1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SejarahJerman

Kenang Zaman Susah, Kala Orang Jerman Bermigrasi ke Brasil

Suzanne Cords
24 Juli 2024

Sekitar 200 tahun lalu, Jerman dilanda kemiskinan parah. Saat itulah Kaisar Brasil merayu orang Jerman datang ke negaranya sebagai migran. Banyak petani dan pengrajin Jerman bermigrasi dengan membawa harapan.

Keluarga petani Jerman di Blumenau, Brasil
Banyak pekerjaan menunggu para imigran Jerman di tanah air baru mereka di BrasilFoto: Arquivo Histórico Ferreira da Silva

Perang Napoleon, gagal panen, dan beratnya beban pajak telah mempersulit kehidupan masyarakat di Jerman di awal abad ke-19. Di saat yang sama, tawaran menggiurkan datang dari belahan dunia lain!

Ketika itu, setiap keluarga yang bersedia menetap di Brasil dijanjikan akan mendapat lahan seluas 77 hektare. Ditambah ternak, benih dan peralatan bertani, serta bantuan keuangan untuk dua tahun pertama.

Ini lebih dari apa yang para petani, pengrajin, dan buruh harian di Jerman berani impikan. Segera, mereka yang tergiur menjawab panggilan tersebut dan mengucap selamat tinggal kepada tanah air lama.

Bekas jajahan Portugis butuh pekerja

Pada bulan Januari 1824, kapal Argus tiba di pelabuhan Rio de Janeiro dengan membawa sekitar 280 imigran. Ini adalah kapal pertama dengan migran Jerman "yang melayani Kekaisaran Brasil".

Para pendatang baru ini menetap di negara bagian Santa Catarina dan Rio Grande do Sul dan mendirikan koloni Jerman pertama, yakni São Leopoldo, diambil dari nama istri kaisar Austria, Leopoldine. Dialah yang mengampanyekan perekrutan migran Jerman ke Brasil.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Saat itu, Brasil sudah dua tahun tidak lagi menjadi jajahan Portugis. Kaisar Dom Pedro I menerima para imigran ini bukan karena dia baik hati. Jika perlu, para imigran ini harus ikut berperang melawan musuh-musuh Brasil. Namun yang terpenting, Brasil butuh tenaga kerja untuk bertani di bagian selatan negara itu.

Akhir dari era perbudakan sudah di depan mata. "Muncul pertanyaan tentang dari mana mendapatkan pekerja baru," kata sejarawan Stefan Rinke dari Institut Amerika Latin di Freie Universität Berlin kepada DW.

"Sudah diketahui bahwa perbudakan tidak dapat lagi dipertahankan dalam jangka panjang dan semakin sulitnya mendapatkan pasokan akibat blokade Inggris terhadap perdagangan budak. Dan kemudian, fokus antara lain tertuju pada wilayah Jerman. Mereka tahu bahwa ada banyak orang miskin yang juga merasakan tekanan untuk segera pindah."

Politik 'memutihkan' Brasil

Namun ternyata, elit Brasil mempunyai tujuan lain dalam kebijakan imigrasi. Mereka ingin "memutihkan" negaranya. "Kemajuan disamakan dengan Eropaisasi, baik dalam adat istiadat maupun kebiasaan, tetapi juga secara khusus dalam masyarakat," kata Rinke.

"Mereka menginginkan orang-orang Eropa. Dan tidak semua orang Eropa, tapi terutama orang-orang Eropa Tengah, karena mereka dianggap berbudi luhur, pekerja keras, ambisius dan patuh. Itu penting jika Anda ingin punya subyek baru." 

Imigran pertama dibawa dengan perahu dari Rio de Janeiro ke selatan Brasil.Foto: Museu Visconde de São Leopoldo

Di Brasil, para migran Jerman itu butuh ruang, untuk rumah, ladang, dan ternak. Namun, hutan yang mereka rambah untuk pemukiman itu bukannya tanpa penghuni. Masyarakat adat pun berjuang mempertahankan wilayah mereka dan terlibat dalam bentrokan berdarah dengan migran Jerman.

