RI-Cina Kerja Sama Maritim di Tengah Klaim Laut Cina Selatan
12 November 2024
Indonesia tegaskan tidak mengakui klaim Cina atas Laut Cina Selatan, pada Senin (11/11). Pernyataan ini dipaparkan meskipun Indonesia telah menandatangani kesepakatan pengembangan maritim dengan Beijing.
Iklan
Kesepakatan maritim Indonesia dan Cina dikhawatirkan berisiko mengorbankan hak kedaulatan Indonesia di tengah konflik Laut Cina Selatan, papar sejumlah analisis.
Beijing telah lama berselisih dengan negara-negara Asia Tenggara terkait Laut Cina Selatan, yang hampir seluruhnya diklaim Cina berdasarkan "sembilan garis putus-putus" pada peta lama mereka, yang masuk ke zona ekonomi eksklusif (ZEE) beberapa negara.
Kesepakatan bersama dengan Cina di perairan strategis ini selama bertahun-tahun menjadi sensitif, karena beberapa negara khawatir perjanjian tersebut dapat dianggap sebagai pengakuan atas klaim luas Cina.
Pada 2016, tribunal arbitrase menyatakan bahwa klaim Cina, berdasarkan peta lamanya, tidak memiliki dasar hukum internasional. Namun, keputusan itu tidak diakui oleh Cina.
Kesepakatan maritim Indonesia dengan Cina ini dikeluarkan akhir pekan lalu selama kunjungan Prabowo Subianto ke Beijing. Prabowo menyebutkan bahwa kedua negara telah "mencapai pemahaman bersama yang penting tentang pengembangan bersama di wilayah dengan klaim yang tumpang tindih."
Jurus Cina Bungkam Brunei dalam Konflik Laut Cina Selatan
Brunei yang sedang mengalami resesi membutuhkan aliran dana investasi dan mendapati Cina sebagai juru selamat. Namun pertautan kedua negara bukan tak beriak. Beijing mengharapkan balasan yang setimpal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Han Guan
Akhir Kejayaan Minyak
Selama berpuluh tahun warga Brunei menikmati kemakmuran tak berbatas berkat produksi minyak berlimpah. Namun kemakmuran tersebut tidak bertahan lama. Pasalnya cadangan minyak Brunei bakal pupus dalam dua dekade ke depan. Negeri kesultanan itu pun dilanda resesi sejak tiga tahun terakhir dan terpaksa memangkas berbagai subsidi.
Foto: picture-alliance/dpa
Resesi Tanpa Henti
Tidak heran jika laju pertumbuhan ekonomi Brunei merangkak di kisaran 0,6% pada 2016 silam dan bahkan anjlok menjadi minus 2,7% pada 2017. Pondasi ekonomi yang terlalu bergantung pada pemasukan dari sektor migas menjadi petaka ketika harga minyak dunia menukik tajam sejak beberapa tahun terakhir.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Ekonomi Terpusat di Ujung Hayat
Menurut analis pasar tenaga kerja, warga Brunei cendrung menginginkan pekerjaan di pemerintahan, perusahaan pelat merah atau industri minyak. Tapi justru ketiganya sedang babak belur. Akibatnya angka pengangguran meroket tajam. Kondisi ini memaksa Sultan Hassanal Bolkiah mencari sumber duit baru.
Foto: picture alliance/landov/Z. Jie
Cina Menggeser Arab
Biasanya Brunei melirik negara-negara Arab untuk mencari investasi. Namun kali ini Sultan Hasanah Bolkiah melirik poros ekonomi baru dan mendapati Cina sebagai juru selamat. Sejak beberapa tahun terakhir Beijing aktif menyuntikkan dana untuk perekonomian Brunei yang tengah lesu.
Foto: Imago/Xinhua/J. Wong
Gerbang Investasi
Ketika Citibank hengkang setelah mengawal investasi asing untuk Brunei selama 41 tahun, Bank of China justru membuka cabang di Bandar Seri Begawan. Kehadiran bank pelat merah itu diharapkan menjadi pintu masuk aliran dana investasi langsung dari Tiongkok. Sejauh ini Cina telah menginevatasikan 4,1 miliar USD di Brunei.
Foto: Getty Images/AFP/M. Ralston
Berharap Pada Duit Tiongkok
Investasi Cina mencakup berbagai sektor, mulai dari industri pertanian dan makanan, energi dan perikanan. Menurut klaim pemerintah, aliran dana investasi dari Tiongkok akan menciptakan 1.600 lapangan kerja baru dan menopang sekitar 5.000 lapangan kerja di sektor pendukung seperti logistik dan perbankan.
Foto: Fotolia/philipus
Pertaruhan Bolkiah di Utara
Pertautan itu bukan tak beriak. Sultan Bolkiah banyak membisu ihwal konflik di Laut Cina Selatan. Sikap gamang Brunei dinilai merupakan hasil dari strategi Cina mendekati negara kecil di ASEAN terkait klaim teritorial Beijing. Padahal kawasan laut yang diperebutkan diyakini mengandung cadangan energi dalam jumlah besar, sesuatu yang dibutuhkan Brunei buat menjamin kemakmuran warganya di masa depan
Tajam Diplomasi Xi
Sejak Xi Jinping memegang jabatan Sekretaris Jendral PKC 2012 silam, Beijing aktif menggunakan 'diplomasi buku cek' terhadap negara-negara ASEAN untuk mengamankan klaimnya di Laut Cina Selatan. Selain Brunei, Cina juga aktif menanam investasi di Malaysia, Laos dan Kamboja. Harapannya dengan meningkatnya kebergantungan ekonomi, ASEAN akan sulit menyatukan suara dalam konflik Laut Cina Selatan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Han Guan
8 foto1 | 8
Klaim Cina tidak memiliki dasar hukum
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia berulang kali menyatakan bahwa Indonesia bukanlah negara pengklaim di Laut Cina Selatan dan tidak memiliki yurisdiksi yang tumpang tindih dengan Cina.
Iklan
Kemlu RI mengatakan posisinya tidak berubah dan perjanjian tersebut tidak akan berdampak pada hak kedaulatannya.
"Indonesia menegaskan kembali posisinya bahwa klaim (Cina) tersebut tidak memiliki dasar hukum internasional," demikian pernyataan kementerian tersebut.
"Kemitraan ini tidak berdampak pada kedaulatan, hak berdaulat, atau yurisdiksi Indonesia di Laut Natuna Utara."
Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan bahwa klausul tersebut "menjelaskan konsensus politik dan arah kerja sama antara kedua belah pihak tentang pengembangan bersama di wilayah maritim yang diklaim oleh kedua negara."
Juru bicara kementerian, Lin Jian, mengatakan bahwa Indonesia dan Cina akan lebih mengeksplorasi topik seperti konten dan mode kerja sama, menambahkan bahwa ada dasar sejarah untuk klaim Laut Cina Selatan Cina dan bahwa konsensus ini akan menguntungkan kedua belah pihak.
Garis berbentuk U milik Cina, berdasarkan peta lamanya, dimulai dari tengah Vietnam dan melintasi perairan di dekat Kepulauan Natuna Indonesia, lebih dari 1.000 km di selatan Pulau Hainan.
Garis tersebut memotong ZEE dari Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam, serta dipatroli oleh armada penjaga pantai Cina yang dituduh oleh negara-negara tetangga bersikap agresif dan berusaha mengganggu aktivitas energi dan perikanan.
Cina biasanya mengatakan bahwa kapalnya mencegah kegiatan illegal di wilayahnya.
Latgab Militer ASEAN Pertama
01:00
Apa isi kesepakatan maritim Indonesia-Cina?
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan bahwa kesepakatan ekonomi tentang isu maritim dengan Cina mencakup perikanan dan konservasi ikan, dan berharap hal ini akan menjadi model untuk menjaga perdamaian dan persahabatan.
Namun, beberapa analis Indonesia mengatakan penandatanganan perjanjian semacam itu dapat memiliki dampak negatif dan diartikan sebagai perubahan sikap Indonesia pada isu klaim Laut Cina Selatan.
"Jika kita merujuk pada pernyataan resmi bersama, itu berarti kita mengakui klaim yang tumpang tindih," kata analis maritim Aristyo Rizka Darmawan, seraya menambahkan bahwa hal ini dapat mengorbankan hak berdaulat Indonesia untuk mengeksploitasi sumber daya di ZEE-nya.
Indonesia mungkin telah menandatangani perjanjian tersebut dengan maksud untuk meningkatkan hubungan ekonomi, tambahnya.
Klaus Heinrich Raditio, seorang dosen politik Cina, mengatakan bahwa Indonesia tidak pernah memiliki klaim yang tumpang tindih dan inklusi klausul ini dalam pernyataan bersama adalah "tidak tepat".
"Pernyataan bersama ini mempertaruhkan kepentingan nasional kita," katanya, seraya menambahkan bahwa hal ini masih bisa dinegosiasikan ulang.
Kekuatan Laut Negara yang Bertikai di Laut Cina Selatan
Sebanyak 7 negara terlibat dalam konflik teritorial di Laut Cina Selatan, termasuk juga Indonesia. Tapi sebesar apa kekuatan angkatan laut masing-masing negara yang bertikai?
Cina setidaknya memiliki satu kapal induk, yakni Liaoning, dan berniat membangun satu kapal induk lain, Warjag. Selain itu negeri tirai bambu ini juga menguasai 57 kapal selam, 78 kapal fregat dan kapal perusak , 27 korvet, 180 kapal patroli, 52 kapal pendarat dan 523 kapal penjaga pantai. Secara umum Angkatan Laut Cina memiliki 235.000 pasukan yang terbagi dalam tiga armada.
Foto: Reuters/Stringer
Singapura
Meski negara pulau, angkatan laut Singapura hanya memiliki 3.000 pasukan yang bertugas mengamankan wilayah perairan dari perompak. Secara umum negeri jiran ini menguasai 4 kapal selam, 6 kapal fregat dan kapal perusak, 6 kapal korvet, 29 kapal patroli dan 102 kapal penjaga pantai.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Drake
Thailand
Meski tidak terlibat konflik secara langsung, posisi Thailand turut dipertimbangkan dalam konflik Laut Cina Selatan. Beranggotakan 44.000 tentara, angkatan laut negeri gajah putih ini memiliki satu kapal induk helikopter buatan Spanyol, HTMS Chakri Naruebet, 9 kapal fregat dan perusak, 7 kapal korvet, 77 kapal patroli, 2 kapal pendarat dan 94 kapal penjaga pantai.
Foto: Ponchai Kittiwongsakul/AFP/Getty Images
Filipina
Dari semua negara, angkatan laut Filipina dengan 24.000 personil termasuk yang paling lemah, terutama jika mempertimbangkan posisinya dalam konflik di Laut Cina Selatan. Jiran di utara ini hanya memiliki 4 kapal fregat buatan Amerika Serikat, 10 unit korvet yang sebagian sudah menua, 66 kapal patroli, 4 kapal pendarat dan 72 kapal penjaga pantai.
Foto: Reuters/Maritime Staff Office of the Defense Ministry of Japan
Vietnam
Vietnam banyak membenahi kekuatan angkatan lautnya sejak beberapa tahun terakhir. Kini angkatan laut Vietnam yang beranggotakan 40.000 serdadu memiliki 7 kapal selam anyar kelas Kilo buatan Rusia, 2 kapal fregat, 7 kapal korvet, 61 kapal patroli, 8 kapal pendarat tank dan 78 kapal penjaga pantai.
Foto: picture-alliance/Russian Look
Indonesia
Belakangan Jakarta meningkatkan pengamanan di perairan Natuna. Saat ini Indonesia adalah kekuatan terbesar kedua setelah Cina dalam konflik di Laut Cina Selatan. TNI AL saat ini memiliki 2 kapal selam, 12 kapal fregat dan perusak, 27 korvet, 64 kapal patroli, 19 kapal pendarat tank dan 43 kapal penjaga pantai. Namun begitu usia armada laut Indonesia juga tergolong yang paling tua di kawasan.
Foto: AFP/Getty Images/J. Kriswanto
Malaysia
Kekuatan angkatan laut Malaysia yang berkekuatan 14.000 personil hampir menyaingi Indonesia. Selain 2 kapal selam anyar buatan Spanyol, Malaysia juga memiliki 10 kapal fregat atau perusak, 4 kapal korvet buatan Jerman, 33 kapal patroli dan 317 kapal penjaga pantai. (rzn/hp - sumber: IISS, SIPRI)
Foto: Getty Images/R. Roslan
7 foto1 | 7
Prabowo pilih kolaborasi daripada konfrontasi
Dalam kunjungannya ke Cina, Prabowo menyerukan kolaborasi daripada konfrontasi dengan Cina. Hal ini Prabowo sampaikan setelah penandatanganan kesepakatan senilai $10 miliar (sekitar Rp155 triliun) pada forum bisnis di Beijing, sebelum menuju ke AS.
Prabowo Subianto mengatakan di forum tersebut bahwa Indonesia ingin menjadi bagian dari kebangkitan Cina, tidak hanya sebagai kekuatan ekonomi tetapi juga sebagai "kekuatan peradaban".
"Kita harus memberi contoh bahwa di era modern ini, kolaborasi, bukan konfrontasi, adalah jalan menuju perdamaian dan kemakmuran," katanya.
Prabowo dan Xi Jinping sepakat untuk memperdalam hubungan, dengan menjadikan keamanan sebagai "pilar" kelima kerja sama selain politik, ekonomi, maritim, dan pertukaran antar Masyarakat pada Sabtu lalu (9/11). Kedua negara sepakat untuk mengadakan pertemuan pertama antara menteri luar negeri dan pertahanan pada 2025, menurut pernyataan bersama.
"Indonesia sangat jelas," kata Subianto. "Kami selalu non-blok, kami selalu menghormati semua kekuatan besar di dunia."
Indonesia tetap berada di pinggiran sengketa teritorial Laut Cina Selatan antara Cina dengan negara-negara di Asia Tenggara. Meski tidak memiliki perselisihan resmi dengan Beijing, Indonesia mengatakan kapal patroli mereka berulang kali mengusir kapal penjaga pantai Cina di perairan Natuna.