Kenya: Protes Rencana Kenaikan Pajak, Gen Z Turun ke Jalan
Martina Schwikowski
26 Juni 2024
Setelah demonstrasi besar-besaran, Kenya akhirnya membatalkan sejumlah rencana kenaikan pajak dalam RUU Keuangannya. Pengamat menyebut ini pertama kalinya anak muda di Kenya memainkan peran penting.
Iklan
Rancangan Undang-Undang (RUU) keuangan yang diusulkan pemerintah Kenya memicu terjadinya demonstrasi massal di jalanan Nairobi dan kota-kota lainnya.
Kelompok hak asasi manusia (HAM) menduga aparat menembakkan peluru tajam kepada para peserta aksi demonstrasi, yang berubah ricuh pada Selasa (25/06). Sejumlah jurnalis di lokasi melaporkan setidaknya ada tiga jenazah tergeletak usai tembakan dilepaskan.
Kemarahan atas rencana usulan kenaikan pajak lantaran krisis biaya hidup yang terjadi selama bertahun-tahun lah yang membuat para demonstran menyerbu dan membakar kompleks parlemen.
Rekaman video yang disiarkan kantor berita swasta Kenya, Citizen TV, menunjukkan petugas kepolisian berupaya memadamkan api dengan "water canon”.
Gen Z turun ke jalan
Para demonstran pemberani yang berasal dari kelompok Gen Z (orang-orang yang lahir pada akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an) mengekspresikan kemarahan mereka terhadap pemerintah Kenya yang telah melimpahkan masalah negara kepada warganya.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Kami sudah membayar pajak dan mereka tidak melakukan banyak hal dari pajak tersebut, mereka mencurinya. Jadi, bagaimana kami bisa percaya lagi dengan mereka?” kata seorang aktor dan kreator konten Makena Kahuha kepada DW.
Rasa kecewa juga disampaikan oleh pengunjuk rasa lain, Pamela Muriuki. "Mereka lebih memilih setia kepada pemerintah daripada para warga yang telah memilih mereka,” kata Pamela.
Berbanding terbalik dengan demonstrasi yang dipimpin oleh anggota partai oposisi, aksi protes kali ini dimotori oleh anak muda yang meneriakkan slogan antipemerintah dan membawa plakat yang berisi kritikan terhadap RUU tersebut.
Iklan
Pemerintah turuti tekanan demonstran
Aksi protes ini berbeda dengan demonstrasi massa lainnya yang pernah terjadi di Kenya. Kali ini, anak muda mendokumentasikan bentrokan mereka dengan pihak kepolisian menggunakan ponsel dan mengunggahnya secara daring. Aksi ini mendapat momentum di media sosial dengan tagar #OccupyParliament.
Hasilnya, aksi demonstrasi ini cukup sukses. Pada Kamis sore, pemerintah mengumumkan bahwa mereka berencana membatalkan sejumlah aturan yang kontroversial dalam RUU itu, termasuk pajak pembelian roti dan kepemilikan mobil.
Mengenang Kerusuhan Mei 1998
Menurut data Tim Relawan Untuk Kemanusian, Mei 1998 terdapat 1.190 korban tewas dalam keadaan terbakar dan ratusan korban hilang. Sementara korban dan/atau saksi mata perkosaan ada 189 orang.
Foto: Monique Rijkers
Hampir Dilalap Api
Mei 1998, Steven Winata berjalan kaki mengantar sabun, 500 meter dari rumahnya di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Dalam keadaan tangan penuh barang bawaan, murid sekolah dasar ini dituduh menyenggol dan membuat seorang anak pribumi jatuh ke dalam selokan. Massa yang mengamuk hampir membakar tubuh Steven. “Saya selamat karena Ketua RT mengenali saya dan mengantar saya pulang.”
