1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa: "Kencan Kilat" Anti-Putin di Alhambra

Bernd Riegert
5 Oktober 2023

Seabrek masalah yang bikin pusing kepala para pemimpin Eropa dibahas di dua pertemuan puncak di Spanyol minggu ini. Mulai dari masalah pencari suaka hingga perang Ukraina-Rusia, jadi sorotan.

Kastil Alhambra di Granada
Pemandangan indah di Kastil Alhambra yang bersejarah akan memberikan suasana dramatis untuk pembicaraan pemimpin EU.Foto: Pedro Salaverria/Colourbox

Dua pertemuan puncak di Granada, Spanyol, diadakan secara berturut-turut pekan ini. Pertama, pada hari Kamis (05/10), pemimpin 47 negara Eropa – kecuali Rusia dan Belarus yang tidak diundang – bakal berkumpul sebagai Komunitas Politik Eropa (EPC). Ini adalah sebuah forum yang diresmikan tahun lalu di Praha, Ceko - sebagai aliansi melawan invasi Rusia ke Ukraina.

Kemudian, pada hari Jumat (06/10) besok, diadakan pertemuan informal 27 negara anggota Uni Eropa (UE), yang  dihadapkan pada segunung masalah – salah satunya soal migrasi. "Krisis ada di mana-mana,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menjelang pertemuan tersebut, sebagaimana dikutip dari Associated Press.

Salah satu tema lain yang dibahas adalah terkait dengan konflik berkepanjangan antara Azerbaijan dan Armenia – yang terjadi baru-baru ini. Tragedi kemanusiaan yang dialami sekitar 100.000 warga Armenia yang melarikan diri dari Nagorno-Karabakh, bagian dari Azerbaijan dengan mayoritas penduduk Armenia, terjadi setelah operasi militer brutal bulan lalu yang menimbulkan ketegangan di Eropa.

'Kencan kilat' politik

Menurut Steven Blockmans dari Pusat Studi Kebijakan Eropa (CEPS), sebuah lembaga pemikir di Brussels, Belgia, pertemuan ketiga para pemimpin Eropa di EPC ini , akan menjadi semacam "konferensi kencan kilat” politik, karena tidak ada keputusan formal yang akan diambil, mengingat EPC tidak punya struktur yang jelas. Namun pertemuan santai ini merupakan hal yang baik, tandasnya, sebab pembicaraan diadakan tanpa adanya agenda resmi atau tekanan untuk melakukan tawar-menawar mengenai deklarasi bersama, sehingga akan ada banyak peluang bagi para politisi untuk bertemu dalam kelompok kerja yang santai.

Saat itulah para pemimpin yang jarang bertemu mendapat kesempatan untuk berbicara, ujar Vessela Tcherneva dari Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa (ECFR) kepada DW di Sofia. "Hal yang sama berlaku untuk 20 negara non-UE yang tidak bertemu setiap bulan seperti negara-negara Uni Eropa lainnya,” tegas Tcherneva. Para politisi ini membutuhkan sebuah forum di mana mereka dapat berbicara satu sama lain di tingkat politik tertinggi, tambahnya.

Bahas sengketa Azerbaijan-Armenia

Bagi Azerbaijan dan Armenia, dua negara yang bersaing dalam konflik, pertemuan puncak informal ini secara teoritis menawarkan kesempatan untuk mencari solusi terhadap krisis kemanusiaan di Nagorno-Karabakh. Sekitar 120.000 etnis Armenia telah meninggalkan wilayah tersebut dalam beberapa pekan terakhir setelah Azerbaijan kembali menguasai wilayah tersebut melalui pendudukan militer.

Meski EPC bersifat informal, Blockmans  berharap ada sikap tegas terhadap Azerbaijan. Sengketa wilayah tidak boleh diselesaikan dengan kekerasan di Eropa, ujar Blockmans. Prinsip ini juga berlaku bagi Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan juga berlaku bagi Presiden Rusia Vladimir Putin. "Jika hal ini membuat Azerbaijan terisolasi, biarlah. Tapi setidaknya negara-negara Eropa lainnya akan menunjukkan bahwa mereka bersatu dalam memahami prinsip-prinsip fundamental dan mendasar dalam diri mereka sendiri,” tambah Blockmans. Pada akhirnya, Aliyev memutuskan untuk tidak bertemu dengan perwakilan Armenia, demikian laporan Azeri Press Agency (APA).

Omer Celik, juru bicara partai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengatakan Aliyev memutuskan untuk tidak hadir karena Turki tidak diundang untuk mengambil bagian dalam pertemuan mengenai Azerbaijan dan Armenia.

Erdogan, yang negaranya baru-baru ini diguncang aksi bom bunuh diri di dekat gedung parlemen di ibu kota Ankara, juga tidak hadir. Angkatan udara Turki menyerang orang-orang yang diduga militan Kurdi di Irak utara, menyusul pemboman tersebut.

Dikutip dari Associated Press, Celik mengatakan Erdogan harus mempersiapkan kongres luar biasa partainya pada akhir pekan ini dan mengkritik bahwa pertemuan puncak kecil mengenai Armenia dan Azerbaijan akan mengecualikan Erdogan. "Prancis akan hadir tetapi presiden kita tidak hadir? Tentu saja hal ini tidak dapat diterima oleh Aliyev dan Azerbaijan,” kata Celik. Paris dianggap sebagai sekutu Armenia sementara Turki mendukung pemerintahan di Baku.

Lebih dari sekedar foto keluarga Uni Eropa?

Perang Ukraina kemungkinan akan kembali mendominasi pertemuan EPC di Granada. Dalam perteman di Praha tahun lalu, para pemimpin Uni Eropa  mengirimkan sinyal jelas kepada Rusia: Eropa berdiri teguh di belakang Ukraina. Di ibu kota Moldova, Chisinau, pesan yang disampaikan adalah bahwa Eropa mendukung seluruh kawasan – termasuk negara-negara yang berisiko seperti Moldova.

Dan di Granada? "Ini mungkin akan menjadi sedikit lebih sulit untuk ketiga kalinya, di Granada, di mana kesempatan berfoto saja mungkin tidak lagi cukup untuk mengirimkan pesan yang kuat,” papar Brockmans. "Sekarang menjadi jelas bahwa hasil yang lebih nyata perlu dicapai dari pertemuan itu.”

Dapatkah Ukraina mengharapkan kemajuan dalam bergabung dengan UE?

Dalam perjalanan mereka ke Kyiv, Ukraina awal pekan ini, para menteri luar negeri UE telah memberikan gambaran pertemuan di Granada. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan jantung Eropa berdetak paling kencang di Ukraina. "Komunitas kebebasan” Eropa harus menjangkau mulai dari Lisbon hingga Luhansk di Ukraina timur, imbuh Baerbock.

Di Ukraina, hal ini jelas berarti bahwa negara kandidat EU ini dapat segera memulai pembicaraan resmi mengenai aksesi. "Saya pikir sangat mungkin Ukraina akan menerima tanggal dimulainya perundingan aksesi pada bulan Desember,” kata Tcherneva. "Hal ini akan sejalan dengan diskusi mengenai dukungan militer dan keuangan.”

Akankah UE melanjutkan perselisihan soal kebijakan migrasinya?

Sementara itu dalam pertemuan puncak informal UE yang dihadiri 27 anggota UE pada hari Jumat (06/10) besok, Presiden Dewan Eropa Charles Michel awalnya tertarik untuk membicarakan isu-isu strategis: otonomi Eropa, infrastruktur, dan energi. Namun karena meningkatnya jumlah migran yang tiba di UE, Italia dan negara lain ingin mendiskusikan solusi jangka pendek mengenai topik itu. Kerja sama dengan negara ketiga seperti Turki atau Tunisia, yang berpotensi mencegah migran bepergian ke Eropa, bakal jadi agenda. 

Presiden Tunisia Kais Saied menandaskan bahwa ia tidak ingin melaksanakan perjanjian yang baru saja disepakati dengan UE. Blok Eropa itu menawarkan bantuan ekonomi sebagai imbalan untuk menahan migran, namun di lain pihak Saied menolak imbalan sebesar $1,2 miliar dalam jangka panjang  karena menurutnya jumlah itu "sedikit sekali".

Pakta migrasi baru UE masih punya PR untuk mempersingkat prosedur suaka, meningkatkan deportasi, dan memperkenalkan sistem untuk mendistribusikan pencari suaka ke seluruh negara bagian UE. Namun, hal ini masih belum jelas karena Jerman dan Italia masih berselisih mengenai poin-poin penting

Apakah UE siap menerima anggota baru?

Begitu banyak yang mencari keanggotaan atau menjalin hubungan yang paling dekat dengan UE sehingga membuat UE berada dalam kebingungan – bagaimana UE bisa berkembang lebih jauh tanpa melakukan perubahan mendasar atau memaksakan perubahan pada UE agar tetap dapat berfungsi dengan lancar.

Dilema tersebut akan menjadi pusat perhatian pada hari Jumat, hari kedua KTT, ketika para pemimpin UE akan melanjutkan diskusi mereka hanya di antara anggota blok tersebut.

Inilah topik hangat yang ingin dibahas oleh pemimpin Dewan Eropa Charles Michel di Granada mengenai masalah tersebut: Reformasi yang diperlukan oleh UE secara internal untuk mempersiapkan integrasi enam negara Balkan Barat, Ukraina dan Moldova.

UE memerlukan pemahaman yang jelas mengenai konsekuensi dari langkah ini, baik bagi anggota baru maupun bagi blok itu sendiri, tulis Michel dalam surat undangannya kepada para pemimpin menjelang pertemuan tersebut.

"Sangat penting bagi kita untuk mempertimbangkan dinamika Uni Eropa di masa depan, kebijakan-kebijakan dan pengambilan keputusan kita, antara lain, untuk memastikan keberhasilan UE yang berkelanjutan. Secara khusus kita akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penting, seperti: Apa yang kita lakukan bersama? Apa yang akan kita putuskan? Bagaimana kita mencocokkan kemampuan kita dengan ambisi kita?"

Diskusi mengenai dampak perluasan anggaran Uni Eropa bisa menjadi hal yang menarik. Jika Ukraina bergabung (saat ini merupakan negara termiskin di Eropa), penerima dana UE saat ini di Eropa Timur dan Tengah, seperti Hongaria atau Polandia, bisa tiba-tiba berkontribusi secara finansial lebih besar, sebagaimana Jerman.

Segudang isu Eropa lainnya kemungkinan akan muncul pada hari perundingan di Spanyol, yang diakhiri dengan makan malam kerajaan dan tur di Istana Moor Alhambra yang terkenal.

Permata arsitektur terkenal di puncak bukit dengan riak airnya yang menenangkan dan percikan lembut dari air mancurnya di sini dikenal dapat menenangkan saraf. Mungkinkah suasana  ini mampu memberikan ketenangan bagi para pemimpin Eropa yang akhir-akhir ini sulit mendapat ketenangan di tengah gejolak dan ragam masalah politik?

*Disadur dari artikel asli dalam bahasa Jerman, dengan tambahan informasi dari  Associated Press

(ap/yf)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait