1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Naikan Suku Bunga, The Fed Dibela IMF

11 Oktober 2018

Kepala IMF Christine Lagarde mendukung kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunganya. Pernyataan tersebut menyusul setelah Donald Trump menyatakan kebijakan tersebut "gila" dan berbahaya.

Indonesien Jahrestagung von IWF und Weltbank Christine Lagarde
Foto: picture-alliance/AP Photo/F. Lisnawati

Dalam konferensi pers di Bali, pada hari Kamis (11/10/2018) saat Pertemuan Tahunan atau Annual Meeting IMF-Bank Dunia 2018, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde membela kenaikan suku bunga The Fed setelah Presiden AS Donald Trump mengritik kebijakan tersebut.

Trump menyebut kebijakan tersebut "gila" karena berkontribusi terhadap gejolak pasar keuangan saat ini. Aksi jual sekuritas global yang terus berlanjut disebabkan meningkatnya volatilitas keuangan yang IMF dan Bank Dunia direncanakan akan bahas selama pertemuan tahunan mereka.

Lagarde mengatakan kepada para pewarta bahwa kenaikan suku bunga Fed benar secara fundamental. "Ini jelas merupakan perkembangan yang diperlukan untuk ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik, dengan inflasi meningkat dan pengangguran menjadi sangat rendah," katanya.

Nasib pasar berkembang

Walaupun ia juga mengakui, bahwa kenaikan suku bunga The Fed telah membuat negara-negara berkembang kesulitan karena arus modal keluar terus berlanjut dan mata uang lokal terus jatuh. Lagarde menambahkan bahwa arus modal keluar itu tidak dapat dihindari karena dunia sedang bersiap dengan perang dagang.

Dia merekomendasikan lebih banyak fleksibilitas pada manajemen aliran modal. Menurutnya, beberapa pasar negara berkembang, termasuk negara-negara Asia Tenggara, terlalu enggan untuk meningkatkan kontrol modal demi melindungi ekonomi mereka sendiri.

Italia dalam fokus

Lagarde juga membahas situasi ekonomi di Eropa khususnya Italia. Ia memperingatkan Roma agar mematuhi peraturan fiskal Uni Eropa dan peraturan stabilitas keuangan kawasan, mengingat anggaran tahun 2019 negara tersebut dapat memperburuk masalah keuangan.

Pemerintah Italia berencana untuk meningkatkan defisit anggaran tahun depan menjadi 2,4 persen untuk meningkatkan belanja pada bidang sosial. Kondisi ini memicu penjualan pada surat utang pemerintah dan saham-saham perbankan Italia anjlok. Selain menyebabkan penurunan indeks saham, kebijakan ini juga menjatuhkan nilai mata uang Euro.

yp/ap (afp, reuters)