Foto: Monique Rijkers
Api Reformasi Akan Terus Menyala
Suara tuntutan agar Presiden Soeharto lakukan reformasi politik bergema di sejumlah kampus termasuk dari Universitas Trisakti, Jakarta Barat. Namun aksi unjuk rasa damai itu dilawan dengan tembakan peluru tajam yang tewaskan 4 mahasiswa Trisakti. Taman Reformasi adalah inisiatif mahasiswa dan diresmikan bekas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tahun 2014 agar Api Reformasi terus menyala
Foto: Monique Rijkers
Terjebak Api
Mei 1998, tahun lokasi pusat perbelanjaan ini menjadi sasaran penjarahan massa. Namun bangunan itu terbakar dan ditemukan 118 jasad tewas terbakar yang tak dapat dikenali. Kini pusat perbelanjaan baru yang semarak dengan papan iklan di Klender, Jakarta Timur itu seakan ingin meredam ingatan pada teriak tubuh-tubuh yang dijilati api.
Foto: Monique Rijkers
Akibat Api Sentimen Rasial
Penjarahan saat Kerusuhan Mei ’98 bukan hanya menyasar pusat perbelanjaan, rumah warga pun tak luput dari sasaran massa. Rumah Sudono Salim, pemilik Bank BCA di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat diserbu massa dan sempat dibakar. Kini deretan aset keluarga Sudono Salim menjadi “monumen” sentimen rasial yang kembali menyala dua dekade lalu.
Foto: Monique Rijkers
Melawan Api Kebencian
Salah satu lokasi kerusuhan 98 adalah kawasan Glodok, Jakarta Barat. Pada sebuah lorong sempit di Glodok, Jakarta Barat sebuah pintu rumah terbuka dan terlihat sejumlah pria duduk sambil mendengar musik Mandarin. Bapak yang tak mau disebut namanya itu mengaku rumahnya dibakar orang pada Mei 1998 lalu. Kini rumah-rumah ini kembali dibangun. Warga mengurung diri dalam pagar tinggi demi rasa aman.
Foto: Monique Rijkers
Sisa Dari Yang Terbakar
Sepotong balok kayu bekas rumah yang terbakar Mei 1998 lalu masih dipertahankan oleh pemiliknya sebagai tonggak kesaksian peristiwa yang ingin ia lupakan. Informasi berasal dari petugas Perlindungan Masyarakat setempat.
Foto: Monique Rijkers
Bertugas Saat Api Melanda
Widodo adalah petugas Perlindungan Masyarakat di RW 01, Taman Sari, Jakarta Barat. Mei 1998, ia bertugas di lokasi dalam foto dan menyaksikan api menjalar seluruh tempat usaha sekaligus rumah warga. Widodo mengaku tidak mampu mencegah massa karena massa dan warga sudah berbaur sedangkan ia sibuk membantu petugas pemadam kebakaran. “Semua rumah yang sekarang ini rumah baru”, kata Widodo.
Foto: Monique Rijkers
Bangkit Dari Abu
Toko alat sembahyang agama Buddha ini sebelum kerusuhan adalah percetakan sekaligus rumah tiga lantai di Glodok, Jakbar. Setelah ludes terbakar, rmereka memulai dari nol. “Tak mau ingat-ingat lagi”, kata ibu yang menolak sebut namanya. “Kerugian alat cetak ratusan juta rupiah dan materi bisa dihitung tetapi kerugian mental tak ternilai.”, ujar anak laki-laki pemilik toko yang turut menjaga toko.
Foto: Monique Rijkers
Saksi Mata Selamat
Hendry (68 tahun) mempunyai rumah sekaligus bengkel las bubut di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Mei 1998 keluarganya menyelamatkan diri, menumpang di bedeng di sebelah rumahnya. Sementara Udin (50 tahun) saat itu jualan rokok di trotoar sebelah bengkel las bubut Hendry. Saat kerusuhan terjadi ia memilih pulang ke kampung di Kuningan, Jawa Barat. Udin dan Hendry sudah bersahabat selama 30 tahun
Foto: Monique Rijkers
Korban Tragedi
Pemerintah memakamkan korban tewas yang tidak bisa dikenali atau tidak beridentitas di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur. Seratusan nisan tak bernama menandai tragedi kemanusiaan 1998. Tahun 2015, pemerintah Jakarta resmikan Prasasti Tragedi Mei’98 bertuliskan pesan “Pengorbanan jiwa mereka telah menyalakan api reformasi menuju Indonesia yang lebih rukun, bermartabat dan cinta damai.”
Foto: Monique Rijkers
Pemerkosaan Itu Ada
Tim Relawan Untuk Kemanusian Mei ’98 menerima laporan korban perkosaan saat kerusuhan. Laporan yang bisa diverifikasi dengan menemui korban dan/atau saksi mata ada 189 orang. Ita.F. dan Dr Lie Dharmawan memeriksa fisik serta merawat sejumlah korban pemerkosaan. Korban pemerkosaan Mei ’98 Ita Martadinata tewas dibunuh Oktober 1998 saat akan bersaksi di PBB. Penulis: Monique Rijkers (ap/vlz)
Foto: Monique Rijkers
11 foto1 | 11
"RUU Keuangan telah diubah untuk menghapus pungutan 16% yang diusulkan untuk barang seperti roti, transportasi gula, layanan keuangan, transaksi valuta asing, serta pajak kendaraan bermotor 2,5%,” kata kantor kepresidenan Kenya dalam pernyataannya.
Dalam pernyataan itu juga dikatakan bahwa tidak akan rencana kenaikan biaya transfer uang via telepon seluler.
Pemerintah Kenya yang mengalami kekurangan finansial sebelumnya bersikeras menaikkan pajak untuk mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri. Kenaikan pajak ini diproyeksikan bakal meningkatkan penerimaan negara sekitar 346,7 miliar shilling (setara Rp44 triliun), yang sebanding dengan 1,9% Produk Domestik Bruto (PDB) Kenya.
Kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai disorot
Wanjiru Gikonyo, yang menjabat sebagai Koordinator Nasional Institute for Social Accountability - sebuah inisiatif masyarakat sipil untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik - mengatakan bahwa sebagian besar aksi demonstrasi sejatinya berlangsung damai dan kaum muda bergerak tanpa bantuan politisi.
"Sayangnya polisi menggunakan kekerasan terhadap anak muda yang berdemonstrasi tentang UU yang paling penting bagi warga negara, yakni aturan pajak,” katanya kepada DW pekan lalu.
Ketika Perempuan Muda Klaim Jalan-Jalan Nairobi
03:32
Direktur eksekutif organisasi Amali, Zaha Indimuli, yang mendukung pemberdayaan kaum muda dan mendorong pembangunan nasional, pun mengatakan bahwa pemerintah harus bertanggung jawab jika mereka menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai.
"Kenapa Anda menembakkan gas air mata kepada orang-orang yang memberikan masukan kepada Anda? Itu biasa-biasa saja, dan itu juga menunjukkan ketidakdewasaan di dalam pemerintahan," katanya kepada DW.
"Mereka seharusnya duduk bersama orang-orang yang menempatkan mereka di sana dan memperbaiki masalah di dalam negeri, bukan berkeliling dunia," ujarnya, merujuk kepada Presiden William Ruto.
Awal mula aksi protes
Pada Kamis (20/06) lalu aksi demonstrasi nasional pecah di Kenya. Masyarakat menentang rencana pemerintah untuk menaikkan pajak demi menutupi defisit anggaran. Para demonstran menuntut agar RUU Keuangan tersebut dibatalkan, karena dianggap dapat melemahkan perekonomian dan membuat harga kebutuhan pokok melonjak.
Pada Jumat (21/06), pihak kepolisian dan koalisi gabungan organisasi HAM melaporkan satu orang tewas dan 200 lainnya mengalami luka-luka. Amnesty International Kenya kemudian menduga setidaknya ada 100 orang yang ditahan dalam aksi protes ini.