1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAsia

Kenapa Serangan Israel Menargetkan Sektor Energi Iran?

17 Juni 2025

Di tengah saling serang rudal antara Israel dan Iran, Israel secara khusus menargetkan infrastruktur energi vital Iran, termasuk fasilitas minyak dan gas utama. Hal ini berpotensi berdampak besar pada perekonomian Iran.

Israel menyerang ladang gas South Pars dalam upaya melumpuhkan sektor energi vital IranKilang gas yang dibandung di ladang gas South Pars terlihat dari pantai utara Teluk Persia di Asalouyeh, Iran.
Israel menyerang ladang gas South Pars dalam upaya melumpuhkan sektor energi vital IranFoto: Vahid Salemi/AP Photo/picture alliance

Konflik yang semakin memanas antara Israel dan Iran, di mana kedua pihak saling menyerang dengan rudal dan drone, telah mengguncang pasar energi global.

Israel menyerang infrastruktur energi Iran Sabtu (14/06), termasuk tempat penyimpanan minyak, kilang minyak, dan pembangkit listrik utama.

Salah satu lokasi yang diserang adalah ladang gas South Pars, yang merupakan bagian dari cadangan gas alam terbesar di dunia. Ladang gas ini berlokasi di lepas pantai provinsi Bushehr di selatan Iran. Sebagaian besar gas yang diproduksi Iran berasal dari lokasi ini. 

Iran berbagi kendali atas ladang gas South Pars dengan negara tetangganya, Qatar. Qatar menyebut bagian ladang yang mereka kelola sebagai North Dome.

Serangan ini memaksa Teheran menghentikan sebagian produksi di ladang gas tersebut, dan memicu kekhawatiran konflik yang meluas bisa turut mengancam produksi dan pasokan energi Iran.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam Israel karena menargetkan South Pars. Ia menyebutnya sebagai upaya "untuk memperluas perang ke luar wilayah Iran.”

"Menarik konflik ke kawasan Teluk Persia adalah sebuah kesalahan strategis besar, hal itu kemungkinan dilakukan secara sengaja untuk memperluas perang ke luar batas wilayah Iran,” sebut Araghchi, seperti dikutip kantor berita AFP dalam pertemuan diplomat asing.

Ketergantungan Iran pada minyak dan gas

Iran adalah pemain utama di sektor energi dunia. Menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), Iran memiliki cadangan gas alam terbesar kedua di dunia.

Data dari Forum Negara-Negara Pengekspor Gas menunjukkan, Iran memproduksi sekitar 266,25 miliar meter kubik (bcm) gas pada 2023. Sebagian besar, yaitu 255,5 miliar meter kubik, digunakan di dalam negeri dan sekitar 15,8 miliar meter kubik diekspor.

Iran juga memiliki cadangan minyak mentah terbesar ketiga di dunia, sekitar 9% dari total cadangan minyak dunia.

Menurut perusahaan analisis data Kpler yang berbasis di Belgia, negara ini memproduksi sekitar 3,3 juta barel minyak mentah per hari dan 1,3 juta barel kondensat serta cairan lainnya. Dari jumlah itu, sekitar 1,8 juta barel diekspor.

Iran merupakan produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Pendapatan dari ekspor energi menjadi sumber penting bagi anggaran negara dan cadangan devisa.

Laporan EIA menyebutkan, Iran memperoleh pendapatan ekspor minyak sebesar $144 miliar (Rp2.160 triliun) selama periode 2021 hingga 2023.

"Iran menggunakan berbagai teknik pengelabuan, seperti mematikan sinyal identifikasi kapal, melakukan transfer antar-kapal, atau memberi label ulang kargo seolah-olah minyak berasal dari negara lain, baik untuk minyak mentah maupun produk minyak. Hal itu membuat sulit untuk memperoleh data ekspor yang akurat," tulis laporan EIA.

Cina menjadi importir besar minyak mentah Iran, dengan volume impor mencapai 1,71 juta barel per hari (bpd) pada bulan Maret. Angka itu naik 20% dari Februari yang sebesar 1,43 juta barel, menurut Reuters.

Iran telah berusaha mengelabuhi ekspor minyaknya termasuk melalui transfer antarkapalFoto: picture alliance/ASSOCIATED PRESS

Harga minyak mentah melonjak tajam akhir pekan lalu setelah serangan Israel-Iran dimulai. Namun kemudian turun kembali, dengan dua kontrak minyak utama merosot lebih dari 1% pada Senin (16/06).

Jika Israel terus menargetkan serangan terhadap fasilitas energi Iran, harga minyak dan gas global diprediksi dapat melonjak tajam.

Sanksi melumpuhkan ekonomi Iran

Meskipun Iran memiliki cadangan hidrokarbon yang sangat besar, sebagian besar belum bisa dimanfaatkan dengan baik.

Pejabat Iran mengakui, negara ini membutuhkan teknologi canggih dan investasi miliaran dolar untuk memodernisasi sektor minyak dan gasnya.

Namun, Iran dijatuhi salah satu sanksi internasional paling berat di dunia, yang membatasi kegiatan perdagangan dan investasinya.

Kesepakatan nuklir pada 2015 antara Iran dan negara-negara besar awalnya menjanjikan pencabutan sanksi, dengan syarat Iran membatasi kegiatan nuklirnya. Tapi pada 2018, Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan itu, dan kembali memberlakukan sanksi.

Sanksi tersebut menargetkan ekspor minyak Iran, serta sektor perbankan dan pengiriman barang, dengan tujuan mengekang program nuklir dan misil balistik Teheran.

Sanksi itu juga turut membatasi ekspor gas alam Iran dalam beberapa tahun terakhir.

Dampaknya, ekonomi Iran kini terpukul berat. Negara itu mengalami berbagai krisis dengan inflasi yang tinggi dan anjloknya nilai tukar mata uang.

Pemadaman listrik di negara kaya energi

Puluhan tahun salah urus serta ketegangan geopolitik telah memperparah masalah ekonomi Iran. Meski memiliki sumber daya minyak dan gas yang melimpah, Iran kesulitan memenuhi kebutuhan energinya sendiri karena produksi yang menurun, peralatan yang usang, dan kurangnya investasi infrastruktur.

Iran sangat bergantung pada gas alam untuk kebutuhan dalam negeri, terutama dalam pembangkitan listrik. Lebih dari 95% rumah tangga di Iran juga terhubung ke jaringan pipa gas, dan subsidi energi telah menyebabkan konsumsi berlebihan.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Iran terpaksa memberlakukan pemadaman listrik bergilir pada perumahan warga dan pabrik-pabrik untuk mengatasi lonjakan permintaan listrik.

Pada Mei lalu, Presiden Masoud Pezeshkian mengkritik hal yang disebutnya sebagai "konsumsi listrik yang berlebihan dan tidak tepat" di Iran.

 

Artikel ini diadaptasi dari artikel berbahasa Inggris

Diadaptasi oleh Tezar Aditya

Editor: Rahka Susanto

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait