1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Di 'Kereta Budaya' Jerman-Polandia Ada Diskotik dan Sastra

Jacek Lepiarz
16 Januari 2023

Layanan kereta api dari Berlin ke Wroclaw ini tidak hanya sekadar sarana transportasi, tapi juga tawarkan program budaya.

Kereta Budaya Jerman-Polandia
'Kereta Budaya' beroperasi dari Berlin ke WroclawFoto: Normen Schoene

"Kereta Budaya" antara ibu kota Jerman, Berlin, dan kota barat daya Wroclaw di Polandia telah beroperasi sejak tahun 2016. Perjalanan antarkota melalui sungai Spree dan sungai Oder itu memakan waktu hingga 4 1/2 jam. Dalam kurun waktu tersebut, sangatlah cukup untuk menginformasikan kepada penumpang tentang budaya yang menanti mereka di akhir perjalanan dan memberikan mereka sedikit hiburan.

Di dalam kereta ini, penumpang dapat bertemu dengan para penulis, musisi, seniman kreatif, sebuah perpustakaan hingga galeri pameran permanen. Proyek ini awalnya dirancang hanya untuk periode enam bulan saja, namun programnya begitu sukses sehingga tidak pernah dihentikan. Proyek ini juga telah menjadi institusi terhormat yang terkenal bahkan hingga ke luar wilayah perbatasan Jerman-Polandia.

Oliver Spatz, Ewa Strozczynska-Wille dan Natalie Wasserman bekerja sama dalam proyek ‘Kereta Budaya’Foto: Ksenia Les

Polandia dan Berlin bekerja sama untuk meningkatkan budaya

Rafal Dutkiewicz, mantan walikota Wroclaw, mengakui bahwa dia adalah salah satu kepala di balik gagasan program tersebut. "Seseorang dari balai kota langsung memberikan nama: 'Pociag do kultury' atau Kereta Budaya," katanya.

Dutkiewicz menambahkan bahwa tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kerjasama dalam sektor budaya Polandia-Jerman, khususnya Berlin dan negara bagian Brandenburg. Sementara pada saat bersamaan juga menghidupkan kembali hubungan kereta api antarnegara tersebut yang telah dihentikan pada 2014 silam.

Jauh sebelum proyek kereta budaya ini diluncurkan, spesialis bidang teater dan studi bahasa Jerman Ewa Strozczynska-Wille dan seorang penerjemah Natalie Wasserman, telah lebih dulu membahas gagasan itu dengan sutradara sekaligus seorang produser Oliver Spatz, yang kini masih menjabat sebagai manajer proyek itu.

"Kami telah memiliki gagasan untuk menawarkan budaya di atas kereta api itu selama beberapa waktu," kata Wasserman. Ketika Wroclaw terpilih sebagai Ibukota Kebudayaan Eropa pada tahun 2016, itu adalah kesempatan langka untuk mewujudkan mimpi mereka, katanya, seraya menambahkan bahwa "gabungan-gabungan ide" itu telah menyatu.

Kereta Budaya Jerman-Polandia

04:02

This browser does not support the video element.

Trip perdana, tiket langsung terjual habis

Ketika ‘Kereta Budaya' ini berangkat dalam perjalanan perdananya dari stasiun Lichtenberg Berlin pada tanggal 30 April 2016 silam, tim Spatz sempat ragu dan menahan napas dalam-dalam. "Kami takut tidak ada yang akan naik kereta ini karena perjalanannya yang cukup panjang," kenangnya.

Namun pada akhirnya, mereka justru dibuat terkejut. "Ada lebih banyak orang yang ingin bepergian daripada muatan yang kami punya," katanya. "Kami telah merencanakan kapasitas 420 kursi. Dalam dua minggu, semua kursi terjual habis. Itu membuat kami sangat terkejut."

Saat itu, tim penyelenggara menghadapi tantangan sulit dalam membuat program budaya yang menarik bagi penumpang mereka. Skema dasarnya yakni memberikan kuis sederhana seputar pengetahuan umum, dan menyediakan perpustakaan keliling di atas kereta api. "Intinya adalah untuk membuat penumpang berdiskusi satu sama lain," kenang Wasserman.

Para politisi, termasuk Dietmar Woidke (kiri) dan Rafal Dutkiewicz (kanan) telah melakukan perjalanan dengan ‘Kereta Budaya’ iniFoto: Staatskanzlei Brandenburg

Sastra, musik, teater serta disko di dalam kereta

Yang terpenting, kereta api ini dapat berfungsi sebagai wadah untuk bermusik, bermain teater, menari atau hanya sekadar untuk berdiskusi. Bahkan ada klub malam dan kelompok tarian teh, wadah untuk setiap selera. Seorang reporter dari surat kabar harian taz menyebutnya sebagai sebuah "kantong budaya".

"Ada lingkungan keterbukaan pikiran dan suasana fantastis di dalam kereta api itu," kata Dorota Danielewicz, seorang penulis kelahiran Polandia dari Berlin. "Orang-orang dapat berbagi pengalaman mereka, dan koneksi baru pun terjalin."

Perdana menteri negara bagian Brandenburg Jerman Dietmar Woidke, juga pernah membahas masa depan hubungan Jerman-Polandia di atas ‘Kereta Budaya' itu dengan mantan walikota Wroclaw, Dutkiewicz. Selain itu, ada pula Menteri Kebudayaan dan Eropa Berlin Klaus Lederer, yang menaiki kereta bersama rekannya dari Polandia untuk menjelaskan situasi terkini di ibu kota Jerman. "Kereta Budaya ini menciptakan tingkat informasi non-formal dalam menjalin koneksi," kata Oliver Spatz.

Walaupun sempat ditangguhkan selama setahun akibat pandemi COVID, namun kesuksesan proyek yang berhasil membawa 22.000 penumpang di tahun pertamanya saja, telah kembali beroperasi sejak Juni 2021 lalu.

Pendanaan kereta api di masa depan sudah terjamin

Wasserman mengatakan bahwa ‘Kereta Budaya' ini telah membantu menciptakan jaringan yang menjangkau ke daerah-daerah sekitarnya, bahkan ke antarkota. Spatz menambahkan bahwa kota lainnya di Polandia, termasuk Poznan dan Szczecin, menunjukkan minat mereka pada proyek ini.

Lebih dari 80.000 penumpang telah menggunakan kereta api ini sejak awal peluncurannya. Pada bulan Maret dan April 2022, kereta api ini juga telah membantu membawa 6.000 pengungsi Ukraina dari Polandia ke Jerman.

Sebelumnya, proyek ini disponsori oleh Komunitas Jerman-Polandia di Berlin, di mana negara bagian Berlin dan Brandenburg yang menanggung biayanya. Hal itu merupakan kesepakatan sementara antara pemerintahan koalisi yang memerintah negara bagian Berlin yang berakhir sejak 2021 lalu. Pendanaan untuk Kereta Budaya' ini kemudian menjadi bagian dari perjanjian koalisi, dimana perusahaan milik negara Kulturprojekte Berlin yang kemudian mensponsori proyek ini sejak Oktober 2022.

Kini, manajer proyek Oliver Spatz dan timnya dapat merencanakan program jangka panjang mereka. Setelah program perjalanan pada perayaan Malam Tahun Baru silam, ada jeda tiga bulan sebelum ‘Kereta Budaya' ini akan berangkat lagi pada bulan April mendatang. Kini, kereta akan berhenti di kota Boleslawiec yang terkenal dengan tembikar biru gelapnya. Program budaya ini dapat dinikmati dengan biaya €19 (setara Rp310 ribu) per penumpang, dari Berlin ke Wroclaw.

Rencananya, seorang penulis yang pernah menjadi aktivis oposisi di Jerman Timur Wolfgang Templin, digadang-gadang akan menjadi tuan rumah untuk satu perjalanan khusus. "Warga Jerman hanya tahu terlalu sedikit tentang kontribusi Polandia terhadap sejarah kebebasan Eropa. Saya ingin mencoba menutup kesenjangan itu," kata Templin kepada tim DW. (kp/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait