1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Kesenjangan Antara Si Miskin dan Si Kaya di Jerman Melebar

14 Desember 2019

Wilayah Ruhr di negara bagian North Rhine-Westphalia (NRW) barat dianggap sebagai "daerah yang paling bermasalah". Sebuah studi baru mendesak pemerintah berbuat lebih banyak untuk memberantas kemiskinan.

Deutschland Leerstehende Wohnhäuser in Duisburg
Foto: picture alliancedpa/H. Ossinger

Berdasarkan laporan yang diterbitkan Paritätische Wohlfahrtsverband, angka kemiskinan di Jerman mengalami penurunan. Setidaknya seperempat dari 95 daerah yang disurvei merasakan kenaikan tersebut sebanyak 20% selama sepuluh tahun terakhir.

"Meskipun ada kabar baik bahwa tingkat kemiskinan nasional telah turun menjadi 15,5%, kesenjangan antara daerah kaya di satu sisi dan daerah yang dilanda kemiskinan di sisi lain tumbuh dengan jelas," kata Kepala Eksekutif Asosiasi Paritätische Wohlfahrtsverband, Ulrich Schneider.

Bavaria pernah menjadi daerah dengan angka kemiskinan terendah 11,7% dan daerah dengan angka kemiskinan tertinggi 22,7%, yaitu Bremen. Apa yang pernah dianggap sebagai kesenjangan antara barat yang lebih kaya dan timur yang lebih miskin kini tidak lagi berlaku, kata Schneider.

Rencana induk untuk pengentasan kemiskinan

Saat ini wilayah Ruhr dengan populasi penduduk sekitar 5,8 juta dianggap sebagai daerah paling bermasalah dengan angka kemiskinan 21,1%. Pemuda dan orang tua sangat rentan terhadap kemiskinan.

Studi ini mendesak pemerintah untuk memberlakukan "rencana induk untuk pengentasan kemiskinan" yang akan mencakup peningkatan tunjangan kesejahteraan sosial di bawah Hartz IV dan menaikkan upah minimum menjadi € 13 (Rp 200 ribu) per jam.

Garis kemiskinan di Jerman ditentukan oleh seberapa jauh pendapatan rumah tangga memungkinkan seseorang untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Saat ini, siapa pun yang memiliki kurang dari 60% dari pendapatan rata-rata di suatu daerah yang mereka miliki dianggap rentan terhadap kemiskinan. ha/yp (afp, dpa)