Keragaman hayati merupakan pondasi bagi keutuhan ekosistem yang bersifat krusial bagi kelangsungan hidup. Punahnya satu spesies bisa menggoyahkan keseimbangan ekologi di muka Bumi.
Iklan
Keanekaragaman hayati mengacu pada keragaman spesies dan organisme, serta pola genetika, yang menghuni suatu wilayah tertentu, mulai dari bakteri mikroskopis hingga hewan bertubuh besar, dari lumut hingga pepohonan yang menjulang tinggi.
Kaleidoskop kehidupan ini membentuk tulang punggung ekosistem di darat, air dan udara, yang membantu menyediakan makanan, obat-obatan dan sumber daya, serta mengelola udara dan air bersih, bahkan keseimbangan iklim.
Keanekaragaman hayati bisa berubah, berkembang dan beradaptasi seiring berjalannya waktu. Namun peradaban modern justru menghancurkan dan mengancam habitat yang selama ini telah menopang beragam bentuk kehidupan di Bumi.
Hilangnya keanekaragaman hayati menyebabkan penurunan populasi spesies dan memicu kepunahan. Pada akhirnya, manusia pula yang akan merasakan dampak dari kemerosotan ekologi.
Dekatkan Warga dengan Alam di Tengah Kota
03:59
Kenapa keragaman hayati penting bagi Bumi?
Keanekaragaman hayati berperan bersar menopang kelangsungan ekosistem, terutama untuk bertahan dan pulih dari dampak cuaca ekstrem yang semakin marak akibat perubahan iklim.
Ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati juga menyediakan "jasa ekologis," seperti penyerbukan tanaman pangan, menjamin siklus nutrisi dan stabilitas iklim yang penting bagi kelangsungan hidup.
Keragaman spesies tanaman meningkatkan kesuburan tanah, melalui siklus karbon dan nitrogen yang lebih baik, yang pada gilirannya akan menjamin ketahanan pangan bagi manusia dan hewan.
Keanekaragaman hayati juga mencakup keragaman genetika, yang meningkatkan kemampuan setiap spesies untuk beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan, termasuk penyakit baru atau iklim yang lebih ekstrem.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Keanekaragaman genetik pada tanaman dan ternak juga meningkatkan kekebalan terhadap hama, toleransi terhadap kekeringan dan memungkinkan hasil panen yang lebih tinggi. Tidak sedikit pula jenis obat-obatan di dunia medis modern yang mengandalkan saripati tanaman.
Iklan
Dampak punahnya keragaman
Tingkat kepunahan di Bumi secara alamiah hanya berkisar pada satu spesies banding 1 juta per tahun. Namun begitu, aktivitas manusia mempercepat kepunahan menjadi puluhan ribu spesies per tahun.
"Kita tidak hidup selaras dengan alam," kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres kepada para pemimpin dunia pada tahun 2022. "Umat manusia telah menjadi senjata pemusnah massal.”
Peristiwa kepunahan massal terakhir di Bumi disebabkan oleh hantaman asteroid sekitar 66 juta tahun lalu di zaman Kapur yang menandai berakhirnya periode Mesozoikum, yang memusnahkan 75 persen spesies di Bumi.
Dunia Yang Menakjubkan Dari Lahan Basah
Lahan basah adalah keajaiban alam yang penuh keragaman hayati, habitat bagi jutaan hewan, namun amat ringkih. Lahan ini juga membantu regulasi air. Tapi akibat laju perubahan iklim, lahan basah punah dengan cepat.
Foto: Larry W. Smith/dpa/picture alliance
Apa itu lahan basah?
Definisi lahan basah sulit, karena sangat kompleks dan selalu berubah. Kamus Merriam-Webster mendefinisikan ahan basah adalah "daerah yang sering tertutup air dangkal atau tanah yang jenuh dengan kelembaban." Lahan ini ekosistem dan habitat beragam hewan dengan vegetasinya sendiri dan penting untuk penyaringan air, stabilitas garis pantai dan pengendalian banjir.
Foto: Olaf Juergens/Zoonar/picture alliance
Kepedulian pada lahan basah
Meskipun tutupan lahan basah kurang dari 4% permukaan bumi, 40% dari semua spesies hewan hidup atau bereproduksi di sini. Lahan basah menyaring, menyimpan, dan memasok air dan makanan ke planet ini. Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia bergantung pada lahan basah untuk mendapatkan makanan. Lahan menyimpan karbon dua kali lebih banyak dari gabungan semua hutan dunia.
Foto: Julian Peters/Zoonar/picture alliance
Rawa lebih dari sekadar buaya
Lahan basah tampil dalam berbagai bentuk dan ukuran. Jika mendukung hutan, disebut rawa. Fenomena alam ini paling sering terbentuk dekat sungai atau danau besar dan mendukung keanekaragaman flora dan fauna. Tetapi suhu yang lebih hangat dan perubahan curah hujan membuat kering banyak rawa di seluruh dunia.
Foto: Erwin and Peggy Bauer/picture alliance
Hutan bakau di Sundarbans
Sundarbans adalah ekosistem mangrove pesisir terbesar di dunia dan terbentang di antara pesisir India dan Bangladesh. Hutan ini menciptakan habitat bagi berbagai jenis ikan, kepiting dan udang. Lahan juga melindungi masyarakat pesisir dari angin topan yang berbahaya. Namun krisis iklim mengancam habitat ini dan sumber dayanya, yang semakin menipis.
Foto: Hermes Images/Tips Images/picture alliance
Laut Wadden di Eropa Utara
Membentang di sepanjang pantai Denmark, Jerman dan Belanda, zona intertidal unik ini disebut "Laut Wadden". Dipengaruhi siklus pasang dan surut konstan, lahan membentang hampir 500 kilometer dan mencakup dataran pasang surut dan lahan basah antara daratan dan berbagai pulau di Laut Utara. Tetapi perubahan iklim dapat menyebabkan seluruh pulau menghilang.
Foto: H. Baesemann/blickwinkel/imago images
Gambut bukan hanya untuk bahan bakar
Lahan basah yag secara bertahap membentuk gambut disebut rawa gambut muda. Gambut adalah deposit biomassa dan ketebalannya bisa sampai beberapa meter. Lahan gambut muda biasanya ditemukan di belahan bumi utara. Tetapi bahkan di sana, rekor kenaikan suhu telah memicu kebakaran besar di lahan gambut, yang melepaskan 10 hingga 100 kali lebih banyak CO2 dibanding kebakaran hutan.
Foto: Dave Reede/All Canada Photos/picture alliance
Musim perubahan di Pantanal
Membentang dari Brasil, Bolivia hingga Paraguay, Pantanal adalah salah satu lahan basah tropis terbesar di dunia. Ini lahan basah musiman, karena mengalami periode banjir dan kekeringan. Selama musim hujan, sebagian besar wilayahnya terendam air dan kemudian mengering. Namun dalam beberapa tahun terakhir, turunnya curah hujan selama musim panas telah menyebabkan kekeringan ekstrem.
Foto: Gustavo Basso/NurPhoto/picture alliance
Delta Volga
Delta Volga membentang dari Rusia ke Kazakhstan, di mana Sungai Volga memasuki Laut Kaspia. Selama abad terakhir delta semakin luas karena perubahan permukaan laut dan sekarang lebarnya hampir 160 kilometer. Itu bukan tanpa masalah, karena perubahan permukaan laut telah melampaui limit agradasi, sehingga sedimen Volga sekarang tersebar di seluruh dataran Kaspia.
Lahan basah sangat rentan terhadap perubahan iklim dan tidak berdaya melawan impak aktivitas manusia. Lahan ini adalah roda penggerak penting dalam ekosistem. Setelah rawa gambut mengering, sulit untuk dipulihkan karena sedimentasi gambut membutuhkan waktu puluhan tahun. Menanam mangrove di tanah kering tidak ada gunanya dan merevitalisasi rawa yang dikeringkan nyaris tidak mungkin.
