Tamil akan melakukan perlawanan. Jika presiden Mahinda Rajapakse ingin dipandang sebagai negarawan besar, bukan hanya sebagai panglima perang yang berhasil, ia harus bisa menciptakan perdamaian. Ini adalah tugas yang jauh lebih berat daripada sekedar kemenangan militer atas Macan Tamil.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung berkomentar:

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan masyarakat internasional tidak mampu menghentikan pertumpahan darah di hutan-hutan. Jika pertempuran militer kini benar-benar berakhir, ada peluang baru untuk mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Karena pemerintah di Colombo sekarang perlu bantuan dana dari luar negeri untuk membangkitkan perekonomian yang lumpuh dan melakukan pembangunan kembali di kawasan utara. Bantuan ini sebaiknya hanya diberikan dengan syarat, bahwa kelompok minoritas Tamil mendapat perlakuan sama seperti kelompok-kelompok lain, dan juga mendapat hak-hak otonomi politik. Sekarang, presiden Rajapakse memandang dirinya sebagai pemenang gemilang atas terorisme. Masyarakat internasional harus menegaskan, bahwa mereka tidak sepakat dengan pandangan itu.

Mengenai situasi di Sri Lanka, harian Perancis Liberation menulis:

Situasi dan kondisi kemenangan tentara pemerintah tidak memberi gambaran baik bagi masa depan. Pemerintah Sri Lanka de facto melarang pers dan organisasi bantuan memasuki kawasan pertempuran dan tempat-tempat penampungan pengungsi. Jurnalis lokal yang mengkritik pemerintah harus membayar dengan nyawanya. Dengan keberanian yang jarang terlihat, PBB mengecam kekejaman yang terjadi. Masyarakat internasional sekarang harus bereaksi dan memaksa pemerintah Sri Lanka agar membangun kembali negara yang dihuni oleh berbagai kelompok etnis dan agama ini.

Tema lain yang jadi sorotan pers adalah kunjungan Perdana Menteri Israel dan ketua partai Likud Benjamin Netanyahu ke Washington.

Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung menulis:

Adalah kekeliruan yang berbahaya jika percaya, bahwa ketua partai Likud di Washington tiba-tiba saja akan menerima solusi dua negara. Pengakuan semacam itu tidak ada artinya, jika tidak disertai oleh tindakan konkret. Di tepi barat Yordan, Israel sejak bertahun-tahun berupaya menghindari pembentukan negara Palestina yang merdeka. Bahkan para pendahulu Netanjahu, yang dulu berunding dengan Palestina mengenai solusi dua negara, tetap menggalakkan pembangunan pemukiman baru. Netanyahu sekarang melanjutkan apa yang sudah dimulai oleh Ehud Barack dan Olmert. Pemerintahannya ingin menghubungkan blok pemukiman Maale Adumim dengan kawasan baru E-1 di Yerusalem. Rencana ini akan membelah kawasan Palestina di sana jadi dua bagian, dan dengan sendirinya menggagalkan solusi dua negara.

HP/ZR/dpa/afp