Sepsis diyakini jadi faktor utama kematian pasien virus Corona di Wuhan. Ini adalah reaksi kekebalan tubuh berlebihan yang memicu kegagalan fungsi organ tubuh. Bagaimana gejalanya dan apa pengobatanya?
Iklan
Kebanyakan kasus kematian pasien yang terinfeksi virus corona di Wuhan, Cina adalah akibat sepsis. Demikian laporan jurnal ilmiah The Lancet yang dirilis belum lama ini.
Sepsis yang ditunjuk jadi penyebab kematian pasien virus corona, bukan keracunan darah seperti yang lazim dikenal dalam istilah medis. Melainkan reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh pada kasus infeksi. Reaksi pertahanan tubuh ini amat luar biasa, sehingga menyerang organ tubuh dan jaringan tubuh sendiri.
Terutama yang terancam risiko sepsis adalah mereka yang sistem kekebalan tubuhnya memang sudah lemah. Kelompok risiko ini adalah para manula yang mengidap berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, diebetes atau jantung serta anak-anak balita.
Apa penyebab dan bagaimana gejalanya
Penyebab sepsis bisa bakteri, virus, jamur atau parasit atau juga gabungan beberapa patogen tsb. Virus seperti virus flu, virus corona atau ebola terbukti bisa memicu sepsis yang berakibat fatal. Pemicu sepsis adalah radang paru-paru atau pneumonia, infeksi luka, infeksi saluran kemih, infeksi di dalam rongga perut serta penyakit kanker.
Jika kita melihat penyebab kematian SARS-CoV-2 dikaitkan dengan riwayat penyakit menunjukkan, sekitar 13 persen adalah pasien dengan penyakit jantung disusul pasien dengan riwayat penyakit diabetes sebanyak lebih 9 persen dan tekanan darah tinggi sebanyak lebih 8 persen. Sementara radang paru-paru dan penyakit kanker berada di urutan buncit, dengan tingakt fatalitas sekitar 8 persen.
Data jurnal sains The Lancet yang dirilis awal 2020 menyebutkan, sekitar 20 persen kasus kematian pasien di seluruh dunia disebabkan oleh sepsis. Data tahun 2017 menunjukkan ada hampir 50 juta kasus sepsis dengan 11 juta penderitanya meninggal.
Gejala yang paling mencolok kemungkinan sepsis akibat infeksi adalah, turun drastisnya tekanan darah dibarengi naiknya frekuensi detak jantung. Juga demam tinggi, kesulitan bernafas, perasaan sakit berat dan kehilangan orientasi tiba-tiba.
Jika ada sinyal gawat seperti ini muncul, pasien harus secepatnya diberi perawatan gawat darurat.
Penanganan Sepsis
Walaupun kasus sepsis sering terjadi di rumah sakit, namun seringkali terlambat dikenali. Jika pasien didiagnosa mengalami sepsis, penanganan akan dilakukan dalam koridor gawat darurat.
Pasien diambil darahnya untuk tes laboratorium, diberi antibiotika spektrum lebar, dan dipasangi peralatan yang menjamin kelancaran peredaran darah serta dipasangi alat bantu pernafasan. Sebagai tindakan preventif, banyak pasien sepsis direkayasa ke kondisi koma buatan.
Fungsi organ tubuh pasien, seperti ginjal, paru-paru dan jantung didukung dengan pemasangan alat-alat kedokteran canggih. Tentu saja penanganan medis secara intensiv seperti itu amat sulit, perlu alat canggih dan mahal. Data di Amerika Serikat saja menunjukkan, rumah sakit memerlukan sekitar 24 milyar Dolar untuk kasus sepsis.
Efeknya bisa menetap
Dampak sepsis pada 50 persen pasien yang sembuh juga bersifat menetap. Antara lain munculnya infeksi susulan, gagal ginjal atau masalah kardiovaskular. Juga bisa muncul masalah gangguan kognitiv serta psikis seperti depresi atau ketakutan tak beralasan.
Jadi yang terpenting bagi tenaga medis, adalah mencegah munculnya sepsis atau sebisa mungkin mendiagnosa secara dini. Karena makin cepat diketahui, peluang untuk terapi dan sembuh makin besar.
(as/vlz)
Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai?
Khawatir tertular virus corona dari hewan peliharaan, kentang, atau bahkan kartu ulang tahun di samping tempat tidur? Anda tidak sendirian. Virus corona seolah ada di mana-mana. Benda apa saja yang aman dipegang?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Gagang pintu bisa terkontaminasi?
Penelitian saat ini menyebukan, virus corona dapat bertahan hidup selama empat hingga lima hari pada permukaan benda seperti gagang pintu. Virus SARS-CoV-2 penyebab wabah corona juga dapat menyebar melalui tangan dan permukaan yang sering disentuh. Meski masih perlu dipelajari lebih lanjut, para ahli meyakini bahwa wabah COVID-19 mirip dengan virus corona jenis lainnya.
Perlu juga kewaspadaan ekstra sewaktu makan siang di kantin, jika kantin masih buka. Pada dasarnya, virus corona juga dapat menempel di peralatan makan seperti sendok dan piring lewat bersin atau batuk orang yang terinfeksi. Namun, Institut Federal Jerman untuk Penanganan Risiko, BfR, mengatakan bahwa sampai saat ini "belum diketahui ada infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebar lewat cara ini."
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Ragu terhadap barang impor?
Haruskah orang tua khawatir adanya kemungkinan infeksi dari mainan impor? Tidak, kata BfR. Sejauh ini, belum ada bukti adanya kasus penularan lewat mainan impor atau barang lainnya. Para ahli sejauh ini berasumsi bahwa virus sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Namun patogen masih bisa menginfeksi selama beberapa hari, terutama dalam cuaca dingin dan kelembaban tinggi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Paket pos penuh virus?
Secara umum, virus corona yang menginfeksi manusia tidak bisa bertahan lama pada permukaan kering. Hidupnya virus di luar organisme manusia tergantung pada banyak faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban. BfR memperkirakan infeksi melalui pos "agak tidak mungkin." Namun, institut ini juga mengakui bahwa data yang lebih tepat tentang SARS-CoV-2 belum tersedia.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Becker
Bisakah saya terinfeksi dari hewan peliharaan?
Dapatkah anjing saya menginfeksi saya atau saya menginfeksi anjing saya? Para ahli menganggap risiko hewan peliharaan terinfeksi virus corona sangat rendah, tetapi tidak menutup kemungkinannya. Hewan-hewan itu sendiri mungkin tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak sakit. Namun, jika hewan terinfeksi, mungkin saja mereka menularkan virus corona melalui udara atau lewat kotoran.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/A. Tarantino
Apakah buah-buahan berbahaya?
BfR mengatakan bahwa makanan yang terkontaminasi kemungkinan tidak mentransmisikan virus SARS-CoV-2. Sejauh ini, tidak ada kasus yang terbukti. Tentu saja orang harus mencuci tangan dengan teliti sebelum menyiapkan makanan, bahkan juga jika tidak ada wabah corona. Karena virus peka terhadap panas, memanaskan makanan dapat mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.
Foto: picture-alliance/Kontrolab/IPA/S. Laporta
Kontaminasi dari makanan beku?
Meski virus corona penyebab SARS dan MERS dikenal tidak suka panas, patogen ini bisa bertahan di suhu dingin. Virus dapat tetap menular pada suhu -20 derajat Celsius, dan bertahan dalam status beku hingga dua tahun. Namun, BfR tetap menegaskan bahwa sejauh ini, belum ada bukti rantai infeksi SARS-CoV-2 melalui konsumsi makanan, termasuk makanan beku.
Foto: picture-alliance /imageBROKER/J. Tack
Jangan makan binatang liar!
Wabah COVID-19 setidaknya menghasilkan satu hal yang positif: Cina melarang konsumsi hewan liar. Bukti telah menunjukkan bahwa virus corona jenis baru ini ditransmisikan ke manusia oleh kelelawar. Kelelawar, tentu saja, tidak bisa disalahkan atas wabah ini. Mungkin, sebenarnya hewan ini juga tidak mau jadi santapan. (ae/as)