Iran sambut pencabutan sanksi ekonomi. Dunia kini bisa bernapas lega. Tapi banyak pihak tidak ingin perubahan situasi. Demikian pendapat editor DW Farsi, Jamsheed Faroughi.
Iklan
Inilah akhir sengketa atom dengan Iran yang berlangsung lama. Selama 13 tahun banyak yang sudah diupayakan. Dan sekarang, mungkin sudah ada momen bersejarah, ketika Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Federica Mogherini dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Jawad Sarif dengan senang mengumumkan berakhirnya konflik nuklir Iran.
Kita harus menengok kembali jalan panjang berbatu menuju "atom deal". Baru setelah itu kita bisa mengerti, bagaimana sulitnya, dan oleh sebab itu bagaimana pentingnya, kesepakatan dengan Iran.
Petualangan Berbahaya
Sudah banyak pembicaraan yang dilalui, perundingan yang gagal, keputusan yang hanya berlangsung sebentar, ancaman militer, juga sangsi menyeluruh. Juga tidak boleh dilupakan adanya serangan misterius terhadap pakar fisika atom Iran, sabotase, dan serangan siber yang penuh teka-teki.
Selama beberapa tahun, mengulur waktu jadi taktik Iran dalam perundingan nuklir. Para pemimpin di Teheran bahkan menyatakan, sanksi ekonomi tidak ada dampaknya. Tapi sekarang, Iran mendesak pencabutan sanksi secepat mungkin.
Terobosan dalam konflik nuklir adalah keberhasilan diplomasi di masa jabatan Presiden Barack Obama, dan juga jadi kemenangan kubu moderat di Iran, yang mengerti perubahan jaman dan menjaga jarak dari sikap nekat negaranya dalam hal nuklir.
Situasi labil
Memang sekarang sudah lebih baik, tapi kalau dilihat lebih teliti, kemenangan akal sehat sangat rapuh, jadi situasi masih labil. Selain itu, kesepakatan ini banyak musuhnya, dan mereka ada di berbagai bidang.
Rakyat Iran menyambut baik pencabutan sanksi. Tapi di Iran ada kekuatan yang bertahun-tahun mendapat keuntungan dari ketegangan dan kekerasan di kawasan itu. Kekuatan inilah yang diperlukan AS sebagai gambaran musuh, baik ideologis maupun finansial.
Musuh-musuh terobosan diplomatis, yang menentang kembalinya Iran ke dalam masyarakat dunia menggabung kekuatan. Dilihat dari sudut pandang ini, kaum haluan keras di Iran, PM Israel Netanjahu, Donald Trump yang mencalonkan diri untuk jadi presiden AS, juga Raja Salman dari Arab Saudi punya tujuan sama. Mereka semua takut Iran mendekat ke Barat.
Mujizat tidak ada
Sanksi-sanksi jadi pukulan berat bagi ekonomi Iran. Industri kacau-balau, investasi tidak ada, pengetahuan juga tidak ada. Ditambah pembatasan perdagangan, terutama dalam hal ekspor minyak mentah dan gas, semua itu adalah "warisan" program nuklir yang tidak ada manfaatnya
Pencabutan sanksi adalah kunci bagi pembenahan kekacauan di bidang sosial. Tapi ini jelas bukan kunci penyelesaian semua masalah. Jadi orang tidak boleh menunggu mujizat.
Berakhirnya sengketa nuklir secara damai adalah kemenangan bagi mereka yang menggunakan akal sehat di Iran. Sekarang mereka harus menjaganya terhadap serangan dari dalam maupun luar. Itulah jalan yang benar.
Pemandangan Terlarang di Teheran
Banyak adegan keseharian di ibukota Iran dilarang ditampilkan dalam foto. Milad Alaei bekerja dari 2009 hingga 2014 di kantor berita Iran-FARS memotret hal-hal yang terlarang itu, menentang risiko dipenjara rezim Mullah.
Foto: Milad Alaei
Mode Penuh Dosa
Dua perempuan mengenakan "chador" sedang mengagumi mode yang ditampilkan di etalase toko: pakaian indah dengan model terbuka yang dianggap dosa. Polisi Moral berang dengan publikasi foto ini. Milad Alaei menyerahkan foto-foto yang tidak bisa dipulikasikan di Iran kepada DW.
Foto: Milad Alaei
Pemusik Jalanan
Pemusik jalanan yang melantunkan lagu pop barat dilarang di Iran. Setelah gelombang protes dan penangkapan aktivis pro-demokrasi di tahun 2009, banyak pemusik melontarkan protesnya dengan ngamen di jalanan Teheran menyanyikan lagu-lagu pop barat.
Foto: Milad Alaei
Kacamata Hitam
Dalam foto ini yang jadi masalah bukan pemusik jalanan, tapi dua perempuan di kanan depan. Bagi polisi moral di Teheran kedua perempuan yang mengenakan kacamata hitam dan jilbab setengah terbuka ini dipandang melanggar kesusilaan.
Foto: Milad Alaei
Pengemis Berchador
Pengemis di sebuah bazar di tengah kota Teheran ini mengenakan chador, sebuah simbol busana nasional untuk kaum wanita Iran. Pengemis berchador dipandang melecehkan simbol nasional dan tidak bisa diterima. Foto semacam ini pasti jadi korban gunting sensor.
Foto: Milad Alaei
Disiapkan Untuk Mengemis
Anak perempuan ini diduga berada di bawah pengaruh narkoba dan tidak sadar, saat disiapkan untuk mengemis di sebuah sudut jalan. Bandit mengemis di Teheran sering melakukan praktek "meminjam" anak perempuan yang lalu diberi narkoba agar bersikap tenang dan menimbulkan efek kesihan pada pejalan kaki yang lewat.
Foto: Milad Alaei
Khomeini Kurang Dihormat
Foto mengenai inisiatif swasta yang membuka sekolah untuk anak jalanan di Teheran ini juga dilarang dipublikasikan. Apa pasalnya? Di buku pelajaran ini, foto pimpinan spiritual dan pemimpin besar revolusi Iran, Ayatullah Khomeini dicetak terlalu kecil dan kurang mencolok. Badan sensor menilai foto tak layak terbit karena Khomeini terkesan kurang dihormati.
Foto: Milad Alaei
Tuna Wisma
Foto tuna wisma semacam ini dilarang dipublikasikan di Iran. Tuna wisma ini berada di kawasan Darvazeh Ghar di selatan Teheran, yang terkenal sebagai bagian kota yang gawat karena tingginya tingkat kejahatan dan konsumsi narkotikanya.
Foto: Milad Alaei
Warga Terpinggirkan
Foto ini juga mengundang kemarahan rezim Mullah di Iran. Karena secara terang-terangan menampilkan masalah yang sejatinya meluas di masyarakat yakni kecanduan narkoba dan kemiskinan. Terlihat suami istri pecandu narkoba bersama anaknya, yang bermukim di kawasan kumuh di pinggiran ibukota Teheran
Foto: Milad Alaei
Pecandu Narkoba
Penyalahgunaan narkoba menjadi penyebab kematian terbanyak kedua di Iran setelah kecelakaan lalu lintas. Eksekusi hukuman mati pedagang narkoba juga jadi berita sehari-hari. Tapi penguasa melarang publikasi foto pecandu narkoba yang berada di kawasan kumuh semacam ini.
Foto: Milad Alaei
Buruh Harian
Bahkan foto buruh harian tukang jahit di sebuah bazar Teheran ini jadi korban gunting sensor. Buruh asal Afghanistan ini telanjang dada di depan sebuah bendera Iran yang hanya tergantung separuhnya. Pose semacam ini dianggap tidak pantas.