1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kepanikan Jelang Kapal Karam

cp/ab (ap, afp, rtr)21 April 2014

Sebuah transkrip radio komunikasi dari feri Sewol yang tenggelam telah dirilis, menunjukkan kebingungan terkait prosedur evakuasi kapal. Kini dikhawatirkan korban tewas mencapai lebih dari 300 orang.

Foto: REUTERS

Transkrip yang diedarkan ke publik hari Minggu (20/4) merekam perbincangan antara seorang kru kapal dan seorang pengontrol lalulintas maritim. Transkrip mengungkap kebingungan seputar prosedur darurat di atas kapal.

Kru kapal berulang kali bertanya apakah para penumpang akan segera diselamatkan apabila mereka meninggalkan kapal.

Ia juga memberitahu bahwa kru dan penumpang sudah kesulitan untuk bergerak di dalam kapal karena kondisi kapal sudah sangat doyong.

"Kapal sudah terguling sekarang. Tidak bisa bergerak. Mohon segera datang," ujar kru yang ketika ditanya kondisi penumpang menjawab "sulit untuk mengkonfirmasi."

Beberapa menit kemudian, percakapan serupa terjadi, dengan pusat lalulintas maritim menjelaskan bahwa upaya penyelamatan dalam perjalanan, seraya berkali-kali menyerukan agar para penumpang setidaknya diwajibkan memakai jaket pelampung.

"Kapten harus mengambil keputusan sendiri dan mengevakuasi penumpang," tegas petugas pusat lalulintas. "Kami tidak mengetahui bagaimana situasi yang sebenarnya. Kapten harus membuat keputusan akhir apakah ia hendak mengevakuasi penumpang atau tidak."

Keluarga korban hilang bentrok dengan polisi di Jindo hari Minggu (20/4)Foto: Reuters

Mayoritas tewas atau hilang

Kapal Sewol yang bertolak dari pelabuhan Incheon menuju pulau wisata Jeju tenggelam hari Rabu (16/4) dengan 476 orang di atas kapal. 323 orang diantaranya adalah siswa-siswi remaja dari sebuah sekolah menengah atas di kota Ansan. Lebih dari 170 orang selamat, sedangkan 61 orang dinyatakan tewas dan sekitar 240 lainnya hilang.

Jaksa penuntut yang menyelidiki bencana ini hari Minggu mengatakan bahwa mereka akan memperpanjang masa penahanan kapten, yang hari Sabtu (19/4) ditangkap dan diduga tidak memegang kemudi saat kapal bermasalah. Enam kru lainnya juga sudah ditahan.

Sementara upaya penyelamatan berlanjut setelah para penyelam mendapatkan akses ke dalam bangkai kapal. Puluhan jasad telah ditemukan, menghapus harapan sejumlah keluarga yang menginginkan kerabat mereka ditemukan selamat.

Sekitar 400 kilometer di sebelah utara ibukota Seoul, para kerabat menggelar protes di depan kediaman Presiden Korea Selatan Park Geun-hye, menyerukan pengambilan tindakan. Pada malam hari, puluhan anggota keluarga berkumpul di pelabuhan pulau Jindo, dekat lokasi tenggelamnya kapal, sembari meneriakkan ancaman bersama Menteri Perikanan Lee Ju-young.

Presiden Park hari Senin (21/4) mengatakan bahwa tindakan kapten dan kru "setara dengan pembunuhan."

"Bukan hanya perasaan saya, tapi juga perasaan seluruh warga Korea Selatan telah disakiti dan dipenuhi syok serta amarah," lirih Park.

cp/ab (ap, afp, rtr)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait