Sebuah laporan internal Kemenlu Jerman yang bocor ke media menyebut Suriah negara yang tidak aman untuk deportasi. Pemerintah Jerman menghentikan deportasi ke Suriah sampai akhir Desember.
Iklan
Dalam laporan rahasia yang bocor ke beberapa media itu, Kementerian Luar Negeri memperingatkan pemerintah Jerman agar tidak mendeportasi pengungsi atau warga Suriah dari Jerman ke Suriah, karena di sana terjadi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia secara permanen.
Saat ini, pemerintah Jerman untuk sementara memang menghentikan deportasi ke Suriah. Namun larangan deportasi itu akan berakhir bulan Desember mendatang.
Kementerian Dalam Negeri, yang berwenang melakukan deportasi, sekarang mengisyaratkan kemungkinan memperpanjang moratorium tersebut. Keputusan tentang itu akan dibahas pada pertemuan akhir bulan ini.
Helping rebuild Syria's Raqqa
03:40
Penyiksaan dan penidasan
Dokumen rahasia 28 halaman itu – yang sampai ke tangan jaringan jurnalis RedaktionsNetzwerk Deutschland, harian Süddeutsche Zeitung dan stasiun siaran NDR dan WDR – disusun dalam rangka pengumpulan informasi tentang prosedur suaka dan konsekuensinya.
Menurut laporan media, berkas Kementerian Luar Negeri antara lain menyebutkan: "Di seluruh Suriah tidak ada prosedur yang komprehensif, tidak ada perlindungan jangka panjang yang dapat diandalkan untuk mencegah penyiksaan" dalam tahanan.
Selanjutnya dikatakan, pria berusia antara 18 dan 42 dapat direkrut menjadi tentara saat mereka kembali, atau akan menghadapi hukuman penjara karena dianggap desersi. Sejak 2014, perekrutan paksa anak-anak ke dalam dinas militer terus meningkat.
"Orang-orang yang kembali (dari pengungsian) dianggap pengecut dan pembelot, atau dalam kasus terburuk sebagai pengkhianat atau pendukung teroris," kata laporan itu.
Hotel Bintang 4 Khusus Untuk Pengungsi
01:28
This browser does not support the video element.
Anggota keluarga ditahan dan disiksa
Ada "banyak kasus yang didokumentasikan, di mana setiap anggota keluarga, seringkali wanita dan anak-anak, ditahan dan disiksa karena kegiatan anggota keluarga lain yang dianggap oleh rezim sebagai bermusuhan," demikian disebutkan dalam laporan Kemenlu Jerman.
Laporan Kemenlu Jerman tentang situasi di Suriah tidak jauh berbeda dengan kesimpulan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menurut PBB, sekalipun pertempuran telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir, kondisi kekerasan dan pelanggaran hak asasi sangat buruk. PBB memperingatkan agar negara anggotanya tidak mengirim pengungsi Suriah kembali ke negaranya, kecuali mereka memang benar-benar ingin kembali.
Menurut laporan PBB, perang tujuh tahun di Suriah telah menewaskan lebih dari 360.000 orang dan mengakibatkan jutaan orang terlantar. Dari 18 juta penduduk Suriah, sekitar 13 juta orang membutuhkan bantuan, di antaranya 5,6 juta orang yang membutuhkan bantuan darurat.
Damaskus: Kembali ke Kehidupan Sehari-Hari?
Dengan berakhirnya pertempuran di sekitar Damaskus lambat laun rutinitas kehidupan sehari-hari kembali lagi. Saat penduduk ibu kota bisa menikmati sedikit normalitas, di bagian lain negeri, warga tetap menderita.
Foto: Reuters/M. Djurica
Sebagian besar Damaskus tidak menderita
Lebih dari tujuh tahun lalu perang Suriah meletus. Berbeda dengan kondisi sebagian besar negeri, ibu kota Suriah, Damaskus, tidak terlalu menderita akibat pertempuran ini. Pasukan Presiden Bashar al Assad menguasai dan menjaga keamanan ibu kota. Memang kota masih bisa jadi sasaran bom, tetapi zona aman masih ada.
Foto: Reuters/M. Djurica
Kehidupan malam di ibu kota
Setelah berakhinrya pertempuran di kawasan itu, warga lambat laun kembali ke normalitas. Di bar bernama Marionette Bar di kota tua Damaskus sejumlah warga berusia muda merayakan ulang tahun seorang kawan. Di kawasan ini kehidupan malam marak, dan tidak pernah terhenti sepenuhnya walaupun saat perang.
Foto: Reuters/M. Djurica
Minum koktail di kota tua
"Selama perang, ketika bom berjatuhan, ada beberapa hari di mana tidak ada seorang tamu pun datang," demikian dikatakan Dana (24) sambil mencampur koktail Blue Moon. "Tapi kami tidak pernah berhenti bekerja." Musim panas ini bar, restoran dan kafe di kota tua kembali hidup. Ini musim panas pertama sejak 2011, di mana alarm perang tidak terdengar.
Foto: Reuters/M. Djurica
Kehancuran tepat di sebelahnya
Jika orang pergi hanya beberapa kilometer dari ibu kota Damaskus, maka kehancuran yang diakibatkan perang Suriah akan tampak. Di sana, di mana pemberontak dulu berkuasa, jalan kembali ke kehidupan normal sangat lah panjang dan sulit.
Foto: Reuters/M. Djurica
Hidup sehari-hari berserakan di sela reruntuhan
Di Duma, hanya sekitar 15 km dari Damaskus, jalanan dipenuhi reruntuhan. Kawasan perumahan dan pertokoan hancur akibat perang. Hanya beberapa bulan lalu pertempuran berakhir. Pembangunan kembali kemungkinan akan makan dana ratusan miliar Dolar. Beban itu tidak mungkin bisa dipikul rezim sendirian. Seberapa lama waktu yang diperlukan untuk bisa kembali ke normalitas?
Foto: Reuters/M. Djurica
Bekerja dengan apa yang ada
Negara-negara Barat menjadikan reformasi politik sebagai hal yang menentukan bagi keputusan pemberian bantuan. Sementara warga di kawasan yang hancur akibat perang hanya bisa menggunakan sarana yang masih tersisa. Banyak rumah sakit hancur lebur atau rusak berat. Tapi para dokter tetap bekerja di ruang bawah tanah, jika dibutuhkan.
Foto: Reuters/M. Djurica
Tidak ada masa depan di Suriah?
Di Damaskus, tantangan ekonomi juga berperan besar. Banyak warga Suriah mempertimbangkan untuk pergi. "Saya suka pekerjaan saya. Saya suka bar-bar dan kehidupan malam di sini. Tapi sebenarnya saya ingin pergi dari Suriah," kata pemilik bar Rasha. Penulis: Rahel Klein; Foto: Marko Djurica, Reuters