Foto: Yang Shiyao/Xinhua News Agency/picture alliance
Ekosistem yang paling terancam
Faktanya lahan basah punah di seluruh dunia dengan kecepatan mengkhawatirkan. Dalam 50 tahun terakhir, 35% lahan basah musnah, dan jadi ekosistem yang paling terancam, karena menghilang tiga kali lebih cepat daripada hutan. Lahan basah melindungi masyarakat dari dampak perubahan iklim dan degradasinya menempatkan kehidupan manusia dalam risiko. (rs/as)
Foto: Larry W. Smith/dpa/picture alliance
10 foto1 | 10
Menurut laporan Living Planet dan World Wildlife Fund tahun 2022, populasi global mamalia, ikan, burung, reptil, dan amfibi telah menurun sekitar 70 persen sejak tahun 1970.
Deforestasi di hutan Amazon saja dapat memusnahkan lebih dari 10.000 spesies di Brasil, yang merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati global dan menampung setidaknya 10 persen flora dan fauna di dunia.
Sementara itu, perkebunan monokultur atau peternakan menutupi lebih dari sepertiga lahan di bumi dan mengkonsumsi hampir 75 persen sumber daya air tawar global.
Penurunan jumlah tumbuhan, mikroorganisme, dan hewan berpengaruh pada kebersihan udara dan air, serta ketahanan manusia terhadap penyakit dan perubahan iklim.
Apa solusinya?
Larangan penggunaan pestisida, misalnya, bisa membantu menghambat penyusutan populasi lebah yang penting untuk penyerbukan tanaman.
Di Kalimantan, sebagian besar dari sekitar 1.400 spesies hewan dan lebih dari 15.000 spesies tumbuhan terancam akibat pertambangan dan penggundulan hutan. Kondisi ini menyeret satwa langka orangutan ke ancaman kepunahan, dengan 50 persen populasinya menyusut dalam dua dekade terakhir.
10 Kekayaan Alam Yang Terancam Musnah
Dari hutan di Amazon hingga Laut Mati, banyak harta karun alam berharga yang terancam musnah akibat perubahan iklim.
Foto: picture-alliance/JOKER/W. G. Allgöwer
Hutan hujan Amazon: Paru-paru dunia
Hutan hujan tropis paling berharga yang membentang di sembilan negara di Amerika Selatan ini merupakan penyerap karbon dunia dan rumah bagi beragam tanaman dan hewan langka. Namun pada tahun 2020, tingkat deforestasinya mencapai titik tertinggi karena banyak lahan yang dibuka untuk peternakan, pertanian, dan pertambangan, yang juga menyebabkan jumlah curah hujan di sana menurun seperempatnya.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Arrevad
Great Barrier Reef: Kurang dari 80 tahun lagi
Great Barrier Reef di lepas pantai timur laut Australia telah menjadi rumah bagi 400 jenis karang, 500 spesies ikan dan lebih dari 4000 jenis moluska, seperti penyu. Sayangnya, akibat meningkatnya suhu air laut global sebesar 1,5 derajat Celsius, setengah dari terumbu karang itu telah hilang. Diperkirakan, terumbu karang terbesar di dunia ini akan lenyap pada tahun 2100.
Foto: University of Exeter/Tim Gordon
Surga Darwin yang terancam punah
Kepulauan Galapagos Ekuador yang terletak 1.000 km di lepas pantai barat Amerika Selatan adalah situs Warisan Dunia atas berbagai macam fauna dan flora yang hidup di kepulauan vulkaniknya. Meskipun banyak spesies unik berevolusi di kepulauan ini dan menginspirasi Charles Darwin, surga alam yang langka ini terancam hilang akibat invasi spesiesnya, polusi, hingga penangkapan yang berlebihan.
Foto: imago/Westend61
Himalaya: Gletser mencair, sampah menggunung
Pada tahun 1980, Reinhold Messner berhasil melakukan pendakian solo pertama Gunung Everest tanpa oksigen tambahan. Beberapa dekade kemudian, gunung tertinggi di dunia ini telah didaki lebih dari 10.000 kali. Puncak gunungnya telah menarik banyak pendaki yang justru meninggalkan lebih banyak sampah. Pegunungan Himalaya juga mengalami pencairan gletser yang cukup tinggi akibat pemanasan global.
