1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kepunahan Ikan Sungai Pulau Jawa

3 November 2021

Tim gabungan penelitian sungai-sungai di Pulau Jawa mengungkapkan semakin punahnya jenis ikan-ikan sungai di pulau ini akibat pencemaran limbah. Ikan-ikan apa saja yang menagalami kepunahan?

peneliti ungkap banyak jenis ikan sungai punah di Pulau Jawa
Sungai Citarum banyak dipenuhi sampahFoto: Getty Images/E. Wray

Selama dua bulan, Maret-April 2021, Ecological Observation and Wetlands Conservation - Ecoton berkolaborasi dengan komunitas Forkadas C (Forum Komunitas Daerah Aliran Sungai Citarum), Ciujung Institut, dan Ciliwung Institut melakukan investigasi di sungai-sungai di Pulau Jawa, dengan kegiatan inventarisasi keanekaragaman jenis ikan dan sumber-sumber pencemaran di Kali Surabaya, Sungai Brantas, Bengawan Solo, Citarum, dan Ciujung.  

Menurut para peneliti, hasilnya menunjukkan sungai-sungai penting di Pulau Jawa, yang termasuk dalam sungai nasional, kondisinya sedang sakit. "Sungai-sungai berstatus sungai nasional seperti Brantas, Bengawan Solo, Citarum, dan Ciujung menjadi tempat buangan limbah pabrik tekstil dan pabrik kertas, buangan limbah cair dari industri kertas yang tidak diolah dengan sempurna menyebabkan timbulnya substrat hitam yang berbau dan beracun," ungkap Andreas Agus Kristanto yang merupakan peneliti lapangan sungai nasional Ecoton. 

Lebih lanjut peneliti ini menjelaskan bahwa substrat hitam yang mengendap di dasar sungai menyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut dalam air, yang pada akhirnya menghasilkan material toksik dan rusaknya habitat ikan. "Dalam proses reproduksinya, ikan membutuhkan permukaan dasar sungai yang kasar, berbatu atau kerikil, untuk menempelnya telur ikan, namun substrat limbah cair pabrik kertas menutupi dasar sungai sehingga membuat dasar sungai menjadi licin karena munculnya lapisan film yang beracun, dan menyebabkan telur ikan tidak bisa bertahan, mati dan hanyut," jelas Andreas Agus Kristanto. 

"Limbah cair industri cukup signifikan menimbulkan penurunan spesies ikan di sungai-sungai Pulau Jawa karena merusak rantai makanan di sungai. Satu rantai makanan hilang maka secara sistemik akan mengganggu keutuhan ekosistem, awalnya merusak detritus kemudian benthos akan habis karena habitatnya ada di dasar sungai, detritus dan benthos adalah sumber pangan ikan, hilangnya detritus dan benthos akibat limbah cair industri pada gilirannya akan memusnahkan ikan air tawar yang hidup di sungai-sungai Pulau Jawa,” papar Veryl Hasan, peneliti  dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga 

Komposisi yang tak seimbang

"Limbah cair secara bertahap mempengaruhi hormon ikan, limbahnya kimia membuat genetical block yang memblokir sintesa protein terbentuknya kelamin jantan sehingga ikan di sungai didominasi ikan betina, padahal seharusnya sekitar 50%:50% , namun kondisi saat ini 80% ikan berkelamin betina,” ungkap Veryl Hasan. Ketidakseimbangan komposisi kelamin ikan menyebabkan penurunan populasi dan toksitisitas limbah menyebabkan kematian ikan secara massal.  

Di Sungai Brantas, spesies ikan yang ditemukan telah menurun dari 60 spesies yang teridentifikasi pada tahun 1990 ke hanya 25 spesies. Di Bengawan Solo jumlah spesies ikan yang hilang mencapai 20 jenis dan menyisakan kurang dari 10 spesies. Yang lebih memprihatinkan menurut tim peneliti adalah penurunan jumlah spesies di Sungai Citarum. Ikan di Citarum yang punah tercatat: Bagarius lica dari keluarga Baung dan Chitala lopis – Belida. Sedangkan Lobocheilos lehat – dari keluarga ikan Lais sudah punah lebih dari 50 tahun lalu. Sementara yang punah 10 tahun terakhir: Laides hexanema dari keluarga Patin Sungai, Helostoma temnickii – Ikan Tambakan / Gurami Pencium, Rhyacichthys aspro, Pseudolais micronemus, dan Pangasius macronema – juga dari keluarga Patin Sungai, serta Acrochordonichthys ischnosoma – Joko Repo dan Acrochordonichthys rugosus, 

Di Bengawan Solo, yang punah 50 tahun lalu menurut peneliti adalah ikan Bagarius lica dari keluarga Baung. Sementara yang punah 10 tahun terakhir tercatat:  Macrochirichthys macrochirus, Pangasius macronemus - Jambal dari keluarga Patin Sungai, Luciosoma setigerum atau ikan Bala, dan Homalopteroides wassinkii.  

Pemerintah harus turun tangan

Tim peneliti menilai rusaknya sungai-sungai di Jawa dikarenakan pemerintah tidak menprioritaskan pengendalian pencemaran air. "Pengawasan pembuangan limbah cair industri tidak dilakukan dengan serius, sehingga industri tetap saja membuang limbah dengan pengolahan ala kadarnya," keluh Daru Setyorini, peneliti pencemaran sungai Ecoton. 

Dalam melakukan kerjanya, tim peneliti menceritakan sulitnya mendapatkan akses ke saluran pembuangan limbah cair. Peneliti menduga adanya kecenderungan industri membuang limbah dengan tidak diolah pada malam hingga dini hari. 

Tim peneliti menyayangkan lemahnya pengawasan pembuangan limbah cair oleh pemerintah yang menurut mereka mendorong industri membuang limbah tanpa diolah. Peneliti juga mengeluhkan tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelaku pembuang limbah cair yang merusak ekosistem sungai, sehingga perbuatan melawan hukum yang mengatasnamakan kestabilan ekonomi terus terjadi dan menurunkan kualitas lingkungan Daerah Aliran Sungai di Pulau Jawa. Terakhir yang menjadi kecemasan peneliti adalah ketidakjelasan kewenangan pengendalian pencemaran dan upaya pemulihan kualitas air.

Ecoton mendorong dibuatnya peraturan presiden tentang pengendalian pencemaran danpPemulihan kualitas Sungai Brantas, Bengawan Solo dan Ciujung, untuk mengantisipasi merosotnya kualitas air sungai nasional di Pulau Jawa yang mengakibatkan punahnya beragam jenis ikan. 

(ap/vlz )

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya