Cat-sitter: Main dengan Kucing Jadi Pekerjaan
29 April 2025
Di sore yang gerah di Jakarta Utara, suara mengeong bersahutan dari dalam kamar indekos di Cilincing. Dalam sepetak kamar berukuran kurang lebih 3x3 meter persegi ada empat ekor kucing. Salah satu kucing bernama Kare menggeliat manja di kaki seorang perempuan muda bernama Nita Agustina. Sementara tiga kucing lainnya, terlihat acuh tak acuh saat melihat Nita datang.
"Karakter kucing memang beda-beda, ada yang nempel kaya Kare. Ada juga yang enggak suka dipegang. Jadi memang pendekatannya akan berbeda,” jelas Nita mengisahkan binatang berbulu itu.
Nita bukan pemilik kucing-kucing itu. Ia juga bukan dokter hewan. Nita adalah seorang cat sitter atau pengasuh kucing profesional. Pekerjaan yang masih jarang terdengar.
Dari hobi jadi pekerjaan idaman
Selama sepekan, keempat kucing itu ditinggal pemiliknya ke luar kota. Jasa Nita pun dibutuhkan untuk setiap hari menengok Kare dan anabul lainnya. "Kadang para pemilik hewan takut kucingnya kesepian kalau ditinggal pergi. Ada juga kucing yang mengeong terus kalau ditinggal, jadi mereka panggil kami cat-sitter buat ajak main,” kata Nita membagikan kisahnya merawat kucing kepada DW Indonesia.
Menurut survei Rakuten Insight (2021), kucing menjadi hewan peliharaan favorit 47% masyarakat. Euromonitor memprediksi ada 4,8 juta ekor kucing dipelihara di Indonesia. Jadi tak heran, jika profesi ini menarik minat para pencinta hewan, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta.
Bagi Nita, profesi pengasuh kucing tak hanya sekadar mengajak binatang lucu itu bermain. Ia juga berperan sebagai perawat kucing. Tugasnya mencakup memberi makan, membersihkan alat makan, dan membersihkan kotoran. Namun, tak hanya itu, Nita juga harus memahami kondisi fisik kucing.
"Jadi tidak cuma menjaga kucing saja, kita harus tahu apakah ada perubahan dari karakter kucing? Apakah kupingnya hangat? Kalau ada perubahaan kita bisa laporkan ke pemiliknya,” jelas Nita.
Meski baru menjalani profesi sebagai cat sitter kurang dari setahun, Nita mengaku sudah menerima banyak pelanggan, mulai dari daerah Jakarta Utara hingga ke Bekasi. Ia terbantu dengan adanya platform digital yang menghubungkan antara pengasuh kucing dengan pemilik kucing.
Profesi ideal: Jam kerja fleksibel dan suka kucing
Pengasuh kucing itu awalnya hanya ingin mencari kegiatan sambil mengisi waktu luangnya sebagai ibu rumah tangga. Ia sempat bekerja paruh waktu di sejumlah tempat, namun baginya menjadi cat sitter menjadi pekerjaan ideal karena waktu kerjanya lebih fleksibel, ditambah lagi di rumah, dia juga sudah lama memelihara kucing.
Pilihan Nita mencerminkan kecenderungan yang terjadi secara luas. Menurut survei JobStreet (2021), 56% tenaga kerja di Indonesia menginginkan sistem kerja yang fleksibel. Tapi apakah profesi ini cukup menjanjikan secara finansial?
Berkaca pada pengalaman Nita, dalam sehari ia bisa bekerja untuk tiga pelanggan yang tersebar di area Jakarta Utara dan Bekasi. Para pemilik kucing biasanya menggunakan jasa home care, dengan waktu kerja mulai dari 4 jam sehari dan bayarannya sekitar Rp60 ribu. Namun, jika dibutuhkan kucing juga bisa diinapkan di rumah si cat sitter.
Nita tidak memungkiri bahwa saat ini pekerjaan sebagai cat sitter belum bisa sepenuhnya menjadi sumber penghasilan utama. "Kalau buat menutupi biaya hidup, belum cukup. Hanya tambahan saja,” ujarnya.
Kenapa bermunculan pekerjaan unik?
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Ida Ruwaida, menyebut fenomena pekerjaan seperti cat sitter bukan fenomena baru. Profesi ini menjadi bagian dari struktur dunia pekerjaan di Indonesia. Menurut Ida, teknologi menjadi faktor utama yang menyebabkan munculnya berbagai jenis pekerjaan yang dianggap baru. Ini tak terlepas dari semakin menyempitnya peluang pekerjaan formal.
"Dulu orang memilih pekerjaan yang secure dan lebih terproteksi, sehingga orang mencari pekerjaan formal. Tapi di ekonomi digital saat ini, pekerjaan dalam jangka pendek dan fleksibilitas waktu dan lokasi bermunculan, ditambah didorong munculnya pihak penyedia platform, sehingga pekerjaan informal semakin banyak dicari,” papar Ida.
Meski demikian, karakter generasi muda saat ini yang relatif tidak mau terikat serta menolak bila pekerjaan tersebut terlalu banyak tuntutan, dianggap turut berkontribusi memunculkan pekerjaan-pekerjaan alternatif di sektor informal.
Di tengah dunia kerja yang semakin kompetitif dan menuntut banyak hal, pekerjaan seperti penjaga kucing dianggap menawarkan sesuatu yang berbeda, yakni kendali atas waktu sembari menyalurkan kecintaan pada hewan.
"Kucing adalah hewan yang lucu dan bisa memahami kita. Kalau saya sedih biasanya kucing saya datang mendekat, tanpa pamrih. Jadi, siapa yang tidak mau menjaga kucing sambil dibayar, kan?” tutup Nita sambil tertawa.
Editor: Tonggie Siregar