Kenapa Invasi Taliban Bebani Hubungan AS dan Pakistan?
26 Agustus 2021
NATO meyakini Pakistan punya “tanggung jawab spesial” untuk memastikan Afganistan memenuhi komitmen internasionalnya. Tapi di Islamabad, pemerintah menolak dijadikan “kambing hitam” atas kegagalan barat.
Iklan
Jatuhnya Kabul ke tangan Taliban menyisakan pertanyaan besar di antara warga Pakistan perihal masa depan hubungan diplomatik dengan AS. Sebagian kaum garis keras sudah lebih dulu meramal datangnya tuduhan miring dari Gedung Putih terkait peran Islamabad di balik invasi kaum Islamis di Afganistan.
"Negara ini tidak akan lagi menerima dijadikan kambing hitam atas kegagalan pihak lain,” sindir Menteri Hak Asasi Manusia Pakistan, Shireen Mazari, dalam sebuah artikel, Selasa (24/8).
Bill Emmott, bekas kepala editor mingguan The Economist, menulis dalam sebuah tajuk untuk platform editorial, Project Syndicate, betapa "kegagalan” di Afganistan dan kembalinya Taliban, diakibatkan oleh "ketidakmampuan Amerika dan Pakistan untuk bersepakat.”
Pakistan disebut sebagai donor terbesar bagi Taliban. Pada periode pertama kekuasaan Taliban antara 1996 dan 2001, Pakistan termasuk ke dalam kelompok tiga negara yang mengakui pemerintah Afganistan.
Husain Hawwani, Direktur Asia Tengah dan Selatan Hudson Institute, sebuah wadah pemikir di Washington, mengatakan kebijakan Pakistan di Afganistan selalu menimbulkan perpecahan dengan AS.
"Kebanyakan penduduk Amerika percaya dukungan tanpa henti dari Pakistan menyumbang peranan besar dalam keberhasilan Taliban,” katanya kepada DW. "Ada sentimen anti Pakistan terkait isu Afganistan yang mungkin tidak membantu memperbaiki hubungan Pakistan dan AS.”
Kepentingan berbalik arah
Di masa lalu, Pakistan banyak bergantung pada bantuan militer dan keuangan dari AS. Menurut sebuah estimasi, Islamabad menerima lebih dari USD 30 miliar atau lebih dari Rp 430 triliun dari Washington sejak 2001.
Pakistan juga menerima hujan bantuan dan duit sumbangan selama Perang Dingin karena beraliansi dengan Amerika.
Adegan Rusuh di Kabul saat Warga Melarikan Diri dari Taliban
Kerusuhan terjadi saat ribuan warga Afganistan berusaha mati-matian untuk meninggalkan negaranya melarikan diri dari Taliban melalui Bandara Kabul.
Foto: COURTESY OF DEFENSE ONE/via REUTERS
Kerusuhan di Bandara Kabul
Milisi Taliban berjaga di bagian luar Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul (foto dari 16/08). Ribuan orang memadati bandara itu dalam upaya melarikan diri dari negara tersebut, setelah Taliban mengambil alih kekuasaan dengan sangat cepat.
Foto: Rahmat Gul/AP/picture alliance
Pemandangan dari Satelit
Foto satelit dari Planet Labs Inc., menunjukan lautan manusia di landasan Bandara Internasional Kabul 16 Agustus 2021. Ribuan warga memadati bandara ibu kota Afganistan tersebut, memenuhi landasan pacu dengan harapan amat tipis untuk bisa naik ke dalam pesawat terbang dari negara manapun dan hengkang dari negaranya.
Foto: Planet Labs Inc./AP/picture alliance
Tentara AS Berjaga dan Siaga
Tentara AS yang menjaga bagian dalam bandara Kabul berulang kali melepaskan tembakan peringatan dalam upaya menahan kerumunan warga. Diperkirakan 3.500 tentara AS saat ini sudah berada di Afganistan, dan pasukan tambahan sedang dalam perjalanan.
Foto: Shekib Rahmani/AP/picture alliance
Militer Perancis memulai Evakuasi
Warga Prancis dan Afganistan berbaris untuk menaiki pesawat angkut militer Prancis di Bandara Kabul pada 17 Agustus 2021. Pesawat militer Prancis pertama sudah tiba di Abu Dhabi di malam hari, lapor Kementerian Pertahanan Prancis.
Foto: AFP
Putus Asa Mencoba Melarikan Diri
Foto dramatis dari ribuan warga Afganistan yang mengerumuni dan mencoba menaiki pesawat angkut militer AS saat meluncur di landasan pacu Senin, 16 Agustus, dengan cepat beredar ke seluruh dunia. Foto menunjukkan, beberapa warga bahkan nekat mencegat dan menghalangi pesawat saat hendak lepas landas.
