1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Kenapa Warga Jakarta Harus Mengkonsumsi Omega-3

3 Maret 2017

Polusi udara di Jakarta sejak lama dianggap berbahaya. Setiap tahun jutaan warga mengalami gangguan pernafasan akibat gas buang kendaraan. Peneliti Harvard kini punya solusi buat mencegah efek buruk polusi udara.

Omega 3 Kapseln Fotolia
Kapsul berisi minyak nabati yang kaya aka Omega-3Foto: Robinson / Fotolia

Polusi udara di kota besar seperti Jakarta menimbulkan kerugian yang hampir tak ternilai. Penelitian terbaru menemukan partikel polusi bisa menembus hingga ke paru-paru dan organ penting lain, termasuk otak dan buah zakar. Ilmuwan mengkhwatirkan, dampak kesehatan polusi udara bahkan lebih buruk ketimbang yang selama ini diasumsikan.

Dalam sebuah laporan penelitian yang dimuat oleh harian Inggris The Guardian, ilmuwan Amerika Serikat memastikan Asam Lemak Omega-3 alias (OFA) sukses mengurangi dampak negatif polusi udara pada tubuh. Zat yang bisa ditemukan pada kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak nabati semisal minyak ikan itu bisa mencegah dan menyembuhkan radang atau stres oksidatif.

Peneliti di Harvard Medical School sepakat, dua hingga tiga gramm Asam Lemak Omega-3 cukup untuk memangkas potensi terkena penyakit sebanyak 50%. Dosis tersebut misalnya bisa berbentuk dua porsi ikan seberat masing-masing 85 gramm. Namun konsumsi ikan harus pula dibatasi mengingat tingginya risiko paparan Merkuri pada satwa laut.

"Banyak penyakit peradangan pada manusia bisa disembuhkan dengan Asam Lemak Omega-3. Kami sangat yakin Omega-3 bisa digunakan pula," untuk meminimalisir dampak buruk polusi udara, kata Dr. Jing Kang dari Rumah Sakit Umum Massachusetts.

Polusi udara di Jakarta tergolong yang paling parah di dunia. Terutama gas buang kendaraan bermotor selama ini sering dikaitkan dengan maraknya gangguan pernafasan. Pada studi Universitas Indonesia tahun 2015 yang dipublikasikan CNN Indonesia, peneliti menemukan hingga 60% pasien di rumah sakit di Jakarta merupakan korban polusi udara.

Di semua pasien yang dirawat di rumah sakit di Jakarta saat itu, 1,2 juta di antaranya menderita gangguan asma atau bronkitis. Sementara penderita infeksi saluran pernafasan akut bahkan mencapai 2,4 juta kasus.

rzn/yf (guardian, cnn, kompas)