1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

291110 Aids Schutzimpfung

30 November 2010

Riset pengembangan vaksin AIDS meraih sejumlah keberhasilan, akan tetapi juga mengalami pukulan mundur. Alasanya, terdapat terlampau banyak jenis virus AIDS.

Mengembangkan sebuah vaksinasi untuk memerangi virus AIDS merupakan usaha yang sangat berambisi. Selama ini riset pengembangan vaksin AIDS meraih sejumlah keberhasilan, akan tetapi juga mengalami pukulan mundur. Kendalanya, terlampau banyak jenis virus AIDS tutur Profesor Gerd Fätkenheuer dari rumah sakit Universitas Köln, "Kesulitannya, virus itu berubah terus, begitu juga strukturnya dan komposisi genetikanya. Sangat sulit untuk melawannya bagi sistem kekebalan tubuh."

Bila seorang tertular dengan virus HIV, yang merupakan penyebab dasar AIDS, sistem kekebalan tubuhnya akan mengembangkan sebuah molekul penangkis untuk melawan virus tersebut. Namun molekul tersebut yang merupakan antibody tidak sanggup untuk mencegah penyebaran virus itu di dalam tubuh. "Setiap pengidap virus HIV, setiap pasien memiliki antibody. Tetapi antibody tidak mematikan virus itu, melainkan hanya menunjukkan ada infeksi," dikatakan Profesor Gerd Fätkenheuer .

Para ilmuwan mulai memahami suatu mekanisme perlindungan alami yang dimiliki tubuh seseorang terhadap HIV. Sehingga berhasil diciptakan sebuah vaksin AIDS buatan yang lebih baik daripada antibody. Jenis vaksin ini lebih tangguh melawan jumlah besar virus AIDS dan bahkan dapat mencegah menyusupnya virus ke dalam sel-sel darah putih, sehingga tidak terinfeksi. Namun, apakah molekul-molekul itu juga berfungsi di luar laboratium dan dapat menghindari penularan HIV terhadap manusia, masih belum jelas.

Dalam penelitian vaksin lainnya dicarikan cara bagaimana sistem kekebalan tubuh dapat melacak sendiri sel-sel yang terinfeksi oleh HIV, agar sel-sel itu dapat dibuang. Vaksin seperti itu memang tidak dapat mencegah penularan total oleh virus, akan tetapi sedikitnya tubuh akan mengetahui bagaimana mengontrol infeksi, demikian Fätkenheuer menjelaskan. "Kita memerlukan sel-sel kekebalan yang dapat mengidentifikasikan sendiri virus HIV dan juga dapat mematikannya sendiri. Masalah utamanya virus itu menyerang sel-sel penting di dalam sistem kekebalan tubuh yakni sel-sel pembantu. Dan sel-sel itulah yang mengatur kekebalan tubuh."

Sampai sekarang vaksin yang dites pada manusia belum menunjukkan keberhasilan. Kecuali dalam penelitian yang dilakukan di Thailand. Vaksin tersebut diduga memacu produksi antibody sekaligus memudahkan sistem kekebalan tubuh mengidentifikasikan sel-sel yang terjangkit virus. 31 persen proban yang mendapat vaksinasi menunjukkan respon sangat lambat ketika terinfeksi. Sebuah keberhasilan dalam serangkaian pukulan mundur. Masalahnya, para ilmuwan tidak dapat menjelaskan lagi bagaimana vaksin itu berfungsi.

Kalangan peneliti mulai melakukan analisa untuk mencari jawabannya. Mereka memperhitungkan akan mendapatkan hasilnya dalam satu hingga dua tahun. Namun, kemampuan apa tepatnya yang harus dimiliki bahan vaksinasi itu untuk mencegah terinfeksinya sel-sel oleh HIV, belum dikethaui jelas.

Kini, tantangan yang dihadapi para ilmuwan adalah memahami mekanisme perlindungan alami yang dimiliki seseorang untuk melawan HIV sekaligus mencari tahu bagaimana mengontrol pengembangan virus.

Martin Winkelheide/Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait