Frustrasi disalip saat mengantri? Hampir tertabrak meski menyebrang di zebra cross? Andibachtiar Yusuf menyoroti ragam kekacauan tak berujung di tanah air. Ia memimpikan Indonesia yang lebih tertib dan manusiawi.
Iklan
“Mungkin karena waktu kecil ajaran berlalu lintas yang kita terima adalah: ‘kalau mau menyebrang tengoklah kanan kiri' dan bukannya ‘hormati pejalan kaki'. Oleh sebab itu zebra cross seolah jadi tak ada gunanya di sini," demikian berulang kali saya berujar, bukan karena bangga tetapi karena kesal. Pasalnya, karena jika ingin menyebrang jalan walau sudah berdiri di atas zebra cross, nyaris tak ada pemakai jalan yang peduli.
Sebaliknya jika saya yang sedang mengemudi kendaraan dan taat aturan dengan berhenti saat ada penyebrang di zebra cross, tak jarang atau seringnya kendaraan lain mengklakson atau bahkan memaki saya....
Lebih jauh lagi di jalanan, banyak pengemudi kendaraan di negeri ini nyaris tak punya sopan santun. Memotong jalur orang sudah biasa, tak mau mengantri... apalagi ini sih sudah umum. Belum lagi meneriaki yang dianggap tak sesuai—padahal dirinya tak kalah brengseknya— hal-hal demikian jadi pengalaman sehari-hari.
Lalu muncul pertanyaanya, inikah gambaran real negeri ini yang sebenarnya?. Bagaimana kehidupan mulai dari gedung parlemen, kehidupan berpolitik sampai ke hal-hal sehari-hari jadi soal biasa, jika semua itu kacau balau tak karuan. Kalau tertib, itu malah bikin orang tak tenang dan marah-marah.
Belum punya budaya antri
Budaya mengantri baru dimulai ketika sudah ada media sosial menunjukkan penggunanya ngomel-ngomel akibat mengalami situasi tak menyenangkan baginya. Perilaku berubah, sepertinya!... padahal faktanya sama saja. Secara keseluruhan begitu-begitu saja, tak ada perubahan signifikan.
Indonesia sudah sejak lama kedatangan orang asing, bahkan juga dijajah asing hingga 350 tahun. Sudah lama juga melakukan berbagai kegiatan berlevel internasional. Saya tak tahu bagaimana kejadiannya jika bangsa kita—kelas sosial apapun—tidak punya akses untuk turut serta, tetapi saya tahu pasti jika bangsa saya sudah turut serta di sana.
Paralel kejadiannya, jika kita ada belahan bumi Utara yang disebut barat, jika ada rombongan bangsa Indonesia hendak pulang langsung ke Jakarta, dijamin antriannya tertib. Tapi cobalah kalau sudah ada di Abu Dhabi, Dubai, Doha, Singapura, Kuala Lumpur dan tempat lain, yang punya akses pesawat langsung Jakarta, situasi antrian jadi kacau balau! Saya bahkan sempat ngedumel keras pada seorang ibu berseragam instansi resmi di Indonesia, yang seenaknya menerobos antrian bersama beberapa rekannya “Gak diajarin ngantri ya bu di negaranya?”
Situasi nyaris serupa lalu terjadi di sebuah hajatan internasional yang terjadi di Bali, yakni saat event Marathon Internasional digelar di sini. Pelari lokal yang lambat bukannya ambil posisi di kiri tetapi malah menguasai lajur kanan. Padahal dalam aturan lalu lintas di Republik ini jelas tertera bahwa yang lambat harus di kiri—padahal dengan alasan apapun, kanan adalah milik mereka dengan kecepatan lebih tinggi agar semuanya terakomodir. Yang kencang bisa mengejar targetnya, yang lebih lamban pun tak perlu diteriaki, dikomentari atau bahkan mungkin ditabraki.
Lomba lari marathon adalah sebuah festival, bukan hanya di Indonesia, tapi di banyak negara pun demikian suasananya. Bedanya mereka biasa hidup dalam norma yang mutlak. Bahwa yang benar dibiarkan dan yang salah harus ditindak. Jadi ketika sebuah kota sesibuk New York—silakan cek daftar kota tersibuk di dunia, lalu bandingkan Jakarta dengan New York—bisa menutup hampir semua wilayahnya demi sebuah acara “lari-larian semata” artinya mental festival tak hanya dimiliki oleh mereka yang berlari di lintasan, tetapi juga disadari dan dimaknai oleh warga kotanya.
Aturan Lalulintas Unik di Eropa
Sejumlah negara di Eropa terapkan aturan laluluntas yang unik atau kelihatannya tak lazim. Misalnya: denda untuk mobil kotor, denda karena ciprat pejalan kaki atau denda bagi truk yang berlomba di jalan bebas hambatan.
Foto: picture-alliance/dpa
Inggris: Denda Bagi Penyiprat Pejalan Kaki
Polisi Inggris mendenda pengemudi £100 (sekitar Rp. 2 juta) jika tidak hati-hati mengemudi saat hujan dan menciprat pejalan kaki. Denda lebih tinggi £1,000 (sekitar Rp. 20 juta) dijatuhkan kepada pengemudi yang memonopoli jalur tengah di jalan bebas hambatan, karena polisi menganggap hal ini berpotensi memacetkan lalu lintas.
Foto: imago/Petra Schneider
Rumania: Hukuman Bagi Mobil Kotor
Mengemudi mobil kotor di Rumania tergolong tindakan ilegal. Polisi dapat menilang pengemudi yang mobilnya kotor sehingga pelat nomornya tidak bisa dilihat, atau juga lumpur menutupi lampu depan, lampu belakang dan kaca depan.
Foto: picture-alliance/dpa/Imaginechina
Swiss: Truk Lambat Dilarang Saling Mendahului
Swiss ambil tindakan tegas terhadap para pengemudi truk yang berlomba di jalan bebas hambatan dengan kecepatan kurang dari 100 km/jam. Mulai tahun 2016 jalur paling kiri hanya diperbolehkan bagi mobil yang berkecepatan minimal 100 km/jam. Truk yang berlomba di jalur kiri dengan kecepatan di bawah ketentuan akan didenda.
Foto: picture-alliance/dpa
Islandia: Wajib Ban Musim Dingin
Islandia menerapkan wajib gunakan ban musim dingin antara bulan November hingga April. Sementara Austria, Estonia dan Finlandia, menerapkan wajib menyediakan rantai ban saat musim dingin. Walau bukan merupakan kewajiban, di banyak negara Eropa membawa rantai ban untuk musim dingin sudah jadi kebiasaan.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Heimken
Finlandia: Cermati Jadwal Pembersihan Jalan
Di Finlandia jalan raya dibersihkan secara teratur. Di ibukota Helsinki jadwalnya ditempel di lokasi yang mudah dilihat dan via Internet. Mobil warga yang masih diparkir di bahu jalan saat pembersihan jalan dilakukan akan diderek, dan dibebani biaya penderekan serta denda.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Wennström
Hidupkan Lampu di Siang Hari
Swedia, Norwegia, Denmark dan Polandia menerapkan aturan bagi mobil pribadi, wajib hidupkan lampu depan juga di siang hari saat matahari bersinar cerah. Bahkan aturan ini berlaku untuk mobil penumpang dan minivan di seluruh Eropa sejak 2011. Aturan bertujuan menurunkan risiko kecelakaan. Pelanggaran bisa ditilang atau dikenai point hukuman pada SIM.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Heimken
Spanyol: Wajib Kacamata Cadangan
Spanyol mewajibkan pengemudi pemakai kacamata membawa kacamata cadangan. Hal ini bahkan dicantumkan dalam SIM pemakai kacamata. Jadi pastikan membawa satu kacamata cadangan di mobil saat berkendara di Spanyol agar tidak berurusan dengan polisi.
Foto: picture-alliance/dpa
7 foto1 | 7
Kekacauan tak berujung
Tapi ya itu tadi, Republik kesatuan yang kita cintai ini, realitanya dijalankan dengan norma kekacauan tak berujung. Banjir kritik pada pemimpin karena sebuah wilayah kebanjiran, dijawab dengan hikayat mengapa kawasan itu wajar kebanjiran, ketimbang sama-sama mencari jalan keluar agar wilayah itu tidak kebanjiran lagi. Sembari menganggap bahwa kritik selalu diberikan oleh mereka yang memberi perhatian, bukan sebaliknya!
Kita biasa hidup dalam kewajaran dan keterbiasaan, padahal sebuah kebiasaan bukanlah sesuatu yang mutlak benar. Kritik selalu dianggap sebagai sebuah tindakan ofensif, padahal saya tak akan mengritik seseorang jika saya tidak peduli pada dirinya.
Ukuran kehidupan di negeri ini—atau setidaknya di tempat yang saya pernah lihat di negeri ini—selalu disederhanakan sebagai urusan salah dan benar, padahal sebenarnya tak ada suatupun yang mutak kebenarannya.
Seperti kata Friedrich Nietzsche yang kebetulan kegilaannya adalah idola saya “Tak ada yang namanya kebenaran atau kesalahan mutlak, yang ada kita sudah terbiasa pada suatu norma. Itulah ukuran kebenaran kita, padahal hal itu belum tentu benar,”
Seperti di sini, kekacauan dan ketidaktertiban adalah sebuah kewajaran dan keseharian "normal". Jadi memang mungkin itulah kebenarannya. Jadi terima sajalah….pelari yang “protes” terbuka di halaman Facebook itu pun, atau netizen yang marah karena saat antri disalip oran, harus menerima kenyataan ini.
Penulis:
Andibachtiar Yusuf , Filmmaker & Traveller
@andibachtiar
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Tips Mengalahkan Kebiasaan "Menunda-nunda"
Malas? Gak mood? Banyak orang sering menunda-nunda sesuatu, termasuk tugas yang harus dikerjakan. Ada saja godaannya. Tapi "penyakit" menunda-nunda ini bisa dikalahkan. Berikut tipsnya yang sudah teruji secara ilmiah.
Foto: Fotolia/Helder Almeida
1. Pilih Satu Dulu
Kunci untuk mengalahkan kebiasaan menunda-nunda adalah: FOKUS. Kita kerap memberikan diri kita sendiri terlalu banyak daftar yang harus dilakukan dan karenanya malah menjadi kewalahan. Mulailah dengan memilih hanya satu hal yang harus dilakukan cepat dan buatlah komitmen tenggat waktunya.
Foto: ra2 studio - Fotolia.com
2. Mulai Sekarang Juga
Setelah mempersempit ke satu tugas, segera ambil tindakan. Hari ini juga. Jika terasa menakutkan atau Anda berpikir tidak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan tugas, lihat poin berikut ini: Keajaiban Lima Menit….
Foto: Ursula Deja/Fotolia
3. Lima Menit Ajaib
Tanya diri sendiri: "Tindakan apa yang bisa saya ambil dalam waktu lima menit?" Setelah mengidentifikasi tindakan kecil, pasang alarm dalam lima menit dan kerjakan tugas tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa sekali kita memulai sesuatu, kita lebih mungkin untuk menyelesaikannya. Seterusnya bisa jadi lebih banyak menyisihkan waktu mengerjakannya. Kamu pasti bisa!
Foto: Colourbox
4. Andalkan Jam Produktif
Ada-ada saja gangguan & godaan saat melaksanakan sesuatu, lalu berujung pada penundaan. Kadang godaan itu gara-gara kita sendiri, berleha-leha misalnya. Kumpulkan godaan & gangguan itu di satu waktu pendek (20 menit), lalu kembali konsentrasi. Manfaatkan kinerja otak & tubuh secara optimal saat produktif. Penting menjaga keseimbangan antara konsentrasi/fokus dengan waktu istirahat/bermain-main.
Foto: ISO K/Fotolia
5. Maafkan Penundaan Di Masa Lalu
Yang lalu, biarlah berlalu. Penelitian menunjukkan bahwa semakin kita bisa memaafkan diri sendiri karena pernah menunda sesuatu di masa lalu, semakin besar kemungkinan kita mengatasi penundaan saat ini dan mengambil tindakan. Pengalaman masa lalu dapat menjadi pelajaran berharga.
Foto: Fotolia/Yuri Arcurs
6. Dengarkan Lagu
Pilih lagu yang benar-benar membuat dirimu berenergi. Mainkan setiap kali ingin mengatasi sesuatu yang telah lama ditunda-tunda. Otak yang gembira bisa jadi pemicu untuk melakukan sesuatu.
Foto: Fotolia
7. Mengidentifikasi Masalahnya
Bisa jadi seseorang menunda-nunda karena takut sesuatu atau kewalahan dan tidak tahu harus mulai dari mana. Isilah dulu kalimat ini; "Saya menunda ini karena ..." atau "Saya menghindari tugas ini karena takut ...." Dan lihat apa yang muncul. Mengidentifikasi ketakutan dapat membantu seseorang menyadari bahwa yang ditakutkan tak seburuk yang dipikirkan.
Foto: Fotolia
8. Lepaskan Beberapa Hal
Salah satu cara untuk berhenti menunda-nunda sesuatu adalah untuk memutuskan dan memilih, jikalau ada hal-hal yang tidak akan pernah perlu dilakukan. Buatlah daftar. Jangan-jangan, memang ada hal yang tidak benar-benar perlu dilakukan tapi malah jadi beban pikiran. Lepaskan tugas yang tak benar-benar harus dilakukan.
Foto: Fotolia/Dmitry Naumov
9. Berjanji pada Teman
Pilih tenggat waktu dalam menyelesaikan sebuah tugas dan buat taruhan dengan teman baik atau siapapun yang Anda anggap dekat. Minta mereka mengingatkanmu tentang janji itu. Buat janji misalnya: “Jika tugas ini tak selesai, saya akan traktir kamu minum kopi…“ atau hal lain semacam itu. Ayo semangat!
Foto: Fotolia/lassedesignen
10. Membuatnya Jadi Menyenangkan
Cara lain untuk memotivasi diri untuk menyelesaikan tugas adalah menyiapkan hadiah yang Anda akan memberikan kepada diri Anda setelah tugas tertunda itu selesai. Penelitian menunjukkan otak manusia merespon stimulus terhadap hadiah. Buang rasa "gak mood", "sikat" rasa malas... jangan tunda-tunda lagi. Lebih cepat beres, tentu lebih cepat lega...