Kepolisian Jamin Situasi Aman Menjelang Aksi 4 November
3 November 2016
Polisi dengan dukungan militer meningkatkan penjagaan di Jakarta menjelang aksi massal 4 November. Kepada aparat keamanan, Ketua FPI Habib Rizieq menjamin aksi massal akan berlangsung damai.
Iklan
Sekitar 18.000 polisi dan personil militer akan dikerahkan pada hari Jumat (4/11) untuk mengamankan pawai jalanan aksi massal yang menuntut agar gubernur Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama diadili.
Kendaraan lapis baja dan pasukan bersenjata terlihat berjaga-jaga di luar kantor gubernur di Balai Kota dan di luar Istana Presiden, yang berada dalam rute pawai jalanan anti Ahok.
Polisi mengatakan, puluhan akun di media sosial telah ditemukan "menerbitkan pernyataan dan gambar-gambar provokatif" dan mengajak massa untuk melakukan tindakan kekerasan atas nama Islam, termasuk panggilan untuk membunuh Ahok.
"Kami melihat ada berita-berita bermuatan ras dan etnis yang sedang menyebar secara online, dan ada indikasi banyak sebagian besarmya yang anti-Cina," kata juru bicara polisi Jakarta, Awi Setiyono.
Sebagian kalangan mengeritik Presiden Joko Widodo yang dinilai membiarkan retorika permusuhan berkembang terhadap Purnama dari kelompok-kelompok Islam garis keras. Akibatnya, ketegangan agama dan etnis menjelang pemilihan kepala daerah tahun depan terus meningkat.
"Drama kebencian ini akan berlanjut jika presiden tidak mengatasinya, dan Indonesia akan menjadi negara yang kehilangan toleransi dan lebih menindas minoritas," kata Andreas Harsono dari Human Rights Watch (HRW).
Beberapa kelompok muslim menuduh Ahok melakukan penghujatan terhadap agama Islam dan menuntut agar dia diajukan ke pengadilan. Presiden Jokowi mendesak para pengunjuk rasa agar melakukan aksi protesnya dengan damai.
Beberapa perusahaan meminta karyawannya untuk tinggal di rumah, sehubungan dengan kekhawatiran munculnya aksi keekrasan. Namun pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq menjamin kepada aparat keamanan, bahwa aksi hari jumat akan berlangsung damai.
"Ini bukan tindakan anti-Cina atau anti-Kristen," katanya.
Tapi FPI selama ini dikenal sebagai kelompok yang sering terlibat aksi-aksi main hakim sendiri dengan kekerasan. FPI juga sering melakukan penghujatan terhadap kelompok minoritas agama, tanpa pernah tersentuh hukum.
Di Internet beredar berbagai seruan atas nama Islam yang menuntut agar Ahok ditangkap dan mengancam, jika tidak mereka akan membunuh Ahok demi membela agama Islam.
Aturan hukum yang berkaitan dengan tuduhan penistaan agama adalah Undang-undang No 1/PNPS dari tahun 1965, dan pasal 156 KUHP.
11 Oktober lalu, organisasi Majelis Ulama Islam (MUI) menyatakan Ahok telah melakukan penistaan agama, sehari setelah yang bersangkutan menyatakan permohonan maaf telah menyebut-nyebut ayat Al Maidah dalam pidatonya di Pulau Seribu.
Selama era Orde Baru, aturan hukum penistaan agama jarang digunakan, Tapi kasus-kasus itu justru makin banyak sejak Soeharto mundur tahun 1998.
Selama periode 1965-1998 hanya ada delapan kasus yang menerapkan aturan hukum penistaan agama. Sedangkan selama era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tercatat ada lebih 250 kasus, kata Andreas Harsono.
"Jika Ahok diadili di pengadilan, itu akan menjadi kasus penghujatan agama yang paling prominen dalam sejarah Indonesia, karena statusnya sebagai pejabat pemerintahan," kata dia.
"Ini bisa menciptakan preseden buruk dam meningkatkan kebencian terhadap minoritas Kristen, Cina dan lainnya."
Menteri Komunikasi Rudiantara mengatakan, pemerintah sedang berupaya melawan berbagai "ujaran kebencian " secara online.
"Memang, media sosial punya kontribusi untuk situasi saat ini," kata Rudiantara.
Presiden Joko Widodo ketika membuka World Peace Forum di Jakarta hari Selasa (01/11) mengatakan, ada kelompok-kelompok yang ingin menggoyang persatuan Indonesia dengan aksi teror seperti bom Bali 2002 dan bom Thamrin di Jakarta awal 2016.
"Namun, dengan semangat kesatuan dan semangat gotong royong yang kami miliki, Indonesia berhasil mengatasi aksi-aksi teror tersebut dan mereka gagal melumpuhkan kita," kata Jokowi.
Toleransi Beragama di Jerman
Toleransi beragama semakin digalakkan di Jerman. Itu diwujudkan antara lain dengan perayaan religi bersama, pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah, juga aktivitas kebudayaan lain.
Foto: picture-alliance/ZB
Merasa Anggota Masyarakat
Seorang perempuan muslim di Jerman mengenakan sebagai hijab sehelai bendera Jerman, yang berwarna hitam, merah, emas untuk menunjukkan keanggotaannya dalam masyarakat Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Poetry Slam Antar Agama
Perlombaan ini digelar 17 Agustus 2013 di Berlin. Pesertanya : penulis puisi dari kelompok agama Islam, Yahudi dan Kristen. Mereka membacakan sendiri karyanya. Pelaksananya yayasan Jerman, Friedrich Ebert Stiftung.
