Riset teranyar mencatat lebih dari separuh pengungsi di Jerman bisa bekerja setelah enam tahun menetap. Namun pendapatan mereka masih berada di bawah rata-rata. Usia diklaim berperan penting dalam menentukan besaran upah
Iklan
Bagi Herbert Brücker dari Institut Penelitian Pasar Tenaga Kerja (IAB) di Jerman, hasil riset tersebut tetap ditanggapi secara positif. Lebih dari separuh pengungsiyang terlibat dalam jajak pendapat mengaku telah bekerja.
"Pada 2015 lalu kita berpikir, kalau dalam lima atau enam tahun kuota pengungsi yang bekerja mencapai 50 persen, maka itu sudah bisa dikatakan sangat sukses. Tahun 2021, meski adanya pandemi Covid-19, angkanya berada di kisaran 54 persen. Jadi jumlahnya melampaui harapan,” ujar Brücker.
"Di kalangan pengungsi yang sudah menetap selama tujuh atau delapan tahun di sini, angkanya bahkan mencapai 62 persen. Persentase ini hanya berkisar 10 sampai 12 persen di bawah rata-rata persentasae yang berkerja di kalangan penduduk Jerman.”
Profesi yang Dicari di Jerman
Jerman kekurangan tenaga kerja di sektor-sektor tertentu. Sehingga kini Jerman berusaha rekrut dari negara-negara di luar Uni Eropa. Pemerintah dan para pemimpin bisnis sudah capai kesepakatan. Berikut enam di antaranya.
Foto: imago/Westend61
Pekerja bidang metalurgi
Untuk menambah pekerja di bidang ini, pemerintah membuat rencana untuk mengurangi birokrasi sehingga Jerman tampak lebih menarik bagi pekerja dari luar negeri.
Foto: Imago Images/photothek/T. Trutschel
Insinyur bidang listrik
Selain itu, para pemimpin bisnis juga setuju akan membantu para pekerja yang datang dari luar negeri untuk bisa berbahasa Jerman, mencari tempat tinggal yang sesuai, dan membantu melalui sulitnya birokrasi.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
Perawat di rumah sakit
Pekerjaan ini kerap melibatkan tekanan tinggi terhadap pekerja, ditambah lagi stres karena mengurus orang sakit. Dalam kesepakatan yang dicapai pemerintah Jerman dan para pemimpin bisnis, pekerja dari luar negeri juga akan mendapat kemudahan mengurus izin tinggal di Jerman serta dapat segera mulai bekerja.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Karmann
Perawat lanjut usia
Seperti halnya perawat orang sakit, perawat lansia juga kerap mengalami stres berat, apalagi jika orang lanjut usia yang diurus juga menderita sakit. Untuk mempermudah pekerja yang berminat datang dan mulai bekerja di Jerman, kualifikasi dari negara lain akan mendapat pengakuan lebih mudah.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Charisius
Ilmuwan komputer
Ilmuwan bidang komputer dan pengembang piranti lunak juga termasuk profesi yang jumlahnya sedikit di Jerman. Menteri Perekonomian Jerman, Peter Altmaier mengatakan, perekonomian Jerman bisa lebih berkembang lagi, jika punya lebih banyak pekerja yang handal di bidangnya.
Foto: picture-alliance/dpa/Bildfunk/C. Gateau
Juru masak
Ternyata Jerman juga kekurangan juru masak handal. Untuk menutupi kekurangan di bidang ini dan bidang-bidang lain, pemerintah sudah berusaha untuk menarik pekerja berkualifikasi antara lain dari Meksiko, Filipina, Brazil, India, serta Vietnam. (Sumber: AFP, dpa, AP; Ed.: ml/rap)
Foto: imago/Westend61
6 foto1 | 6
Tingginya tingkat pendidkan
Dalam studinya, IAB fokus pada pengungsi yang tiba di Jerman antara tahun 2013 dan 2019. "Jumlah total respondennya mencapai 10.111 orang dan jajak pendapat dilakukan pada kelompok usia 18 hingga 64 tahun,” demikian menurut lembaga riset itu.
Iklan
Selain banyaknya kuota pengungsi yang bekerja, studi IAB juga mengungkap tingkat pendidikan yang relatif tinggi. Sepertiga pengungsi tercatat melanjutkan pendidikan di universitas atau lembaga vokasi.
Menurut jajak pendapat, sebanyak 70 persen pengungsi menjalankan profesi yang menuntut kualifikasi spesifik, yang hanya bisa didapat melalui pendidikan vokasi atau sekolah tinggi.
Meski begitu, sebanyak 41 persen responden mengaku harus bekerja di bawah level kualifikasinya di negara masing-masing. Adapun 12 persen responden sebaliknya mendapat pekerjaan di atas level kualifikasi profesi yang sebelumnya mereka miliki.
Salah satu peneliti IAB, Yuliya Kosyakova, menganggap hasil riset tersebut sebagai jawaban atas krisis kelangkaan tenaga kerja di Jerman. "Mereka sudah ada disini, siap bekerja dan sangat termotivasi,” kata dia kepada Reuters.
Segudang Pelajaran untuk Menjadi Koki di Jerman
Selain bekerja praktik di restoran, siswa Ausbildung jurusan Gastronomi juga memiliki tuntutan akademis di sekolah. Pelajaran teori yang diberikan pun sangat beragam. Tujuannya untuk menghasilkan koki berstandar tinggi.
Foto: DW/Yusuf Pamuncak
Tidak sekadar memasak
Memasak bukan satu-satunya persyaratan menjadi seorang koki profesional di Jerman. Segudang bidang ilmu yang lain pun harus dipelajari agar dapat memastikan sebuah restoran berjalan dan menghasilkan sajian yang berkualitas. Maka dari itu, Jerman memiliki sekolah vokasi atau Ausbildung untuk beberapa profesi spesifik seperti perhotelan, perawat dan juga juru masak.
Foto: DW/Yusuf Pamuncak
Mengenali bahan makanan dari seluruh dunia
Sebagai siswa Ausbildung Gastronomi, Anggra Rifani Rahman mendapatkan banyak tugas dari sekolahnya. "Tugasnya macam-macam. Kadang kita harus mengenal jenis-jenis sayuran dan buah-buahan dari seluruh dunia, bagaimana cara mencampurkan berbagai jenis bahan makanan, juga bagaimana bekerja dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan di dapur," katanya.
Foto: DW/Yusuf Pamuncak
Belajar ilmu gizi untuk hasilkan kuliner berkualitas
Selain itu Anggra juga diajarkan ilmu gizi agar dapat menghasilkan sajian sehat yang berkualitas tinggi. Ilmu gizi penting dipelajari agar dapat mengetahui apakah sebuah makanan layak diproduksi dan dikonsumsi. "Karena di sebuah restoran biasanya makanan tidak dibuat hari itu juga, ada juga bahan-bahan yang dibuat beberapa hari sebelumnya," ujarnya.
Foto: DW/Yusuf Pamuncak
Ada pelajaran eksakta juga
"Dalam memasak juga ada matematikanya. Contohnya bila kita mengolah daging, kita harus menghitung nilai susut daging. Kita musti mengalkulasikan sejak awal, berapa porsi dapat disajikan dari sejumlah kilogram daging. Hal tersebut dilakukan agar dapat memperhitungkan keuntungan yang didapat restoran," tandasnya. Seorang koki juga diajarkan menghitung pajak bisnis.
Foto: DW/Yusuf Pamuncak
Kebersihan nomor satu
Pelajaran yang tak kalah penting adalah bagaimana menjaga kebersihan dapur. Higienitas di restoran-restoran di Jerman sangat krusial. Dinas Kesehatan dapat setiap waktu menutup sebuah restoran bila kedapatan memiliki dapur yang kotor atau menyajikan makanan dan minuman yang menyebabkan penyakit. "Kita diajarkan bagaimana merawat sebuah restoran beserta dapurnya," kata Anggra. (Ed:na)
Foto: DW/Yusuf Pamuncak
5 foto1 | 5
Level pendapatan lebih kecil
Hampir dua pertiga atau sekitar 65 persen pengungsi, yang telah menetap selama enam tahun, mengaku bekerja penuh waktu. Angka pendapatan rata-rata para pengungsi tercatat meningkat dari 1.660 Euro, di dua tahun pertama setelah kedatangan, menjadi 2.037 di tahun keenam.
Pengungsi juga mencatatkan jam kerja mingguan dan rata-rata upah per jam yang lebih tinggi, kata Herbert Brücker yang mengepalai bidang penelitian migrasi, integrasi dan pasar kerja internasional.
"Saat ini kita mencatat pendapatan rata-rata pekerja tetap sebesar 2.000 Euro per bulan,” kata dia, sembari mengakui, bahwa jumlah tersebut hanya "mencapai 60 persen dari pendapatan dan upah rata-rata warga Jerman.”
Menurutnya, salah satu alasan di balik ketimpangan tersebut adalah kisaran usia para pengungsi yang berada jauh di bawah rata-rata usia pekerja warga Jerman.
"Di pasar tenaga kerja Jerman, seseorang akan menghasilkan banyak uang jika dia berusia lebih tua, dibandingkan jika masih berusia muda.”
Pada kelompok usia 18 sampai 25 tahun, Brücker menyimpulkan rata-rata upah para pengungsi mencapai 75 persen dari kisaran upah warga Jerman di rentang usia yang sama. "Di sini jarak ketimpangannya tidak terlampau besar dan akan menjadi setara seiring waktu,” pungkasnya.