Kerja di Jerman Tapi Tidak Bisa Bahasa Jerman? Bisa kok!
1 Juni 2019Kerja di Jerman Tapi Tidak Bisa Bahasa Jerman? Bisa kok!
Mencari kerja di negeri sendiri sudah sulit, apalagi di negara lain. Tapi bukan berarti tidak mungkin, asalkan mau berjuang gigih dengan strategi yang tepat. Oleh Wahyu Asri Kusumawardani.
Saat ini saya bekerja dalam bidang kecerdasan bisnis (Business Intelligence) di suatu perusahaan teknologi di Berlin. Sebelumnya saya sudah bekerja di Singapura selama dua tahun setelah lulus kuliah S1. Sejak kecil saya sudah bercita-cita untuk bekerja dan tinggal di luar negeri untuk mengembangkan diri serta mencari kebahagiaan.
Pencarian kerja di Jerman, saya cari sendiri melalui internet, tanpa menggunakan agen atau koneksi. Awalnya saya melamar kerja di berbagai negara di eropa. Menyadari keterbatasan saya yang tidak fasih dalam bahasa eropa apa pun dan tentunya bukan warga Uni Eropa, lowongan yang ada pun lebih sempit.
Namun di zaman global citizen ini, saya yakin kesempatan sebenarnya makin banyak. Karena itu, saya melamar pekerjaan di eropa, khususnya Jerman, dengan mencoba berbagai strategi.
Target perusahaan
Karena saya hanya bisa fasih bahasa inggris dan ingin bekerja di lingkungan yang beragam, saya mencari perusahaan yang berbasis internasional. Banyak start-up atau perusahaan teknologi yang menjunjung keberagaman dan menerima talent internasional. Di Jerman sendiri, Berlin terkenal sebagai kota yang memiliki banyak expatriat dan headquarter perusahaan teknologi di Eropa. Lebih bagus lagi kalau perusahaan itu juga mau membantu proses relokasi. Bekerja di perusahaan yang memiliki pegawai yang berasal dari berbagai budaya membuat saya tidak merasa menjadi minoritas dan dengan mudah bersosialisasi dengan kolega.
Platform lowongan
Sejak saya sign up di beberapa job portal, selain tentunya saya mendapatkan banyak informasi lowongan, saya juga sering dihubungi oleh headhunter/recruiter. Headhunter bisa menemukan profil saya dengan mudah melalui job portal, sehingga saya pun sering mendapat tawaran tanpa saya harus melamar terlebih dahulu. Job portal yang saya gunakan adalah monster.com, Glassdor, Indeed, dan JobsDB.
Perbaiki Profile LinkedIn
Memiliki profile LinkedIn yang terkini dan berisi menurut saya penting ketika mencari kerja.
a. Koneksi profil HR/Talent Acquisition
Ketika sudah tahu mau melamar perusahaan yang mana, biasanya saya juga cari tahu Talent Acquisition yang berkaitan atau manager posisi yang ingin dilamar. Jika mereka ingin mencari talent di LinkedIn, kalau kata kunci sesuai dengan profilmu, kamu akan muncul paling atas karena sudah terkoneksi.
b. LinkedIn Premium
Beberapa keuntungan dari fitur premium ini adalah bisa mengirim pesan pada orang-orang yang belum terkoneksi dan melihat posisi kita diantara pelamar yang lain (contohnya apakah kita top 25%, skill apa saja yang pelamar lain punya). Saya hanya pakai fitur ini kalau sedang aktif mencari kerja untuk mengirim pesan pada Talent Acquisition/Manager untuk menyatakan ketertarikan pada suatu lowongan.
Kostumisasi Aplikasi Lamaran
a. CV/Resume
Dokumen ini adalah dokumen yang paling krusial, oleh karena itu saya akan memberikan tips yang mendalam.
Pada umumnya, sebaiknya satu halaman saja dengan pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan yang di lamar, ditulis dengan concise, mudah dibaca, dan tentunya tidak typo. Kalau punya banyak prestasi atau deskripsi yang lebih banyak, jabarkan lebih lengkap di LinkedIn. Tentunya sisipkan link LinkedIn-mu dalam CV.
b. Job Description
Saya benar-benar merasakan perbedaan respon lamaran setelah saya kostumisasi CV saya dengan lebih spesifik dan concise satu halaman. Awalnya saya hanya kostumisasi deskripsi pekerjaan sesuai posisi yang mau saya lamar, saya kategorikan CV saya dalam beberapa kategori, misalnya CV untuk role Digital Marketing, Project Management, dan Business Intelligence. Sehingga untuk setiap pekerjaan yang berkaitan dengan kategori tersebut, CVnya sama. Namun, setelah menyadari masih belum banyak respon, saya semakin meningkatkan kustomisasi hingga memiki kata kunci semirip requirement yang mereka cari. Tentunya sesuai dengan pengalaman sendiri ya. Walaupun kostumisasi ini cukup melelahkan, tapi tingkat respon lebih meningkat pesat.
c. Desain
CV saya sendiri saya desain dengan template kreatif. Saya mendapatkan inspirasi dari berbagai sumber seperti Pinterest, sehingga saya memiliki desain sendiri, agar saya mudah terlihat 'stand out' dibanding pelamar yang lain. Sebenarnya desain CV juga tergantung perusahaan itu sendiri. Kalau melamar di perusahaan konsultan atau investasi, mungkin lebih baik CV yang formal. Namun karena saya fokus ke perusahaan teknologi yang banyak anak muda, sepertinya CV dalam bentuk ini sudah lumrah.
d. Cover Letter
Cover letter juga sangat penting untuk melamar pekerjaan di Jerman atau Eropa. Dalam dokumen ini, saya deskripsikan bagaimana pengalaman saya dapat berkontribusi untuk jabatan yang saya lamar. Serta bagaimana kepribadian dan ketertarikan saya sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung perusahaan. Oleh karena itu, saya harus melakukan penelitian kecil pada setiap perusahaan yang saya lamar.
Proses Melamar
a. Terbuka dengan relasi/kolega ketika ingin posisi baru
Ketika mengobrol dengan teman-teman, tak perlu sungkan untuk terbuka sedang mencari lowongan. Bahkan tak perlu sungkan juga dengan kolega di tempat kerja sekarang. Mungkin tergantung budaya perusahaan juga. Sebelumnya di kantor lamaku, manager saya terbuka kalau saya berminat cari posisi lain. Di Indonesia mungkin ini masih sensitif. Namun karena saya terbuka dengan orang lain, banyak sekali yang merekomendasikan lowongan dan mau membantu menghubungkan saya dengan hiring manager di dalam perusahaan yang sama atau perusahaan lain.
b. Menghubungi Talent Acquisition/Hiring Manager via LinkedIn
Selain terbuka dan bertanya pada relasi yang kita kenal, kita juga bisa langsung menyatakan keterbukaan pada Talent Acquisition/Hiring Manager potensial melalui LinkedIn. Disaat ini lah connect dengan orang-orang baru atau fitur premium di LinkedIn sungguh berguna. Saya sudah berkali-kali mengirimkan pesan dengan dua pendekatan. Pertama, jika menemukan posisi yang ingin dilamar dan tahu siapa Talent Acquisition/Managernya tapi tidak tahu emailnya, saya mengirimkan lamaran melaui pesan di LinkedIn. Kedua, jika saya tertarik bekerja di suatu perusahaan namun tidak menemukan posisi yang sesuai, saya tetap coba menghubungi salah satu pegawai yang relevan untuk mengenalkan diri dan menyatakan sedang terbuka untuk posisi baru yang berkaitan dengan bidang orang yang kita hubungi tersebut. Tidak semua orang mau membalas, namun saya lumayan mendapatkan respon hingga berlanjut ke tahap selanjutnya.
c. Melamar melalui website perusahaan
Saya banyak menemukan lowongan dari LinkedIn dan job portal, pekerjaan sekarang di Jerman pun ditemukan melalui LinkedIn. Tapi jika saya tidak tahu kontak siapa pun yang terkait dengan lowongan, saya lebih memilih melamar langsung di website perusahaan daripada website pihak ketiga. Dari ratusan aplikasi yang saya kirimkan, response rate aplikasi melalui website perusahaan jauh lebih tinggi daripada melalui job portal.
d. Jangan lupa follow-up!
Jika melamar melalui email atau kontak dengan seseorang, setelah 1-2 minggu tidak ada jawaban, jangan sungkan follow-up. Saya bisa mempercepat proses seleksi kerja setelah mendapat panggilan pertama karena rajin follow up sekitar seminggu dari kontak terakhir.
Saya sudah melamar pekerjaan di Jerman dan negara eropa lainnya saat saya masih di Singapura. Proses seleksi dan interview yang saya jalani dari beberapa perusahaan Jerman dilakukan hanya melalui Skype.
Untuk pekerjaan saya sekarang, prosesnya memakan waktu satu bulan sejak saya melamar melalui website perusahaan. Pertama, Talent Acquisition menghubungi saya untuk melakukan tes koding SQL. Lalu seminggu kemudian saya follow up dan dinyatakan lulus ke tahap selanjutnya untuk interview dengan HR.
Saat itu saya memiliki kasus spesial dimana sudah mendapatkan tawaran lain namun saya kurang suka pekerjaannya dan diberi beberapa waktu untuk memberi jawaban. Waktu itu cukup dilematis, namun HR perusahaan saya ini mau berkooperasi dengan saya untuk mempercepat proses interview dengan manager dan kemudian kepala departemen. Semua interview dilakukan melalui telepon dan Skype dengan bahasa inggris. Akhirnya proses interview pun selesai dalam seminggu dan beberapa jam kemudian saya dinyatakan diterima. Hal yang dapat saya petik dari pengalaman saya mencari kerja adalah harus proaktif!
Lalu bagaimana rasanya bekerja di perusahaan teknologi di Berlin? Budaya perusahaanku sendiri bisa dibilang bukan budaya Jerman, sudah sangat beragam dan internasional. Bahkan orang Jerman pun minoritas. Sehari-hari di kantor saya hanya berbahasa inggris. Bidang pekerjaan cukup berat, namun suasana bekerja cukup santai. Kami tidak dibebani banyak pekerjaan dan memiliki lingkup yang jelas yang didefinisikan setiap kuartal. Sementara kehidupan sehari-hari di Berlin juga bisa menggunakan bahasa inggris, kecuali yang berkaitan dengan birokrasi.
Begitulah perjalanan pencarian kerja yang saya lalui sampai bisa bekerja di Jerman, tanpa harus berada di Jerman terlebih dahulu dan tidak perlu bisa berbahasa Jerman. Prosesnya tidak sederhana, namun jika memang ingin meraih suatu target, harus mau berjuang dan tidak mudah menyerah.
*Wahyu Asri Kusumawardani adalah gadis asal Bogor yang kini merintis karir dalam bidang Business Intelligence di Delivery Hero, Berlin.
** DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan satu foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri.