1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerusuhan Setelah Pemilu di Nigeria

19 April 2011

Aksi protes meluas di bagian utara Nigeria setelah pemilu diadakan Minggu (17/04). Menurut penghitungan suara menunjukkan Presiden Goodluck Jonathan menang. Sejauh ini, kerusuhan belum berdampak pada produksi minyak.

Electoral officials count ballot papers for the presidential election in Mashi, Nigeria, Saturday, April 16, 2011. Voters in Africa's most populous nation cast ballots Saturday in a presidential poll that was largely peaceful, though there were reports of irregularities and fraud. (Foto:Sunday Alamba/AP/dapd)
Penghitungan suara di sebuah TPSFoto: dapd

Kerusuhan muncul di berbagai lokasi di bagian utara Nigeria, yang mayoritas penduduknya beragama Islam Senin kemarin (18/04). Sejumlah orang muda dilaporkan membakar mesjid, gereja dan rumah-rumah sebagai pelampiasan kemarahan, karena Presiden Goodluck Jonathan mendapat suara mayoritas dalam pemilu. Palang Merah menyatakan sejumlah orang tewas.

Jonathan Unggul

Presiden Goodluck Jonathan ketika memberikan suaraFoto: AP

Dalam putaran pertama pemilu Jonathan, yang berasal dari Delta Niger yang menjadi daerah minyak di Nigeria selatan, berhasil mengalahkan Muhammadu Buhari, seorang bekas penguasa militer dari utara. Para pengamat menyebut pemilu sebagai pemilu paling adil dalam beberapa dekade terakhir di negara Afrika yang paling padat penduduknya tersebut. Tetapi para pendukung Buhari menuduh partai yang berkuasa memanipulasi pemilu, dan Partai Kongres untuk Perubahan Progresif yang dipimpin Buhari menolak untuk menerima hasil penghitungan suara sejauh ini.

Hasil pemilu menunjukkan betapa terpecah-belahnya Nigeria. Buhari mendapat suara banyak di wilayah utara, sedangkan Jonathan berhasil menang di selatan, yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Menurut penghitungan terakhir, Jonathan hampir mendapat 23 juta suara, sementara Buhari hanya memperoleh sekitar 12 juta.

Korban Tewas

Muhammadu BuhariFoto: AP

Palang Merah Nigeria melaporkan jumlah orang yang tewas belum dapat dipastikan. Umar Mairiga dari Palang Merah Nigeria mengatakan kepada kantor berita Reuters, di Kaduna ia melihat sejumlah jenazah di tepi jalan. Dua ribu orang yang mengungsi ditampung di sebuah kamp militer. Pemerintah kota Kaduna kini menetapkan larangan keluar rumah selama 24 jam, setelah sejumlah orang yang melakukan protes membakar kediaman Wakil Presiden Namadi Sambo di kota Zaria. Mereka juga memaksa masuk ke penjara pusat dan membebaskan narapidana.

Jenasah seorang anak laki-laki yang tertembak di bagian dada dibawa ke sebuah pos polisi, demikian dilaporkan saksi mata. Pembakaran rumah dan toko serta jatuhnya sejumlah korban tewas juga dilaporkan dari Kano dan Gombe. Dora Ogbebor, seorang penduduk Zaria yang berasal dari bagian selatan Nigeria bercerita, orang-orang yang mengacau menghancurkan mobil dan rumah penduduk. Ia harus lari jika tidak ingin mati, dan sekarang berlindung di rumah tetangganya.

Latar Belakang Politis

Seorang perempuan Nigeria ketika memberikan suara, Sabtu (16/04)Foto: AP

Asap membumbung tinggi di sejumlah wilayah Kaduna, yang menjadi ibukota negara bagian bernama sama, karena para pemrotes membakar barikade dari tumpukan ban mobil. Aparat keamanan melepaskan tembakan ke udara dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan kelompok orang muda yang meneriakkan "Kami ingin Buhari, kami ingin Buhari".

Polisi menyatakan, kerusuhan tersebut lebih berlatar belakang politik, ketimbang etnik atau religius. 12 tahun setelah berakhirnya kekuasaan militer, militer menyatakan dukungan sepenuhnya bagi pemerintah. Sementara itu Presiden Goodluck Jonathan menyerukan semua politisi untuk berusaha mengakhiri kekerasan. Ia menekankan, tidak ada ambisi manapun dari seorang politisi, yang layak menyebabkan tumpahnya darah seorangpun warga Nigeria. Sejauh ini, penantangnya, Muhammadu Buhari belum memberikan pernyataan di depan publik.

afp/rtr/Marjory Linardy

Editor: Ayu Purwaningsih