Foto: ASSOCIATED PRESS/picture alliance
Situasi Panik
Helikopter Apache milik AS telah mencoba membuka jalan dan membersihkan landasan dari kerumunan penduduk sipil dengan terbang rendah. Namun, masih banyak warga yang sudah putus asa, nekat bergantungan di sisi pesawat transport C-17 Angkatan Udara AS, beberapa diantaranya dilaporkan tewas karena jatuh dari pesawat tersebut.
Foto: ASSOCIATED PRESS/picture alliance
Pengungsi Memenuhi Pesawat C-17 Angkatan Udara AS
Pesawat angkut C-17 Globemaster III Angkatan Udara AS ini lepas landas dengan membawa sekitar 640 warga Afghanistan dan terbang menuju Qatar dari Kabul pada 15 Agustus 2021. Banyak orang berhasil naik ke pesawat melalui pintu yang setengah terbuka. (MN/as)
Foto: COURTESY OF DEFENSE ONE/via REUTERS
7 foto1 | 7
Saat ini Haqqani mencatat, dukungan bagi Pakistan di Washington sedang menyusut, terutama "untuk melanjutkan bantuan ekonomi dan militer dalam skala besar.”
Penulis Ayesha Siddiqa, meyakini Washington telah "kehilangan ketertarikan” terhadap Pakistan. Menurutnya dukungan AS saat ini tidak lagi bisa dijadikan opsi bagi pemerintah di Islamabad.
"Hubungan kedua negara sudah memanas, Pakistan saat ini sudah dikenakan semacam sanksi karena ditempatkan di dalam daftar abu-abu keuangan,” imbuhnya kepada DW.
Iklan
Faktor Cina
Kesimpulan senada diungkapkan analis pertahanan, Jendral Amjad Shoaib. Dalam sebuah wawancara, dia meyakini kedekatan Islamabad dengan Cina semakin membebani hubungan dengan AS.
Pakistan turut menopang proyek jalan sutra abad ke21, Belt and Road Initative, dengan menggandeng Cina membuka koridor ekonomi dari kawasan perbatasan di utara, menuju pelabuhan Gwadar di tepi Samudera Hindia.
Amerika masih memiliki dukungan di Afganistan, kata dia, sembari memprediksi bahwa negeri yang remuk oleh perang itu akan digunakan untuk melawan Pakistan, dengan "mengelus” pemberontak etnis Baloch yang juga membidik kepentingan Cina di Pakistan.
"Pakistan mengambil langkah strategis dengan mendekati Cina, sementara AS sepertinya sudah memilih India sebagai mitra strategis di kawasan”, imbuhnya.
Bagi NATO, kepentingan terbesar negara barat saat ini bukan terletak siapa yang menguasai Afganistan, tetapi bahwa negara itu "tidak lagi menjadi surga bagi teroris internasional.
"Afganistan yang stabil adalah kepentingan semua negara, terutama tetangga seperti Pakistan,” kata Sektretaris Jendral NATO, Jens Stoltenberg, Jumat (20/8) silam.
rzn/pkp
Upaya Warga Afganistan Menyelamatkan Diri dari Taliban
Ribuan warga berusaha menyelamatkan diri dari Afganistan setelah Taliban mengambil alih kekuasan. Negara Barat berupaya menerbangkan warga sipil keluar dari bandara Kabul setelah penerbangan komersial dihentikan.
Foto: AFP/Getty Images
Warga Afganistan yang putus asa berusaha masuk bandara Kabul
Banyak keluarga di Afganistan semakin putus asa dan berusaha untuk masuk ke Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul. Terdapat anak-anak di antara kerumunan yang mencoba melakukan upaya terakhir untuk melarikan diri dari Taliban yang berhasil menguasai ibu kota Kabul dengan mudah.
Foto: REUTERS
Rakyat Afganistan hadapi masa depan yang tidak pasti
Sejak penarikan pasukan AS dan NATO dilancarkan, warga Afganistan menghadapi keputusan yang sulit: tetap tinggal dan berharap pasukan pemerintah menahan gerak maju milisi Taliban atau melarikan diri ke negara-negara tetangga. Setelah Taliban merebut Kabul dengan mudah, banyak warga terjebak dalam ketidakpastian, tanpa indikasi yang jelas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Foto: REUTERS
Kerumunan warga di bandara Kabul
Bandara utama Kabul menjadi tempat kerumunan orang yang putus asa. Ribuan orang berharap bisa naik pesawat dan melarikan diri dari kekuasaan Taliban. Negara-negara Barat bergegas mengevakuasi warga mereka sendiri dan beberapa karyawan lokal. Penerbangan komersial dari dan keluar negara itu dihentikan total.
Foto: AFP/Getty Images
Taliban menguasi istana presiden
Setelah jatuhnya ibu kota Kabul dengan mudah, milisi Taliban langsung menguasai istana presiden Afganistan. Rekaman langsung menunjukkan komandan dan anggota Taliban duduk di dalam istana, menyatakan kemenangan mereka setelah pasukan Afganistan menyerah tanpa bertempur.
Foto: Zabi Karim/AP/picture alliance
Takut penerapan aturan Islam garis keras
Banyak yang takut penerapan aturan Islam garis keras. Walau dalam sebuah pernyataan Taliban mengklaim, tidak akan membalas dendam terhadap mereka yang mendukung aliansi dukungan AS. Perempuan sebagian besar dilarang ikut pendidikan selama pemerintahan Taliban sebelumnya di Afganistan (1996-2001). Warga di Kabul buru-buru hapus gambar yang mungkin tak disukai Taliban.
Foto: Kyodo/picture alliance
Melintasi perbatasan ke Pakistan
Di saat ribuan warga yang berusaha kabur menyerbu bandara Hamid Karzai, sejumlah warga Afganistan lainnya menyeberangi perbatasan memasuki Pakistan. Menteri Dalam Negeri Pakistan Sheikh Rashid Ahmed mengatakan kepada DW, pemerintah telah menutup perbatasan dengan Afganistan di Torkham.
Foto: Jafar Khan/AP/picture alliance
Taliban kembali berkuasa setelah penarikan pasukan AS
AS dan sekutunya memasuki Afganistan setelah serangan teror 11 September 2001, dan menaklukan Taliban. Ketika konflik 20 tahun berakhir secara tiba-tiba dengan penarikan pasukan AS dan NATO, pasukan pemerintah Afganistan dengan cepat runtuh tanpa dukungan.
Foto: Hoshang Hashimi/AP Photo/picture alliance
Kepemimpinan Taliban
Taliban memerintah negara itu dari tahun 1996 hingga 2001 dan memberlakukan interpretasi hukum Syariah Islam yang ketat. Taliban didirikan di bawah kepemimpinan Mullah Umar. Haibatullah Akhundzada sekarang menjadi pemimpin tertinggi, sementara salah satu pendiri lainnya Mullah Baradar (foto) mengepalai sayap politik.
Foto: Social Media/REUTERS
Taliban mengibarkan bendera mereka
Taliban mengklaim siap mengendalikan negara itu, dan menyatakan tidak akan membahayakan warga sipil yang telah bekerja sama dengan pasukan Barat. "Kami siap untuk berdialog dengan semua tokoh Afganistan dan akan menjamin perlindungan yang diperlukan," kata juru bicara politik Taliban Mohammad Naeem kepada Al Jazeera. Sebuah klaim yang agak sulit dipercaya semua pihak.
Foto: Gulabuddin Amiri/AP/picture alliance
Wanita dan anak-anak berisiko tinggi
Perempuan, anak-anak dan minoritas lainnya kemungkinan besar akan sangat menderita di bawah rezim Taliban. Perempuan dan anak perempuan dilarang menjalani pendidikan selama pemerintahan Taliban sebelumnya di Afganistan, situasinya berubah setelah dilancarkan invasi yang dipimpin AS pada 2001.
Foto: Paula Bronstein/Getty Images
Presiden Ghani melarikan diri
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kabur meninggalkan negara itu pada 15 Agustus. "Untuk menghindari pertumpahan darah, saya pikir yang terbaik adalah keluar," katanya, tetapi ia menekankan akan terus berjuang untuk negara.
Foto: Rahmat Gul/AP Photo/picture alliance
Mantan Presiden Karzai desak perdamaian
Para pemimpin Afganistan telah membentuk dewan untuk bertemu dengan Taliban dan mengelola transfer kekuasaan. Mantan Presiden Hamid Karzai, yang merupakan bagian dari dewan mengatakan, ini "untuk mencegah kekacauan dan mengurangi penderitaan rakyat," dan untuk mengelola "pengalihan kekuasaan secara damai".
Foto: Mariam Zuhaib/AP Photo/picture alliance
AS dan Eropa lakukan evakuasi
Jerman mengerahkan pesawat militer untuk membantu evakuasi diplomat, warga negaranya dan staf lokal dari Afganistan setelah menutup kedutaan besarnya di Kabul. AS, Inggris, dan Arab Saudi juga mengevakuasi pasukan, diplomat dan pejabat lain dari negara tersebut.