Pemerintah setempat lantas mempekerjakan tentara bayaran yang tanpa ampun memburu penduduk asli. Dalam Urwaldboten, sebuah surat kabar dari kota Blumenau, yang didirikan pada tahun 1850, penduduk asli disebut dengan istilah yang menghinakan masyarakat adat, mereka disebut mengganggu kolonisasi dan lalu lintas antara dataran tinggi dan pantai.

Imigran Jerman tidak berbaur

Diburu tanpa ampun, para penduduk asli tidak punya peluang melawan pemburu mereka. Dua pertiga penduduk asli Brasil musnah. Sebaliknya, permukiman Jerman bertumbuh makmur. Para imigran mempertahankan adat istiadat tanah air lama mereka dan terus berbicara bahasa Jerman.

Kota Blumenau kini berpenduduk lebih dari 230.000 jiwa, dinamai dari apoteker ahli kimia dari Hasselfelde, Dr. Hermann Blumenau.Foto: Ralf Hirschberger/dpa/picture-alliance

Hanya sedikit yang bisa bicara bahasa nasional, bahasa Portugis, sehingga para migran hanya bergaul di kalangan mereka sendiri. Brasil tetaplah tanah asing bagi para imigran dari Jerman. 

Sebaliknya, mereka tetap menjalin kontak dekat dengan tanah air lama mereka. Banyak yang merayakan ulang tahun kaisar setiap tahun dan menyumbangkan sejumlah besar uang untuk Jerman selama Perang Dunia Pertama.

Keterasingan ini semakin menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat keturunan Portugis yang sudah lama ada di Brasil. Peringatan mengenai "bahaya Jerman” semakin mendesak.

Ketika Partai NSDAP Adolf Hitler sedang bangkit di Jerman, banyak imigran asal Jerman antusias terhadap Hitler. Brasil mempunyai simpatisan partai Nazi terbesar di luar Jerman, dan anak-anak menyanyikan lagu-lagu Nazi di sekolah.

Bahasa Jerman sempat dilarang di Brasil

Terakhir, Presiden Brasil Getúlio Vargas pun mengambil langkah keras: NSDAP dan pers berbahasa Jerman dilarang, klub dan sekolah Jerman ditutup, dan penggunaan bahasa Jerman dikriminalisasi.

"Itu karena Brasil menyatakan perang terhadap Jerman di kedua perang dunia, jadi ini juga merupakan pertanyaan tentang keamanan dalam negeri," kata Frederik Schulze dari Ibero-American Institute di Berlin. 

"Ketika kapal-kapal Brasil ditenggelamkan oleh kapal selam Jerman, terjadi kerusuhan terhadap bisnis Jerman yang dilakukan oleh orang-orang Brasil."

Pada tahun 1945, Nazi Jerman hancur dan budaya Jerman terpuruk. Kontak orang Jerman-Brasil dengan tanah air nenek moyang mereka terputus. Mereka mulai belajar bahasa Portugis dan anak-anak mereka secara alami merasa menjadi bagian dari masyarakat Brasil.

Tradisi Jerman masih bertahan

Memang, saat ini sangat jarang terdengar orang keturunan Jerman di Brasil yang berbicara bahasa Jerman dalam dialek kuno. Namun pengaruh imigran di Brasil selatan terlihat di mana-mana. Ada rumah-rumah setengah kayu khas Jerman, suguhan makanan sauerkraut atau asinan kubis dengan daging babi, atau strudel apel.

Lalu ada kota Blumenau, yang didirikan di tengah hutan pada tahun 1850 oleh apoteker Jerman Hermann Blumenau. Kota ini terkenal dengan Oktoberfest-nya, yang terbesar di dunia setelah München.

Sama seperti orang Jerman yang beremigrasi ke Brasil 200 tahun lalu, orang Brasil kini bergerak ke Jerman. Menurut Kementerian Luar Negeri Brasil, ada sekitar 160.000 warga negaranya yang tinggal di Jerman. Mereka juga meninggalkan tanah air karena memimpikan masa depan yang lebih baik.

(ae/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait