Kenapa WHO Urung Tetapkan Darurat Kesehatan Global?
Elliot Douglas
24 Januari 2020
Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum akan memberlakukan darurat kesehatan global menyusul wabah virus corona di Cina. Status tersebut tergolong langka dan baru diterbitkan sebanyak lima kali dalam sejarah.
Iklan
Status darurat kesehatan global (PHEIC) mengacu pada "peristiwa luar biasa" yang berdampak pada kesehatan publik. Untuk kasus wabah virus corona di Cina, WHO sempat diisukan akan menerbitkan PHEIC, meski kemudian batal menyusul minimnya pengetahuan terkait penyebaran virus mematikan tersebut.
Komisi Kedaruratan IHR (International Health Regulation) yang bernaung di bawah WHO sebelumnya mengatakan akan menunda pemberlakuan status darurat global untuk wabah virus corona. Situasi yang rumit dan perkembangan kasus yang terus berubah-ubah membuat anggota komisi urung membuat keputusan.
Bagaimana WHO mendefinisikan darurat kesehatan global?
Ada dua kriteria utama yang digunakan WHO untuk mendefinisikan sebuah wabah. Pertama, jika wabah penyakit mengancam lebih dari satu negara. Yang kedua adalah wabah membutuhkan "respon internasional yang terkoordinir."
Menurut WHO, jika sebuah kasus penyebaran penyakit dipertimbangkan sebagai darurat global, maka "situasinya sudah serius, tidak biasa dan tidak diperkirakan."
Komite Kedaruratan IHR berisikan sebuah panel tenaga ahli yang diangkat sesuai kemampuan dan pengalaman di bidang masing-masing. Sebanyak 196 negara, termasuk semua negara anggota WHO, sepakat menerima revisi teranyar Regulasi Kesehatan Internasional pada 2005 silam.
Salah satu tugas utama komite adalah menganalisa bukti-bukti terkait, termasuk laju penularan antara manusia. Lembaga ini nantinya akan menerbitkan sejumlah rekomendasi. Adapun keputusan akhir akan diambil oleh Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Jumlah kasus infeksi virus corona tipe baru 2019-nCoV melonjak lebih dari 500, dan angka kematian tercatat 17 orang, Rabu (22/1). Kini pemerintah kota Wuhan menutup kota dengan menghentikan transportasi publik.
Pemerintah kota Wuhan, di provinsi Hubei, Cina, kini mengambil langkah menutup kota, dan menghentikan semua layanan transportasi publik, termasuk kereta super cepat dari dan ke kota yang jadi tempat tinggal 11 juta orang itu. Foto: Ibu dan anak mengenakan masker ketika berada di jalanan kota Wuhan, 22 Januari 2020.
Foto: Getty Images/Stringer
Semua kasus berujung kematian berasal dari Wuhan
Hari Rabu (22/1), Wakil Direktur Komisi Kesehatan Nasional Li Bin menyatakan kepada wartawan, semua kasus kematian terjadi di Wuhan. Foto: Orang-orang mengenakan masker ketika menunggu di stasiun kereta api Hankou, 22 Januari 2020.
Foto: Getty Images/X. Chu
Belum terbukti sebagai "super spreader"
Wakil Direktur Komisi Kesehatan Nasional, Li Bin mengatakan belum ada bukti bahwa virus ini adalah "super spreader", yang artinya menginfeksi secara tidak proporsional dibanding virus lainnya. Tapi ihal tu jadi target penelitian. Foto: Seorang pekerja medis mengukur suhu tubuh seorang penumpang kereta di stasiun Hankou, Wuhan, 22 Januari 2020.
Foto: picture-alliance/Xinhua/X. Yijiu
Disebarkan lewat pernapasan
Virus Corona disebarkan lewat pernapasan, dan ada kemungkinan penyakit bermutasi serta menyebar lebih jauh, demikian Li Bin. Komisi penanganan juga mengumumkan langkah untuk meredam penyebaran, mengingat tahun baru Imlek jatuh pekan ini, dan warga banyak yang bepergian. Antara lain desifeksi dan ventilasi pelabuhan udara, stasiun kereta api dan pusat perbelanjaan. Foto: Ambulans di Wuhan.
Foto: Getty Images/X. Chu
Serupa dengan SARS
Korona virus tipe baru ini menyulut ketakutan karena serupa dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), yang juga diawali di Cina, dan menyebabkan kematian hampir 800 orang antara 2002 dan 2003. Foto: Seorang staf bandar udara mengecek suhu tubuh penumpang yang meninggalkan Wuhan dari pelabuhan udara internasional Tianhe, Selasa, 21 Januari 2020.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Dake Kang
Sudah ditemukan di luar Cina
Selain kasus yang sudah ditemukan di AS, Pemerintah Administrasi Khusus Cina di Makau juga melaporkan menemukan kasus infeksi paru-paru akibat virus sama Rabu kemarin. Orang yang terinfeksi sebelumnya jadi turis di Wuhan. Kasus serupa juga diidentifikasikan di Taiwan, Filipina, Thailand, Jepang, Korea Selatan, bahkan Meksiko. (Sumber: Reuters, AP, AFP; Ed.: ml/hp)
Foto: Getty Images/X. Chu
6 foto1 | 6
"Keputusan untuk memberlakukan darurat kesehatan internasional pada kasus virus corona saya anggap sangat serius," tulis Ghebreyesus lewat akun Twitternya, Rabu (22/02).
Seberapa sering WHO menerbitkan status PHEIC?
WHO tergolong langka mendeklarasikan PHEIC dalam kasus wabah penyakit.
Status ini sendiri pertama kali dibentuk pada tahun 2005, sebagai respon atas wabah virus SARS dan H5N1 (flu burung) yang saat itu mendunia. Sejak saat itu badan kesehatan dunia ini mengembangkan prosedur khusus untuk pemberlakuan status PHEIC.
Sejauh ini WHO baru menerbitkan lima status darurat. Wabah virus H1 yang juga disebut flu babi memicu pandemik global pada 2009 termasuk di antaranya. Sementara sisanya adalah wabah Ebola di Afrika Barat (2014-2016), polio (2014), virus Zika (2016) dan wabah Ebola yang masih mengamuk di Republik Demokratik Kongo hingga kini.
Khususnya dalam kasus Kongo, WHO menunggu selama satu tahun sebelum memberlakukan status PHEIC.
Apa dampak pemberlakuan status PHEIC?
Deklarasi PHEIC akan membuka keran uang dan pembiayaan internasional untuk melindungi kesehatan publik di negara yang terkena wabah. Status darurat juga mengandung rekomendasi terkait perdagangan atau pariwisata, termasuk pemeriksaan di bandar udara. Dalam aksinya, WHO berusaha mengurangi potensi gangguan pada aktivitas perdagangan.
Saat ini pemerintah Cina sudah memberlakukan karantina massal di dua kota lain, selain Wuhan, yakni Huanggang dan Eizhozu. Di ketiga kota tersebut pemerintah menghentikan layanan transportasi publik dan mengimbau pelancong agar menjauh.
rzn/rap
Penyakit Paru-paru SARS - Infeksi Virus Berbahaya
Cina sedang dilanda wabah virus mirip SARS. Virus penyakit paru-paru ini termasuk jenis virus Corona. Lebih jauh, berikut hal-hal yang sudah diketahui selama ini tentang SARS.
Foto: Fotolia/Sebastian Kaulitzki
Virus sama, variasi berbeda
Peneliti virus asal Jerman, Christian Drosten mengatakan, virus yang sedang menyebar di sekiar Wuhan, Cina adalah jenis virus sama seperti SARS yang menyulut pandemi tahun 2002, namun dari variasi yang berbeda. SARS adalah singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome. Ini adalah infeksi virus berbahaya pada paru-paru.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Reynolds
Gejala penyakit
SARS diawali dengan demam tinggi, hingga lebih dari 37°C, juga sakit tenggorokan serta batuk berat dan sesak napas. Ini semua juga disertai simtom flu yang banyak dikenal seperti sakit kepala, otot sakit, dan lain-lain. SARS bisa dipastikan antara lain lewat foto rontgen. Foto: virus Corona.
Foto: picture-alliance/AP
Dari mana asalnya?
Virus SARS termasuk keluarga virus Corona. Diduga virus ini terbentuk lewat mutasi atau lewat tukar-menukar gen dengan virus-virus lain. Diduga, awalnya virus ini menular dari hewan ke manusia, yaitu Zibetkatze, hewan yang termasuk keluarga mamalia Viverrinae. Tahun 2002 SARS pertama kali muncul di Guangdong, Cina, dimana populasi sangat tinggi, dan kondisi higiene buruk. Foto: virus Corona.
Foto: picture-alliance/dpa/Center for Disease Control
Masa inkubasi
Masa inkubasi adalah adalah masa antara tertularnya orang dan munculnya penyakit. Hasil penelitian selama ini mengungkap, masa inkubasi SARS adalah antara dua hingga tujuh hari. Selain itu ditemukan juga masa inkubasi 10 hari, namun lebih jarang. Foto: kota Wuhan, dimana wabah virus mirip SARS menyebar belakangan ini.
Sebaiknya menghindari kumpulan orang banyak di kawasan di mana sudah diketahui adanya infeksi SARS. Menggunakan masker untuk menutupi hidung dan mulut juga bisa melindungi diri dari penularan. Tetapi perlindungan seperti ini tidak bisa melindungi dari penularan virus, melainkan hanya dari risiko infeksi.
Foto: picture-alliance/dpa
Terapi dan peluang sembuh
Perkembangan penyakit di tubuh bisa diperlambat. Orang yang diduga tertular SARS sebaiknya ditempatkan dalam ruangan isolasi di rumah sakit, dan perawat serta dokter harus mengenakan baju pelindung serta pelindung pernapasan. Diperkirakan, 3%-5% kasus SARS berujung kematian. Mereka yang berhasil sembuh, tidak menderita efek lainnya setelah penyakit sembuh. (Ed.: ml/rap)