Pemerintah Rusia menyatakan media berbahasa Inggris The Moscow Times sebagai sebuah “organisasi berbahaya.” Hukuman lima tahun penjara menanti jika ada pihak yang bekerja sama dengan media tersebut.
Iklan
Kantor Kejaksaan Agung Rusia pada Rabu (10/07) memberedel surat kabar daring The Moscow Times. Laman perusahaan media ini diblokir di Rusia lantaran diduga menghina militer negara tersebut sesaat setelah Kremlin menginvasi Ukraina.
Iklan
Kenapa The Moscow Times diberedel?
Kejaksaan Agung Rusia mengklasifikasikan The Moscow Times sebagai ”organisasi berbahaya,” dengan mengatakan kalau media itu mengganggu kepemimpinan Rusia.
Akibat keputusan ini, setiap pihak yang bekerja sama atau berlangganan The Moscow Times dianggap sebagai tindak pidana dengan ancaman hukuman hingga lima tahun penjara.
”Pekerjaan penerbitan ditujukan untuk mendiskreditkan keputusan kepemimpinan Rusia, baik kebijakan dalam dan luar negeri,” tulis isi putusan tersebut.
Israel Hentikan Siaran Al Jazeera di Negaranya
01:25
Pada November 2023 silam, The Moscow Times sebenarnya telah masuk dalam daftar "agen asing”.
Media Rusia lainnya seperti Novaya Gazeta, Medusa, The Insider dan Istories juga diklasifikasikan sebagai kantor berita ”berbahaya” dan dilarang.
Kejaksaan Agung Rusia menyatakan bahwa pelarangan ini diperlukan karena The Moscow Times bekerja sama dengan media-media tersebut.
Kekerasan terhadap Jurnalis di Jantung Eropa
Eropa dikejutkan dengan serangan penembakan terhadap Peter R. de Vries, seorang jurnalis Belanda. Meski Uni Eropa punya reputasi bagus dalam kebebasan pers, namun terkadang para jurnalis jadi korban serangan kekerasan.
Foto: Getty Images/AFP/Stringer
Amsterdam syok berat
Peter R. de Vries, wartawan kriminal terkemuka ditembak orang tidak dikenal saat meninggalkan studio televisi Selasa, 6 Juli 2021 malam di pusat kota Amsterdam, Belanda. Beberapa indikasi menunjukan sindikat kriminal terorganisir menjadi otak penyerangan tersebut. Dua orang tersangka diamankan beberapa jam setelah penembakan.
Foto: Evert Elzinga/ANP/picture alliance
Wartawan kriminal terkemuka di Belanda
De Vries telah meliput kejahatan terorganisir di Belanda selama bertahun-tahun. Sebelum aksi penembakan, dia jadi penasihat pribadi seorang saksi mahkota yang akan bersaksi terhadap seorang pimpinan organisasi kriminal besar. Saudara dan pengacara saksi mahkota tersebut telah dibunuh beberapa tahun lalu. Saat ini De Vries masih berjuang antara hidup dan mati di sebuah rumah sakit.
Foto: ANP/imago images
Harapan dan ketakutan
“Kejadian seperti ini tidak boleh terjadi di jantung Eropa!” Begitu reaksi dari masyarakat Belanda atas kejadian penembakan Selasa malam tersebut. Sejumlah orang terlihat di TKP meninggalkan bunga dan ucapan belasungkawa. Sayangnya, de Vries bukanlah jurnalis pertama yang menjadi korban pembunuhan berencana di benua Eropa.
Foto: Koen Van Weel/dpa/picture alliance
Negara tempat demokrasi dilahirkan
Jurnalis Yunani, Giorgos Karaivaz dibunuh di selatan kota Athena pada 9 April 2021. Dua orang bermasker yang mengendarai sepeda motor menembak wartawan kriminal senior ini sebanyak 10 kali. Sebagai wartawan berpengalaman, Karaivaz telah meliput sejumlah kasus korupsi yang melibatkan otoritas Yunani dan sindikat kriminal terorganisir.
