Dalam masa jabatan keduanya, Jokowi harus lebih berani. Tidak ada lagi yang dipertaruhkan. Ia harus membenahi isu-isu HAM yang telah diabaikannya sejak 2014. Opini pemimpin redaksi DW Indonesia Vidi Legowo-Zipperer.
Iklan
Sejujurnya, kemenangan calon presiden petahana, Joko Widodo bukanlah kejutan. Semua hasil survei yang dilakukan sebelum pemilihan presiden sudah memprediksikan Jokowi sebagai pemenang.
Tapi, sejak kemenangan Donald Trump dalam pilpres Amerika Serikat pada tahun 2017, kita telah belajar untuk tidak meremehkan kekuatan para pemilih yang belum memutuskan. Selama beberapa hari terakhir kampanye, Jokowi melakukan segala cara untuk meyakinkan golongan putih alias golput agar pergi memilih.
Sebelum debat presiden terakhir, Jokowi kembali menampilkan imejnya sebagai rockstar. Di depan ratusan ribu pendukungnya di Gelora Bung Karno, penampilannya mengingatkan kembali akan sosok Jokowi lima tahun yang lalu.
Selama masa kampanye 2014 silam, Jokowi mendapat dukungan kuat pemilih milenial dan disebut oleh media asing sebagai "Barack Obama dari Indonesia." Dia dipandang sebagai perwakilan generasi muda dan orang luar yang tidak berasal dari kalangan elit pemerintahan Indonesia yang lama. Imej inilah yang membuatnya terpilih sebagai presiden Indonesia pada pilpres saat itu.
Tapi dalam pilpres kali ini, Jokowi bukan lagi sosok yang baru. Selama masa jabatan pertamanya, ia menerima banyak kritik dari para pendukungnya, karena dianggap cenderung mengakomodasi kepentingan kelompok elit.
Keputusan Jokowi untuk memilih Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden pasangannya juga mengejutkan banyak orang. Jokowi dianggap mengkompromikan nilai-nilai yang selama ini diyakininya, untuk memenangkan poin politik.
Walau demikian, kita tidak boleh menutup mata dan mengabaikan fakta, bahwa Jokowi juga mencapai sukses di banyak sektor. Dia telah berhasil menggiatkan kembali pembangunan infrastruktur yang mandeg. Tahun ini, Indonesia membuka jalur kereta bawah tanah pertama di ibu kota, Jakarta.
Ditambah lagi program Kartu Indonesia Sehat, yang disebut-sebut sebagai program pemerintahan Joko Widodo yang paling sukses dalam memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat golongan bawah.
TPS Unik Meriahkan Proses Pemungutan Suara Pada Pemilu 2019
Agar warga lebih antusias dalam memberikan suaranya pada Pemilu 2019, sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) berlomba percantik diri. DW kunjungi sejumlah TPS di tanah air.
Foto: DW/M. R. Djafar
Superhero Avengers meriahkan TPS
TPS di Kelurahan Sempidi, Kabupaten Badung, di Bali ini mengusung tema Superhero. Para superhero dari Marvel ini siap “mengamankan“ jalannya proses pemungutan suara dari belakang bilik suara. TPS ini mencatat ada sebanyak 294 peserta pemilu yang terdaftar pada Data Pemilih Tetap (DPT).
Foto: DW/K. Surya Sanjaya
Semangat berantas plastik
Panitia TPS 10 ini sengaja memgusung tema superhero sebagai pahlawan yang akan berjuang memerangi sampah plastik. Warga juga dibekali dengan tas belanja di akhir pencoblosan. Bali menargetkan kurangi sampah plastik hingga 70 persen melalui Pergub yang berlaku sejak 1 Januari 2019.
Foto: DW/K. Surya Sanjaya
Tampil maksimal dengan baju adat
TPS di Sulawesi Selatan ini makin meriah dengan lantunan lagu-lagu nasional sepanjang proses pemungutan suara. Para panitia baik wanita dan pria di TPS 04 di Kelurahan Bombongan, Tana Toraja ini juga tampil maksimal dengan baju adat Toraja. Ada sebanyak 225 DPT di TPS ini.
Foto: DW/J. Tonapa
TPS ala pengantin
Masih dari Sulawesi Selatan, panitia di TPS 03 kelurahan La’latang, Kecamatan Tallo tak mau lewatkan pesta demokrsi lima tahunan ini tanpa kehadiran pakaian adat suku Bugis. TPS juga mendapat dekorasi berupa pernak-pernik ala pengantin Bugis.
Foto: DW/N. Amir
TPS berwarna emas
Warna emas tak hanya mendominasi dekorasi, tapi juga busana panitia. Seluruh panitia pria menggunakan Songkok atau penutup kepala pria dan dilengkapi dengan sarung sutra Bugis. Sebanyak 306 warga terdaftar jadi pemilih tetap di sini.
Foto: DW/N. Amir
Naga lambang kekuatan
TPS 08 yang terletak di Jalan Kemenangan III, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat ini merupakan TPS percontohan. Kecamatan Taman Sari ini didominasi oleh komunitas etnis Tionghoa. Itulah sebabnya, ornamen Tionghoa dipilih untuk mempercantik TPS, selain tentunya bendera merah-putih.
Foto: DW/M. R. Djafar
Warga juga ikut berkostum
Jay Sen Ye, salah seorang warga sengaja hadir dengan tampil maksimal mengenakan kostum ala dewa rezeki dari Cina. Ornamen naga juga digantungkan di TPS yang dihadiri 295 DPT tersebut. Naga adalah figur yang turut diagungkan dalam budaya Tionghoa, sebab naga bermakna kekuatan dan martabat.
Foto: DW/M. R. Djafar
Sarapan di TPS
Untuk warga yang belum sempat sarapan, maka panitia di TPS 06, Desa Cilame, Bandung menyediakan buah pisang sebagai santapan sebelum warga memberikan hak suaranya. Tak tanggung-tanggung, sebatang pisang pun diangkut ke TPS, selain buahnya bisa langsung dipetik warga, kehadirannya juga mempercantik lokasi pemilihan.
Foto: DW/I. Baruna
Anak-anak senang di TPS
Penitia juga telah mengantisipasi kehadiran warga yang datang membawa serta anak mereka. Aneka permen digantung memagari TPS. Ada 237 warga tercatat sebagai pemilih tetap di Kabupaten Bandung Barat ini. (ga/ts)
Foto: DW/I. Baruna
9 foto1 | 9
Masa jabatan kedua Jokowi, sesuai aturan akan menjadi masa jabatannya yang terakhir. Jokowi memperoleh kesempatan kedua untuk memenuhi janjinya dari lima tahun yang lalu.
Jokowi memulai masa jabatan presiden pada tahun 2014 dengan catatan hukum kurang menggembirakan, dengan menandatangani eksekusi mati delapan pelaku kejahatan narkoba. Ia mengabaikan permohonan para pemimpin asing untuk membatalkan eksekusi.
Dia juga tidak mengabulkan tuntutan pegiat HAM untuk penyelesaian komprehensif pembunuhan massal atas aksi kekerasan pada tahun 1965 dan 1966.
Jokowi memilih untuk diam ketika Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, gubernur DKI Jakarta yang menggantikannya, yang vokal menentang radikalisme dan giat memberantas korupsi, masuk penjara karena tuduhan pasal karet penistaan agama. Dan di masa jabatannya pula, komunitas LGBT dan minoritas agama makin ditindas.
Banyak masalah hak asasi manusia di Indonesia masih perlu ditangani dan dituntaskan oleh Jokowi. Namun, banyak aktivis HAM yang tidak lagi terdengar suaranya di tahap akhir kampanye pemilu. Ada anggapan, ini sengaja dilakukan agar tidak membahayakan peluang Jokowi dalam pemilihan presiden 2019.
Jika asumsi ini benar, berarti masyarakat Indonesia masih memiliki harapan, bahwa Jokowi masih dapat memenuhi janji-janjinya sebelum ia lengser di tahun 2024. Ini adalah masa jabatan terakhir Jokowi. Tidak ada lagi yang harus dipertaruhkan untuk era kepemimpinan berikutnya. Jadi, inilah saaatnya bagi Jokowi untuk bersikap lebih berani dan bersuara tegas mengangkat masalah HAM di Indonesia.
Pemilu Serentak WNI di Jerman
WNI yang tinggal Jerman mendatangi tiga Tempat Pemungutan Suara yang disediakan oleh Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) di Berlin, Hamburg dan Frankfurt pada Sabtu (13/04), untuk tunaikan hak demokrasi mereka.
Foto: DW/S. Caroline
Warga antusias
Suhu udara yang hanya empat derajat celcius di Frankfurt tidak membuat antusiasme warga surut untuk mendatangi TPS.
Foto: DW/C. Kusumawati
Pemilih di Hamburg
Surat suara yang tersedia di TPS di Hamburg berjumlah 1.035 sudah dengan surat cadangan 2% dari kebutuhan DPT TPS.
Foto: KJRI Hamburg
Dubes Indonesia untuk Jerman ikut memilih
Dubes Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, memasukkan surat suaranya ke kotak suara di TPSLN di Berlin.
Foto: DW/S. Caroline
Contoh surat suara
Contoh surat suara untuk pemilihan calon anggota legislatif berikut cara pemilihan yang dianggap sah.
Foto: DW/G. Anggasta
Surat suara tersegel
Logistik pemilu termasuk surat suara yang masih tersegel siap menanti para pemilih yang berhak mencoblos pada Sabtu (13/04) di Jerman.
Foto: DW/S. Caroline
Antusiasme pemilih muda
TPS di Berlin banyak didatangi kaum muda dan para pelajar Indonesia, slaah satunya yaitu Giovenny Rebeccamari Winardi (20) pelajar di Technische Universität Berlin.
Foto: DW/S. Caroline
Persiapan di TPS sejak dini hari
Berdasarkan pengamatan tim Deutsche Welle, panitia sudah terlihat membangun TPS mulai pukul 5 pagi waktu setempat. Berbagai logistik pemilu hingga makanan juga mulai dipersiapkan.
Foto: DW/G. Anggasta
Pemilu serentak
Dalam pemilu kali ini, warga memilih calon presiden dan wakil presiden sekaligus anggota legislatif. (Teks dan Foto: Arti Ekawati, Anggatira Gollmer, Sorta Caroline, Geofani Anggasta, Caesaria Kusumawati)