Foto: AFP/Project Possible
Taman Nasional Pohon Joshua tanpa pohonnya
Akhir abad ini, pohon Joshua yang menjadi nama taman nasional di California, terancam lenyap akibat kenaikan suhu global. Bibit tumbuhan gurun yucca ini tengah berjuang melawan kekeringan. Walaupun banyak yang tumbuh di ketinggian yang lebih sejuk, serangga yang membantu penyerbukan jumlahnya sangat sedikit. Pertumbuhan hama justru lebih banyak di daerah tersebut dan meningkatkan risiko kebakaran.
Foto: picture-alliance/United-Archives
Salju menghilang di Kilimanjaro
Gunung terbesar di benua Afrika ini terdiri dari tiga "kubah" vulkaniknya, salah satu yang tertinggi mencapai 5.895 meter di atas permukaan laut bernama "Kibo". Sekitar 85% salju putih di puncaknya telah menghilang perlahan dari tahun 1912 hingga 2009. Para peneliti menduga bahwa pemanasan global menjadi alasan berkurangnya lapisan salju di warisan Tanzania tersebut.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Machu Picchu: Jejak lingkungan pariwisata
Lebih dari 1,5 juta wisatawan per tahun, telah mengunjungi peninggalan bersejarah suku Inca di Andes, Peru. UNESCO meminta agar jumlah pengunjung dikurangi, dengan alasan bahwa jejak dari jutaan langkah kaki itu dapat membuat struktur kuno ini tidak stabil. Banyaknya turis juga berdampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.
Foto: picture-alliance/C. Wojtkowski
Maladewa: Menghilang ke lautan
Ingin berlibur ke Maladewa? Coba pikirkan kembali. Dampak negatif perjalanan udara terhadap iklim menjadi kontribusi besar menghilangnya Maladewa ke lautan. Seiring dengan meningkatnya pemanasan global, permukaan air laut dunia juga meningkat hingga 3,7 cm per tahunnya. Bagi Maladewa yang terletak hanya 1,5 meter di atas permukaan laut, setiap sentimeternya sangat lah berharga.
Foto: DW/R. Richter
Danau Nikaragua: Akhir dari keindahan dunia?
Bukan perahu dayung seperti yang diusulkan, melainkan kapal kontainer besar yang akan mulai berlayar melewati Terusan Nikaragua yang menghubungkan Laut Karibia dengan Samudra Pasifik tersebut. Para aktivis lingkungan khawatir hal itu akan berdampak negatif terhadap seluruh ekosistem danau air tawar yang merupakan rumah bagi hiu dan ikan todak, sekaligus pemasok air minum bagi penduduk lokalnya.
Foto: picture-alliance/AP
Kemusnahan Laut Mati
Terletak 420 meter di bawah permukaan laut, Laut Mati yang dikelilingi oleh daratan ini adalah lautan air terendah di bumi. Tetapi danau garam yang unik ini perlahan-lahan mulai mengering. Pengambilan air minum dari Sungai Yordan oleh pihak Israel dan Yordania telah menyebabkan tingkat volume airnya menurun sekitar satu meter setiap tahunnya. (kp/hp)
Foto: picture-alliance/JOKER/W. G. Allgöwer
10 foto1 | 10
Meski babak belur oleh ulah manusia, keanekaragaman hayati di dunia mempunyai daya pulih yang tinggi dan cuma memerlukan sedikit campur tangan manusia, menurut WWF.
Strateginya adalah mengakhiri deforestasi dengan melindungi lahan, dan untuk memastikan kepatuhan perusahaan dan keterlibatan korporasi dalam pemulihan lahan yang sudah rusak.
"Kita harus mengkaji ulang cara kita menggunakan sumber daya alam, mengurangi tekanan ekologi, dan memungkinkan pulihnya ekosistem," demi menghentikan punahnya keanekaragaman hayati di seluruh dunia, kata WWF.