Daphne Caruana Galizia (53), seorang jurnalis investigasi yang meliput kasus korupsi dalam bidang politik dan bisnis di Malta, tewas setelah mobilnya diledakkan menggunakan bom yang dipicu dari jarak jauh 16 Oktober 2017. Pelakunya divonis 15 tahun penjara setelah mengakui perbuatannya. Namun, dalang kejahatan, seorang pebisnis terkenal masih diadili untuk pembunuhan itu.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Klimkeit
Dibunuh di kediaman pribadi
Jurnalis investigasi Slovakia, Jan Kuciak dan tunangannya, Martina Kusnirova ditembak pembunuh bayaran 21 Februari 2018. Jurnalis berusia 28 tahun ini memfokuskan liputannya pada sindikat kriminal terorganisir, pengemplang pajak dan korupsi di kalangan politisi dan penguasa Slovakia. Pembunuhannya mengejutkan Eropa dan berujung dengan pengunduran diri Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico.
Foto: Mikula Martin/dpa/picture alliance
Bebaskan media!
Lukasz Masiak, jurnalis Polandia, dipukuli hingga tewas di pusat boling, 2015 silam. Masiak meliput kasus korupsi, bisnis narkoba dan penangkapan sewenang-wenang. Pemerintah Polandia dikritik karena makin membatasi kebebasan pers. Warga Polandia memprotes aturan baru pemerintah di Warsawa untuk terus membatasi kebebasan pers.
Foto: Attila Husejnow/SOPA Images/ZUMAPRESS.com/picture alliance
Saya adalah Charlie
12 orang dibunuh dalam serangan teror di kantor majalah satire Prancis Charlie Hebdo, tahun 2015. Ratusan ribu orang di seluruh dunia berdemonstrasi untuk kebebasan berbicara dan pers menggunakan tagar “Saya adalah Charlie”. Pada November, jurnalis musik Guillaume Barreau-Decherf dibunuh saat serangan teroris di teater Bataclan, Paris yang tewaskan ratusan penonton.
Foto: picture-alliance/dpa
Jurnalis Turki diserang di Berlin
Jurnalis Turki di Jerman, Erk Acarer, pengkritik Presiden Recep Tayyip Erdogan, diserang oleh tiga orang tak dikenal di kediamannya pada 7 Juli 2021. Dalam Bahasa Turki, Acarer menceritakannya di Twitter: “Saya diserang menggunakan pisau dan dipukuli di rumah saya di Berlin.“ Tiga orang pelaku juga mengancam akan datang kembali kalau dia tidak berhenti melakukan reportase.
Foto: twitter/eacarer
Wartawan dengan pembatasan?
Bukan hanya kasus yang membahayakan nyawa wartawan yang ditakuti. Namun, sering wartawan yang dihambat saat bertugas, seperti oleh pengunjuk rasa yang murka, polisi atau pihak berwenang. Pada foto terlihat polisi antihuru-hara Prancis menghadang seorang pekerja pers saat demonstrasi menentang peraturan keamanan yang baru.
Foto: Siegfried Modola/Getty Images
10 foto1 | 10
Respons The Moscow Times
Dalam sebuah pernyataan tertulis, The Moscow Times mengatakan kalau putusan tersebut "tidak mengejutkan” dan berjanji akan terus beroperasi.
”Pekerjaan kami akan menjadi lebih sulit. Sekarang, siapa pun di Rusia yang berinteraksi dengan kami lewat cara apa pun bakal berisiko dipidana. Namun, kami menolak untuk bungkam.”
”Kami tidak akan menyerah akibat tekanan ini. Kami menolak untuk bungkam!” kata The Moscow Times.
Siapa The Moscow Times?
The Moscow Times berdiri sejak tahun 1992 sebagai harian cetak berbahasa Inggris di Moskow. Perusahaan ini dirintis oleh seorang penerbit Belanda. Mereka mendistribusikan korannya secara gratis di restoran, hotel dan lokasi-lokasi yang populer untuk kelompok ekspatriat.
Kemudian, versi cetak media ini tak lagi berproduksi sejak tahun 2017, dan berganti dengan penerbitan mingguan secara daring pada situsnya.
Pada tahun 2020, The Moscow Times mulai memproduksi berita dalam bahasa Rusia.
The Moscow Times akhirnya dipindah ke Belanda, setelah Rusia menindaknya pada awal tahun 2022.
Salah satu mantan jurnalis terkemuka The Moscow Times, Evan Gershkovich, saat ini tengah menjalani persidangan dengan tuduhan spionase.
Pada bulan Juni 2024 lalu, Rusia juga telah menutup akses ke lebih dari 80 media Barat dari 25 negara Uni Eropa (UE). Rusia menuduh mereka “secara sistematis menyebarkan informasi yang tidak akurat” tentang “operasi militer khusus” Rusia – nama resmi yang diberikan Kremlin untuk invasinya ke Ukraina.