Foto: Arne List
Jurusan Teologi Yahudi
Jurusan ini diresmikan 19 November 2013 di Universitas Potsdam. Pada semester pertama, jurusan yang berakhir dengan gelar Bachelor ini memiliki mahasiswa 47 orang dari 11 negara. Jurusan ini juga terbuka bagi orang non-Yahudi, yang berniat mempelajari teologi Yahudi.
Foto: picture-alliance/dpa
Hari "Open Door" Mesjid 2013
"Tag der offenen Moschee" diadakan setiap tahun di Jerman, pada tanggal penyatuan Jerman, 3 Oktober. Pelaksanaannya dikoordinir berbagai perhimpunan Islam di Jerman. Lebih dari 1.000 mesjid di Jerman menawarkan ceramah, pameran, brosur informasi dan acara pertemuan serta tur di dalam mesjid. Setiap tahun lebih dari 100.000 warga menggunakan kesempatan untuk lebih mengenal Islam itu.
Foto: DW/R. Najmi
Mencari Informasi dan Berkenalan
Pengunjung pada hari "open door" di Mesjid Sehitlik, Berlin. Sebanyak 18 mesjid di Berlin, setiap tanggal 3 Oktober membuka pintunya bagi semua orang.
Foto: picture-alliance/dpa
Saling Menerima
Suster dari tiga ordo Katolik mengunjungi mesjid Yavuz Sultan Selim di Mannheim, pada "Hari Katolik" ke-98, tanggal 17 Mei 2012. Bertepatan dengan Hari Katolik tersebut, mesjid Yavuz Sultan Selim mengadakan hari pembukaan pintu.
Foto: picture-alliance/dpa
Pelajaran Agama Islam di Sekolah Jerman
Guru Merdan Günes berdiri bersama murid-murid di sekolah dasar kota Ludwigshafen-Pfingstweide, pada pelajaran agama Islam. Foto dibuat 09.12.2010. Pelajaran agama Islam mulai dilaksanakan di sebuah sekolah di negara bagian Rheinland Pfalz sejak tahun ajaran 2003/2004, dan sejak itu semakin diperluas.
Foto: picture-alliance/dpa
Belajar Toleransi
Guru Bülent Senkaragoz dalam pelajaran agama Islam di sekolah Geistschule di kota Münster. Foto dibuat 25/11/2011. Senkaragoz mengatakan, "Tugas saya bukan mengajarkan kepada murid, bagaimana cara sembahyang yang benar bagi seorang Muslim." Murid-murid di sini belajar tentang pentingnya toleransi. Pelajaran agama Islam dimulai di negara bagian Nordrhein Westfalen sejak 1999.
Foto: picture-alliance/dpa
"Mein Islambuch"
"Mein Islambuch“ (buku pelajaran Islam saya). Ini adalah buku pelajaran agama Islam baru untuk sekolah dasar. Ditulis oleh Serap Erkan, Evelin Lubig-Fohsel, Gül Solgun-Kaps dan Bülent Ucar. Di sebagian besar negara bagian yang dulu termasuk Jerman Barat, pelajaran agama Islam sudah termasuk kurikulum sekolah.
Berjalan Bersama
Buku pelajaran lain berjudul "Miteinander auf dem Weg" (bersama dalam perjalanan). Tokoh utama dalam buku itu hidup di dalam masyarakat, di mana pemeluk agama Kristen, Yahudi dan Islam hidup bersama dengan hak-hak sama. Seperti tampak pada salah satu ilustrasinya.
Foto: Ernst Klett Verlag GmbH, Stuttgart/Liliane Oser
Guru Agama Islam Orang Jerman
Annett Abdel-Rahman adalah guru pelajaran agama Islam di sekolah tiga agama di Osnabrück. Guru perempuan ini mengenakan jilbab, sementara rekannya yang Yahudi memakai kippah. "Bagi saya penting untuk memaparkan persamaan agama-agama Samawi kepada para murid," kata Annett Abdel-Rahman.
Foto: DW
Buka Puasa Bersama
Sebelum buka puasa bersama, para tamu membeli makanan dan manisan khas Turki, di Lapangan Kennedy di kota Essen. Dalam kesempatan ini umat berbagai agam bisa menikmati makanan bersama. Selama bulan puasa, hingga 500 orang, terdiri dari warga muslim dan non muslim datang ke tenda besar di lapangan tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Sama-Sama Warga Kota
Di bawah moto ”Wir sind Duisburg” (kitalah Duisburg), penduduk sekitar rumah tempat tinggal warga Roma di kota Duisburg dan sejumlah ikatan masyarakat serta persatuan warga Roma mengundang imigran untuk bersama-sama menyantap sarapan.
Foto: DW/C. Stefanescu
Pekan Antar Budaya
Seorang perempuan Senegal berdiri di lapangan pusat kota Halle an der Saale, di sebelah gambar gedung pemerintahan Rusia, Kremlin. Dalam "Interkulturellen Woche Sachsen-Anhalt" diadakan berbagai pesta, pameran, ceramah di negara bagian itu. Tujuannya mengembangkan toleransi bagi warga asing dan pengungsi. Pekan budaya ini adalah inisiatif gereja Jerman, dan diadakan akhir September setiap tahun.